news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Metafora Amanah Dalam Bentuk Nilai Akuntansi

umpo media
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Konten dari Pengguna
8 Juli 2022 10:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari umpo media tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto Arif Hartono UMPO
zoom-in-whitePerbesar
Foto Arif Hartono UMPO
Metafora merupakan suatu analogi yang membandingkan dua hal secara langsung tetapi dalam suatu bentuk yang singkat. Metafora dikenal dengan istilah majas (kiasan) yang bertujuan menyamakan sesuatu dengan yang lainnya. Majas seringkali digunakan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang imajinatif. Tujuan penyampaian secara imajinatif tersebut adalah untuk memberikan nilai yang lebih humanis terhadap suatu bentuk kegiatan atau aktivitas yang lebih komplek. Sehingga aktivitas tersebut dapat lebih dekat dengan tujuan intinya dan mampu melingkupi aspek lain yang ada di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Kondisi tersebut yang kemudian digunakan untuk mencoba memberikan nilai humanis atas sebuah kegiatan dalam ber-akuntansi maupun dalam melakukan pengelolaan keuangan. Seringkali sang pengelola terjebak pada rutinitas teknis sehingga mengaburkan makna dan tujuan pokok dari akuntansi itu sendiri sebagai media komunikasi data keuangan. Sering kali akuntan dan pengelola keuangan terjebak pada tanggung jawab yang hanya bersifat minannas sehingga lupa bahwa semua itu merupakan bagian dari muamalah yang juga harus dipertanggungjawabkan secara vertikal kepada Allah (minallah). Lepasnya nilai pertanggungjawaban tersebut sering kali dilakukan secara tidak sengaja atau juga karena faktor lingkungan sekitarnya yang masih menggunakan budaya sekuler. Kondisi tersebut akan membawa seorang pengelola keuangan dalam menjalankan tanggungjawabnya masih membedakan antara urusan dunia dan akherat.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan kondisi tersebut perlu kiranya kita mencoba mendekatkan kembali cara kita memahami sebuah kegiatan dengan prinsip muamalah yang lebih humanis. Beberapa sudut pandang bisa dilakukan, salah satunya dengan memberikan nilai humanis pada bidang akuntansi dan pengelolaan keuangan tersebut dengan metafora Amanah. Metafora amanah sebagai kiasan untuk melihat, memahami, dan mengembangkan organisasi bisnis (dan sosial) telah diungkapkan dalam rangka mencari bentuk organisasi yang lebih humanis, emansipatoris, transedental dan teleologikal. Metafora ini memberikan implikasi yang fundamental terhadap konsep akuntansi dan pengelolaan keuangan.
Bentuk konkrit dari metafora ini di dalam organisasi bisnis adalah realitas organisasi yang dimetaforakan dengan zakat (zakat metaphorised organisational reality). Realitas, menurut metafora ini, berpandangan bahwa profit-oriented atau keuntungan yang diperoleh sebenarnya bukan orientasi yang tepat bagi perusahaan yang berbasis nilai syari'ah, tetapi sebaliknya menggunakan konsep yang berorientasi pada zakat zakat-oriented berorientasi pada pelestarian alam (natural environment) dan berorientasi pada pelanggan (stakeholders).
ADVERTISEMENT
Orientasi zakat berarti bahwa perusahaan akan berusaha untuk mencapai realisasi zakat dalam arti materi maupun nilai secara optimum. Ini berarti bahwa keuntungan bukan lagi ukuran keberhasilan pengelolaan keuangan, tetapi sebaliknya zakat menjadi ukuran kinerja materi dan spiritual (etika). Kemudian lingkungan sekitar akan memberikan respon positif terhadap distribusi atas zakat yang menjadi orientasi tersebut dan memiliki implikasi bahwa dalam pengelolaan keuangannya sudah mempunyai kepedulian untuk memberikan “kesejahteraan” sebagai nilai tambah atas tingkat keberhasilan usaha tersebut.
Metafora amanah ini sebetulnya diturunkan dari sebuah “aksioma” yang mengatakan bahwa pada dasarnya manusia itu berfungsi sebagai Khalifatullah fil Ardh (wakil Tuhan di bumi) sebagaimana firman berikut ini:
Ingatlah ketika rabb-mu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (QS. 2:30).
ADVERTISEMENT
Dialah yang menjadikan kami khalifah-khalifah di muka bumi (QS. 35:39).
Dengan fungsi ini, manusia mengemban “amanah” yang harus dilakukan sesuai dengan keinginan Pemberi Amanah. Adapun “amanah” yang dimaksud di sini adalah “mengelola bumi secara bertanggung-jawab dengan menggunakan akal yang telah dianugrahkan Allah. Mengelola bumi dapat diartikan menciptakan kesejahteraan bagi semua manusia dan alam semesta berdasarkan nilai-nilai yang diridhai oleh Sang Pemberi Amanah. Secara normatif, misi khalifatullah fil ardh ini diturunkan dari ayat al-quran
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam (QS. 21:107).
Singkatnya manusia memiliki tugas mulia yang merupakan suatu amanah dan akan dipertanggungjawabkan, yaitu menciptakan dan mendistribusikan kesejahteraan baik secara materi dan non materi bagi seluruh manusia dan alam semesta. Untuk mempermudah tugas ini, manusia dapat menciptakan “organisasi” baik organisasi bisnis maupun organisasi sosial untuk digunakan sebagai instrumen dalam mengemban tugas tersebut. Oleh karena itu, sangat wajar jika “metafora amanah” digunakan dalam mendesain bentuk, struktur, dan pengelolaan keuangan dari sebuah organisasi dalam rangka menciptakan dan mendistribusikan kesejahteraan di alam semesta. (Arif Hartono/Rian-umpo)
ADVERTISEMENT