WhatsApp Image 2022-06-05 at 12.02.14.jpeg

Yadi Anugerah Kenalkan Alat Musik Tradisional Dayak ke Panggung Internasional

5 Juni 2022 13:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nursalim Yadi Anugerah, seniman bunyi asal Pontianak, Kalimantan Barat. Foto: Banyu Susanto/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Nursalim Yadi Anugerah, seniman bunyi asal Pontianak, Kalimantan Barat. Foto: Banyu Susanto/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Kalimantan Barat kaya akan kebudayaannya, karena terdiri dari berbagai suku, agama, serta adat istiadatnya. Masih banyak ilmu pengetahuan dari desa pedalaman Kalimantan Barat yang bisa disuguhkan, serta dieksplorasi.
ADVERTISEMENT
Seniman asal Pontianak, Nursalim Yadi Anugerah adalah salah satu sosok yang berupaya melestarikan alat musik suku Dayak di Kalimantan Barat yang hampir punah, yakni alat musik Kadedek.
Kadedek adalah sebuah alat musik yang disebut oleh masyarakat Dayak Kebahan. Namun di beberapa daerah lainnya menyebut alat musik tersebut dengan berbagai sebutan seperti Kalbi, Kadire, Keluri, dan lain sebagainya.
Alat musik yang hampir punah tersebut, tersebar di beberapa wilayah Asia Tenggara seperti Vietnam, Laos, Kamboja, Myanmar, serta tersebar juga di wilayah bagian Asia Timur.
“Masing-masing punya bentuknya yang berbeda, memainkannya juga berbeda. Di Indonesia itu ada buktinya di Candi Borobudur, jadi di sana ada relief tentang orang sedang bermain Kadedek. Jadi di situ sudah ada bukti cerita, bahwa orang bermain alat musik Kadedek sudah banyak. Persebaran dan sejarahnya juga panjang,” jelas pria yang akrab disapa Yadi, Kamis, 2 Juni 2022.
Yadi memainkan alat musik tradisional suku Dayak, Kadedek. Foto: Leo Prima
Pria berusia 31 tahun tersebut awal mula tertarik untuk melestarikan alat musik Kadedek dari suku Dayak Kebahan, di tahun 2012. Pada saat ia mengikuti suatu workshop pembuatan alat musik Kadedek tersebut.
ADVERTISEMENT
“Saya punya ketertarikan, tapi waktu itu belum pernah mendengar bagaiamana alat musik itu berbunyi. Dari 2012 saya pertama bertemu beliau, guru saya, dan dapat Kadedek pertama, itu pengalaman pertama,” ucapnya.
Saat mengulik dan semakin tertarik, Yadi melihat bahwa alat musik Kadedek tersebut nyaris punah. Padahal alat musik tiup tersebut cukup eksotik untuk dibedah dan dipelajari. Tak hanya bunyi, ia juga tertarik karena alat musik tersebut memiliki layer, yang penting untuk dipelajari, hingga terciptanya suatu bunyi.
“Secara bunyi juga menarik dan khas itu punya layer-layer yang penting untuk dipelajari, tidak hanya instrumen atau bunyinya dalam alat musik itu. Sampailah saya kenal dengan orang kampung sekitar. Dari alat musik itu bisa membuka sejarah, atau membuka diskusi tentang pengetahuan,” ungkapnya.
Yadi memprakarsai terbentuknya Balaan Tumaan, sebuah laboratorium musik asal Kalimantan Barat. Foto: Dok Balaan Tumaan.
Yadi juga membangun Balaan Tumaan, suatu laboratorium musik Kalimantan Barat, dengan berbagai instrumen musik yang khas. Ia juga menyajikan alat musik tradisional salah satunya seperti Kadedek.
ADVERTISEMENT
Berbicara tentang melestarikan alat musik yang hampir punah ini, kata Yadi, bukan sekadar menjaga alat musiknya itu sendiri, tapi juga menjaga masyarakatnya, bagaimana alat musik itu hidup di masyarakat.
“Pengetahuan tentang sejarah mereka, tradisi dan budaya mereka dapat hidup dan berwujud dalam alat musik itu, bagaimana alat musik itu tetap eksis dalam kegunaan dan peruntukannya di masyarakat, itu cara melestarikan. Jadi kita melestarikan masyarakatnya juga,” imbuhnya.

Material dari Hutan

Kaitannya dengan alat musik tersebut, kata Yadi, karena semua material alat musik kadedek ini berbasis dari material di hutan, sehingga menjaga alat musik itu sama halnya menjaga material dari tanaman hutan, dan semuanya saling terhubung.
“Jadi semua saling terhubung, alat musik, hutan, dan masyarakat saling terjaga. Alat musik itu tetap bisa dibuat dengan bahan lain tapi kan bukan itu esensinya tapi bagaimana material hutan bisa dibuat untuk alat musik itu, dan masyarakat bisa memainkannya,” lanjut Yadi.
Alat musik Kadedek yang kerap dimainkan Yadi di panggung-panggung internasional, memiliki material dari hasil hutan Kalimantan. Foto: Leo Prima
Seniman asal Pontianak ini juga sudah membawakan berbagai karyanya dengan menyambungkan alat musik Kalimantan, termasuk Kadedek ini ke berbagai negara, seperti Amsterdam, Amerika, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Ia juga pernah mendapatkan dari Prince Claus Funds (Belanda) dan Goethe-Institut (Jerman) untuk Prince Claus Mentorship Award 2021-2022: Cultural & Artistic Responses to Environmental Change.
“Kalau secara karya hampir semua karya saya, terutama karya Opera yang berjudul 'Ine Aya' di Holland Festival, Amsterdam, pada tahun 2021, semua alat musiknya alat musik Kalimantan, termasuk Kadedek. Waktu residensi dan konser saya bersama Onebeat - Found Sound Nation di Amerika Serikat. Kadedek itu jadi instrumen utama saya, yang saya presentasikan dan mainkan,” ucap Yadi.
Pada kegiatan tersebut, ia mempresentasikan bagaiamana seniman merespon permasalahan lingkungan, di mana alat musik Kadedek ini berkaitan dengan lingkungan, bahwa material Kadedek berasal dari hutan Kalimantan, dan alam yang bagus.
ADVERTISEMENT
“Selama dua tahun itu saya menggodok karya itu, dan mempresentasikan bagaiamana pentingnya hutan, dan masyarakatnya untuk keberlangsungan alat musik itu sendiri,” tukasnya.
Kamu juga bisa berpartisipasi dalam Program Satu Indonesia Award 2022 dengan mendaftar melalui link berikut.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten