Lagi, Terima Kasih SWTD

NUR AZIZAH
Penulis, Humas
Konten dari Pengguna
4 Agustus 2021 14:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NUR AZIZAH tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anak-anak Pondok Pesantren. Sumber: Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak Pondok Pesantren. Sumber: Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Banyak sekali miracle yang saya rasakan berkat wasilah SWTD. Keluasan rezeki, kemudahan dalam setiap masalah, dan keajaiban-keajaiban yang bagi saya mustahil, namun itu benar-benar terjadi dalam kehidupan saya. Bisa hamil dan kemudian bisa melahirkan secara normal adalah salah dua miracle yang sangat di luar dugaan saya, mustahil, namun Allah menggampangkan itu semua. Sekali lagi, terima kasih SWTD.
ADVERTISEMENT
Sekarang saya mau bercerita lagi tentang sesuatu yang sungguh di luar dugaan saya. Kali ini terkait anak pertama saya, Ramzi namanya. Tahun 2020 dia lulus SD dan sesuai keinginannya, dia ingin melanjutkan ke Pondok Pesantren Gontor. Kami orang tuanya sangat setuju dan mendukung sepenuhnya.
Namun sayang, karena kondisi dunia termasuk Indonesia sedang pandemic covid-19, seluruh orang tua tidak diperkenankan untuk mengantarnya mendaftar ke Pondok Pesantren impiannya tersebut. Ramzi bersama dengan anak-anak lain berangkat dengan bantuan IKPM (Ikatan Keluarga Pondok Modern) Bekasi menggunakan bus menuju Pondok Modern Gontor Ponorogo. Perasaan kami bagaimana? Tentu saja khawatir, khawatir sakit, khawatir tidak bisa, khawatir tidak lulus, khawatir ini, khawatir itu.
Karena anak ini berangkat ke Pesantren tanpa didampingi orang tua, maka semua pendaftaran diurus sendiri, bayar ini bayar itu, ujian A ujian B. Bertemu dengan ribuan orang baru, beradaptasi dengan aneka karakter, cuaca, suasana, dan tentu saja kondisi yang serba tidak menentu. kekhawatiran orang tua semakin menjadi-jadi.
ADVERTISEMENT
Ujian sendiri, deg-degan mendengarkan pengumuman sendiri, pindah ke lokasi penempatan sendiri, semuanya sendiri. Kami para orang tua tidak memiliki harapan berlebih, mereka bisa lulus, sehat, betah, bisa bergaul dengan orang-orang baru adalah anugerah terbesar buat kami. Karena pada dasarnya, dia dan teman-temannya adalah juara, pahlawan untuk dirinya masing-masing dan tentu saja bagi para orang tuanya yang hanya bisa mendampinginya lewat doa.
Alhamdulillah, setelah melewati rangkaian ujian, dia lulus, penempatan di Gontor 4, Banyuwangi.
Berbulan-bulan mereka hidup di tempat baru, masih tanpa pelukan orang tuanya. Karena untuk menjaga mereka dan seluruh penghuni pondok dari covid-19, maka Pimpinan Pondok memberikan aturan tidak boleh ada kunjungan dari siapa pun, termasuk para wali santri. Hal ini membuat kami, terkhusus saya, hanya bisa mengikhlaskan Ramzi kepada pemilik-Nya. Dari situlah, kami makin menguatkan hubungan dengan Sang Pencipta. Menyerahkan semua hanya pada-Nya, kesehatan, kemudahan dalam belajar, kemudahan dalam beradaptasi, dan segalanya, termasuk cara agar dia bisa mengatasi keadaan jika sandalnya hilang. Hanya doa, doa, dan doa yang tidak henti. Pasrah. Alhamdulillah, dengan wasilah SWTD, kepasrahan saya menjadi sangat nikmat.
ADVERTISEMENT
Sesekali dia menelepon, membunuh rasa rindu di antara kami, dia bercerita tentang aneka pengalaman barunya di tempat itu. Mendengar intonasinya yang penuh kegembiraan, kami merasa sia-sia kekhawatiran yang kami miliki, Allah sudah menjaga dan mengatur semuanya dengan sangat baik. Dengan sangat baik.
Ramzi saat menerima sertifikat sebagi peraih nilai terbaik kedua. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Foto di atas diambil oleh gurunya pada 28 November 2020 saat pembagian rapor awal semester, setelah ia bersama teman-temannya melewati ujian yang melelahkan (karena berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih satu bulan). Di foto itu, ia sedang menerima sertifikat sebagai peraih nilai terbaik kedua di kelasnya.
Mendapati foto itu dari gurunya, saya tak kuasa menahan air mata, menderas begitu saja. Ini seakan menjadi hadiah tak ternilai harganya di saat kami khawatir apakah dia bisa mengikuti pelajaran di pondok atau tidak? Apakah dia sehat?apakah dia bisa beradaptasi? Apakah dia? Apakah dia?
ADVERTISEMENT
Masyaallah tabarakallah.... semoga Allah senantiasa melindunginya dan menunjukkannya ke jalan yang benar.
Kemudian, di pertengahan Februari 2021, Ustaz mengabarkan bahwa Ramzi ikut lomba cerdas cermat, masuk final, dan juara satu. "Ah Allah, aku jadi malu. Ibadah masih gini-gini aja, Kau masih saja selalu kelewatan membuatku bahagia. Oh Allah.”
Sedua hari setelah lomba, dia telepon yandanya, “mau hadiah apa dari Yanda, Nak?” tanya yandanya setelah memberi ucapan selamat atas kemenangannya.
“Doain aja Yanda” begitu katanya tegas. Hatiku meleleh mendengarnya. Masyaallah.
Pernahkah kamu perhatikan benih yang kamu tanam? Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang menumbuhkan?” (Alwaqiah: 63-64)
Berusahalah semampumu. Berdoalah semampumu bahkan dalam ketidakmampuanmu, Tuhanmu Maha Esa, percaya saja, pasrah saja, Dia yang akan mengatur, menata hidupmu dan hidup orang-orang yang ada di hidupmu.
ADVERTISEMENT
Terima kasih SWTD, terima kasih untuk hadirmu. (azzah zain al hasany)