Yayasan Riak Bumi Lestarikan Alam Kalbar dengan Lomba Masak

Konten Media Partner
2 September 2019 12:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Berbagai hasil hutan Kapuas Hulu yang bisa dijadikan bahan olahan makanan. Foto: Dok Yayasan Riak Bumi
Hi!Pontianak - Untuk melestarikan makanan tradisional di Kabupaten Kapuas Hulu, Yayasan Riak Bumi kembali akan menggelar festival makanan tradisional. Acara yang sudah lima kali digelar ini, tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal 14-15 September 2019, di Kecamatan Lanjak, Kabupaten Kapuas Hulu.
ADVERTISEMENT
Deasy Rinayanti Pelealu, panitia penyelenggara acara, mengatakan acara tersebut dikemas dengan lomba memasak masakan tradisional, lomba permainan tradisional untuk anak, hingga stan pameran bahan masakan, obat-obatan, dan kerajinan.
"Jadi kegiatan ini sudah kita lakukan sejak tahun 2014, lebih fokus pada perlombaan masak makanan tradisional. Perlombaan itu berkelompok, 3 sampai 4 orang. Kita targetnya ibu-ibu, dan untuk tahun ini kita batasi sebanyak 15 kelompok," kata Deasy, Senin (2/9).
Peserta mengolah hasil hutan Kapuas Hulu yang bisa dijadikan bahan olahan makanan. Foto: Dok Yayasan Riak Bumi
Yang menjadi menarik dalam festival makanan tradisional ini, adalah festival tersebut dikemas dengan nuansa tradisional, mulai dari proses pemasakan yang tidak dianjurkan menggunakan kompor, menggunakan perkakas tradisional, hingga masakan tidak diperbolehkan menggunakan bahan penyedap rasa.
"Di perlombaan ini mereka tidak diperbolehkan memasak menggunakan kompor. Jadi mereka pakai tungku, bawa dari rumah. Terus gak boleh menggunakan penyedap rasa. Mereka sudah ada penyedap rasa alami dari daun dan rempah hutan," ungkap Deasy.
ADVERTISEMENT
Dalam perlombaan tersebut, peserta diwajibkan untuk menyajikan beberapa menu makanan mulai dari hidangan pembuka, hidangan utama, hidangan penutup, serta minuman tradisional.
Berbagai hasil hutan Kapuas Hulu yang bisa dijadikan bahan olahan makanan. Foto: Dok Yayasan Riak Bumi
"Mereka itu nanti menyajikan beberapa menu makanan. Kalau tahun lalu ada pemenang dari kategori daging terbaik, ikan terbaik, dan minuman tradisional, seperti tuak terbaik. Mereka ada juga yang menyajikan pakai perkakas kuno, bahkan ada yang pakai daun pisang. Nanti jurinya ada dari koki Jepang," kata Deasy.
Kepada Hi!Pontianak, Deasy mengatakan, makanan tradisional favorit yang sering diolah oleh masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu adalah ikan. Menurutnya, ikan di Kapuas Hulu memiliki citarasa yang lezat, serta dapat diolah menjadi berbagai macam makanan, mulai dari diolah menjadi kerupuk basah, kerupuk kering, ikan asin, dan lain sebagainya. Tak hanya itu, ada juga ulat sagu yang digemari warga setempat.
ADVERTISEMENT
Selama 5 tahun digelar, festival tersebut juga mendatangkan turis mancanegara, mulai dari Belanda, Jepang, dan Malaysia. Lokasi digelarnya acara tersebut berdekatan dengan Taman Nasional Danau Sentarum, agar wisatawan yang datang dapat sekaligus berwisata di Taman Nasional tersebut.
Lomba masak ini dilarang untuk menggunakan kompor. Foto: Dok Yayasan Riak Bumi
"Acaranya di Lanjak, karena nanti turisnya, tamu kita, bisa sekaligus berwisata. Nanti kita bawa ke Danau Sentarum. Tapi semoga gak surut airnya," kata Deasy.
Deasy mengatakan, tujuan dari digelarnya festival tersebut, agar masyarakat di Kabupaten Kapuas Hulu dapat merasa bangga atas makanan tradisional dan hasil alamnya yang melimpah. Tak hanya itu, hasil alam tersebut juga berpotensi dapat dikomersilkan ke daerah luar. Ini juga sebagai upaya perlindungan hutan serta sungai, sebagai bagian dari landscape dan keberlanjutan sumber bahan makanan alami. (hp8)
ADVERTISEMENT