Contextual Problem Based Learning : Tawaran Desain Pembelajaran Masa Pandemi

Holy Wahyuni
Dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMSurabaya
Konten dari Pengguna
8 Juni 2020 13:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Holy Wahyuni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok : Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Dok : Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dunia sampai hari ini masih dihadapkan pada musibah global pandemi virus Covid-19. Meskipun beberapa waktu terakhir angka Covid-19 di dunia sudah menunjukkan adanya tren penurunan akan tetapi musibah ini masih dianggap belum menemui titik final. Di Indonesia sendiri justru menunjukkan tren kenaikan atau bisa dikatakan belum menjumpai grafik yang melandai, meski tidak dapat dipungkiri bahwa di sisi lain angka kesembuhan juga meningkat tajam, angka kesembuhan ini paling tidak menjadi salah satu kabar baik yang patut disyukuri di tengah keresahan yang melanda.
ADVERTISEMENT
Seperti yang telah banyak dijabarkan dalam berbagai media, dampak pandemi ini sangat signifikan mempengaruhi berbagai aspek tatanan dan kehidupan masyarakat. adanya kebijakan social distancing dan physical distancing untuk menekan angka penularan Covid-19 mau tidak mau telah memaksa pemerintah memutar otak untuk mengubah beberapa sistem yang selama ini berjalan, salah satunya dalam sistem pelaksanaan pembelajaran yang kemudian dirumahkan dan diganti dengan sistem daring (dalam jaringan).
Permasalahan sistem pembelajaran daring di era pandemi
Kegiatan belajar dan pembelajaran dengan sistem daring menjadi sebuah solusi efektif dalam upaya mengurangi angka penularan Covid-19. Tetapi dalam pelaksanaannya ternyata menimbulkan berbagai permasalahan, di antaranya timbul keluhan guru, orang tua, serta siswa sebagai subjek pembelajaran dengan beban tugas yang konon justru semakin benyak, ditambah dengan kebutuhan kuota internet yang semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
Dalam situasi sulit ini memang tidaklah bijak jika muncul berbagai tudingan saling menyalahkan, saya mengamati beberapa cuitan orang tua di media sosial sebagian mengeluhkan hal tersebut. Padahal dalam kurikulum kita, guru juga memiliki kewajiban dalam penuntasan KD (kompetensi dasar) yang terstruktur sedemikian rupa beserta pernak-pernik instrumen seabrek di dalamnya. Keadaan seperti ini akhirnya menggambarkan bagaimana kurikulum pendidikan di negeri ini memang kurang fleksibel dan masih berpusat pada pakem.
Pembelajaran konevnsional yang di-daring-kan
Secara teknis pembelajaran daring di negara kita sebagian besar masih berkutat pada pemberian tugas dan/atau soal pertanyaan yang kemudian harus dikerjakan oleh siswa, perbedaan hanya terletak pada media penyampaiannya. Jika selama ini pemberian tugas dan pengerjaan kuis soal latihan dilakukan dalam satu ruangan kelas, maka pada masa pandemi ini, tugas dalam pembelajaran daring diberikan dan disampaikan melalui media internet, seperti via web e-learning, whats app antara guru-siswa, dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Potret semacam ini masih menunjukkan bahwa sebenarnya pelaksanaan pembelajaran bisa diistilahkan dengan “pembelajaran konvensional” yang di-daringkan. Sukandi (2003) memberi pengertian pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran dengan tujuan siswa mengetahui sesuatu lebih banyak daripada siswa melakukan sesuatu. Pendekatan pembelajaran daring selama ini masih menggambarkan guru sebagai sentra pentransfer ilmu, sementara siswa mengambil peran lebih pasif sebagai penerima ilmu.
Oliver dan Hannafin (2001) juga menyampaikan bahwa dalam pembelajaran konvensional, sumber belajar siswa masih terbatas dari buku, dan/atau penjelasan guru dan para ahli. Burrowes (2003) berpandangan bahwa pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksikan materi untuk selanjutnya dihubungkan dan diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Wacana ini juga menunjukkan bahwa pendidikan kita masih menjadikan nilai berupa angka sebagai indikator keberhasilan utama dalam pembelajaran.
ADVERTISEMENT
Contextual problem based learning dalam pembelajaran daring
Desain pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan berdasar pemecahan masalah kiranya dapat menjadi alternatif efektif dalam desain pembelajaran masa pandemi. Desain pembelajaran ini memungkinkan siswa lebih fleksibel dalam berkreasi dan memahami materi. Rutinitas konvensional yang ditandai dengan soal latihan yang dijawab dengan penjelasan hasil resitasi akan sedikit demi sedikit berkurang dan hanya sebagai evaluasi berkala. Rutinitas penugasan tersebut diharapkan dapat digantikan dengan ulasan yang menstimulus siswa untuk menguraikan dengan cara pandang pemahaman mereka tentang suatu materi atau topik permasalahan tertentu. Sumber belajar siswa tidak hanya berupa teori melainkan segala hal di sekitar mereka yang relevan dengan tema, bersumber dari pengalaman nyata, apa yang selama ini diamati, dan dipahami.
ADVERTISEMENT
Jumadi (2003) menyampaikan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata yang dihadapi oleh siswa dalam kesehariannya. Pembelajaran kontekstual menstimulus siswa untuk mengaitkan pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan melalui tujuh komponen pembelajaran yakni; kontruktivisme, bertanya, menyelidiki, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian autentik.
Secara gambaran teknis kita bisa mengambil contoh, tema kerukunan, empati, dan gotong royong, yang kemudian oleh siswa tidak hanya dijabarkan melalui definisi atau contoh pada buku ajar, melainkan pengalaman nyata yang sedang terjadi, semisal di masa pandemi warga yang mampu memberikan sumbangan berupa sembako kepada tetangganya yang kurang berada, peristiwa pembagian masker gratis di jalan-jalan, kesediaan dan pengorbanan para relawan covid-19. Contoh lainnya dalam pembelajaran tentang lingkungan hidup, bagaimana siswa cukup diminta untuk menanam tanaman, merawat, dan mengamati pertumbuhan serta perkembangannya, bisa juga dengan siswa yang kemudian menerapkan gaya hidup hemat energi, baik itu listrik, maupun penggunaan air di saat perlu saja, dan tentunya masih banyak lagi kreativitas yang memungkinkan untuk menuangkan materi ke dalam perilaku keseharian.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya pendekatan contextual problem based learning diharapkan akan memberikan outcame pembelajaran berupa semangat literasi siswa dalam menyampaikan ulasan dan gagasan dari hasil refleksi belajar dan pengalamannya. Selain itu pendekatan ini akan lebih memunculkan sisi fleksibilitas dalam penilaian yang dapat diacukan pada proses berfikir, bukan hasil menghafal.