Bahasa Generasi Kini

Mifta Huljannah
Mahasiswi S1 Akuntansi Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
14 Januari 2022 20:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mifta Huljannah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bahasa Inggris merupakan Bahasa Internasional yang sering digunakkan untuk berkomunikasi di hampir seluruh dunia. Hal ini dikarenakan bahasa inggris relatif mudah untuk dipelajari. Bahkan di Indonesia, bahasa Inggris merupakan yang harus dipelajari di hampir semua kalangan pendidikan, mulai dari SD, SMP, SMA hingga Perguruan Tinggi, benar bukan?
ADVERTISEMENT

Lalu apa jadinya apabila penggunaan bahasa Indonesia dicampur dengan bahasa Inggris?

Dapat dilihat dari beberapa negara yang melakukan hal serupa. Contohnya adalah negara tetangga kita yaitu Malaysia, hal ini banyak disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya adalah serapan kata dalam bahasa Melayu yang umum digunakan banyak dipengaruhi oleh bahasa Inggris dan mengingat sejarah negara Malaysia yang pernah dijajah oleh Inggris meninggalkan pengaruh dalam kebahasaan.

Lalu sejak kapan Bahasa campur aduk ini dimulai di Indonesia ?

Fenomena ini sebenarnya baru baru terjadi sejak tahun 2018. Fenomena ini terjadi pada awalnya di Ibu kota Indonesia yaitu Kota Jakarta, khususnya di wilayah Jakarta Selatan. Anak-anak muda atau yang biasa kita sebut sebagai milenial menggunakan bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa Inggris dalam kesehariannya, bahkan beberapa orang menyebutnya dengan 'bahasa anak Jaksel'.
Perkembangan bahasa di Indonesia. Gambar oleh : https://cdn.pixabay.com/photo/2017/01/23/09/24/learn-2001847_1280.jpg

Mengapa Jaksel? Kenapa bukan Kota lainnya ?

Karena, Jakarta Selatan itu diasosiasikan sebagai wilayah dengan kelompok ekonomi lebih tinggi. Sehingga relevan dengan kode bahasa tersebut dan dalam tanda kutip sah-sah saja dikaitkan dengan Jaksel.
ADVERTISEMENT
Kalau menurut saya pribadi, anak Jaksel sering dijadikan sebagai trend model para milenial mulai dari fashion, lifestyle, hingga cara berbicara. Bahkan beberapa teman saya juga dari Jaksel mulai berbicara dengan bahasa yang bercampur-campur. Saya pernah berbicara dengan teman saya yang merupakan anak jaksel. Katanya begini,
"Aku udah gak se-young dulu lagi. Aku ketemu orang which is lebih muda than me. Aku tuh literally gak nyangka. Jadi kek baru sadar gitu. Kok kek nya aku tetap sama kek dulu gitu. Aku kan jadi confuse gimana gitu. Insecure gitu loh.”
Ya seperti itulah kira kira Bahasa anak jaksel, Kebanyakan anak jaksel menggunakan Bahasa campur aduk itu hanya untuk bersenang-senang, lifestyle, pergaulan, biar keren, biar dianggap cool dan juga melatih keberanian mereka untuk bicara.
ADVERTISEMENT
Gaya bahasa ala Anak Jaksel sebenarnya bukan fenomena baru. Mulai dari Susilo Bambang Yudhoyono, Sandiaga Uno, hingga Anies Baswedan terhitung pernah menggunakan bahasa "campur-campur".
Anies Baswedan dalam sebuah wawancara dengan Kompas pada 5 September 2018 mengatakan, "Kita punya penduduk 10 juta, dan 30 persen earning less than 1 million per month. Dan bapak ibu semua menyadari what does it mean having 1 milion in the city like Jakarta. What can you do dengan angka itu? This is a problem," imbuh dia.

Tantangannya bagi Bahasa Indonesia?

Nah, dari sinilah bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara mendapatkan tantangan. Apakah sebagai bahasa pemersatu yang sudah dijunjung tinggi dalam Sumpah Pemuda 1928, bahasa Indonesia mampu untuk tetap tegak sebagai bahasa yang dipergunakan sebagai baik?
ADVERTISEMENT
Sebenarnya alih kode/campur kode tidak melulu merupakan gejala yang buruk dan haram untuk dilakukan. Penggunaan lebih dari satu bahasa menunjukkan kemampuan multitasking atau mengerjakan banyak hal dalam satu waktu. Penelitian lain juga menemukan kemampuan lebih dari satu bahasa membuat seseorang dapat memutuskan pilihan dengan lebih rasional. Studi lain pun mengungkap menguasai lebih dari satu bahasa membuat seseorang lebih sensitif terhadap lingkungan.
Namun, jika terus dibiarkan ini bisa mengkhawatirkan nasib bahasa Indonesia. Bahasa Inggris yang merupakan bahasa utama di dunia tentu akan lebih menarik dipelajari dibanding bahasa Indonesia itu sendiri.
Jika banyak masyarakat Indonesia, apalagi anak muda yang lebih bangga menggunakan bahasa Inggris dibandingkan bahasa Indonesia, tentu mengakibatkan bahasa Indonesia bisa semakin tertinggal. Tidak hanya itu, hal tersebut juga dapat mengarah kepada krisis identitas bangsa.
ADVERTISEMENT
Jadi kita sebagai seorang milenial, bisa berbahasa Inggris dengan baik memang jadi nilai lebih, tetapi akan lebih baik kita juga jangan sampai merusak bahasa Indonesia sendiri, jangan sampai karena kebiasaan mencampur adukkan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, bahasa Ibu kita lama-lama tergerus dan terlupakan.
Menurut saya, menghargai proses terbentuknya bahasa resmi negara ini merupakan salah satu bentuk jiwa nasionalisme kita terhadap negara. Cara menghargai bahasa Indonesia yaitu dengan menggunakannya sebaik mungkin tanpa mencampur adukkannya dengan bahasa lain.
BANGGA BERBAHASA INDONESIA!
Salam hangat dari saya, sehat selalu kalian
MiftaHul jannah (Mahasiswi Universitas Pamulang)