Pandemi Covid-19 dan Hikmah Bagi Peningkatan Kompetensi Guru

Humas UMKT
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur adalah Universitas Swasta No 1 di Kalimantan Timur
Konten dari Pengguna
25 November 2022 10:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Humas UMKT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sudarman, M.Ed Dosen FKIP UMKT (Foto: Tim Media UMKT)
zoom-in-whitePerbesar
Sudarman, M.Ed Dosen FKIP UMKT (Foto: Tim Media UMKT)
ADVERTISEMENT
Penulis: Sudarman, M.Ed (Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur)
umkt.ac.id, Samarinda - Pada penghujung tahun 2019, dunia sontak dibuat kaget dengan ditemukannya sebuah virus baru yang menyerang dan menyebar dengan sangat cepat di seluruh penjuru dunia. Virus yang dikenal dengan nama Corona Virus Disease atau Covid-19 merupakan virus yang sangat mematikan, apalagi saat itu belum ada negara yang memiliki obat atau vaksin virus ini. Awalnya, Covid-19 pertama kali terdeteksi di sebuah wilayah bernama Wuhan di negara Tiongkok yang kemudian menyebar dengan sangat cepat ke segala penjuru dunia, termasuk Indonesia, sehingga Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan status Covid-19 sebagai pandemi. Status inilah yang kemudian mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan manusia, mulai dari interaksi sosial, interaksi transaksional, dan bahkan mekanisme bekerja harus dilakukan secara work from home (WFH) demi menghindari kontak langsung yang dapat menyebarkan virus. Pada situasi genting ini, semua sektor dan pekerjaan dipaksa untuk bertranformasi dari sistem konvensional menjadi digital, tanpa terkecuali tugas seorang guru.
ADVERTISEMENT
Seperti diketahui, dunia pendidikan merupakan salah satu sektor yang paling terkena dampak dari Pandemi Covid-19 ini. Para guru dan siswa terpaksa bekerja dan belajar dari rumah dengan menggunakan alat dan media seadanya dikarenakan ketidaksiapan sumber daya manusia serta sarana dan prasarana yang kurang memadai. Hal ini terjadi karena pada dasarnya dunia pendidikan Indonesia pada saat itu belum siap menerapkan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) secara merata di seluruh pelosok negeri. Perlu diketahui bahwa sebelum adanya Pandemi Covid-19, umumnya proses pembelajaran dilakukan dengan interaksi langsung antara siswa dan guru di dalam kelas atau yang lebih dikenal dengan istilah Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Sistem pembelajaran semacam ini sangat mengandalkan kepiawaian guru dalam meramu dan menyampaikan materi sehingga kemudian gurulah yang sering dianggap sebagai the center of knowledge. Sistem pembelajaran konvensional ini membuat para peserta didik menjadi sangat berketergantungan dengan kehadiran sosok guru di dalam kelas. Dengan kata lain, peserta didik hanya bisa belajar jika ada guru yang mengajar di kelas.
ADVERTISEMENT
Ketika Pandemi Covid-19 melanda Indonesia, sistem pembelajaran konvensional ini otomatis sudah tidak dapat diterapkan lagi, sehingga guru dan peserta didik terpaksa beradaptasi dengan sistem pembelajaran baru yang disebut e-learning. E-learning merupakan sistem pembelajaran jarak jauh dengan menggunakan jaringan internet dan perangkat HP atau laptop sebagai media penghubung. Di awal penerapannya, e-learning mungkin belum terlalu efektif dan efisien dikarenakan guru dan siswa masih beradaptasi dengan perangkat pembelajaran yang baru. Namun, seiring berjalannya waktu, guru dan siswa mulai terbiasa dengan sistem pembelajaran ini, bahkan para guru sudah mulai berani mengeksplorasi media pembelajaran baru yang memang banyak tersedia di internet seperti Quiziz, Prezi, EdPuzlle, Google Classroom, Moodle, dan sebagainya. Selain itu, mengingat pentingnya interaksi langsung antara guru dan siswa, maka beberapa aplikasi video teleconference mulai diperkenalkan untuk memenuhi kebutuhan akan pembelajaran synchronous atau pembelajaran tatap muka maya seperti Zoom, Hangouts, dan Google Meet. Dengan adanya perangkat video teleconference ini, guru dan siswa bisa langsung bertegur sapa dengan sesama sehingga ikatan emosional dalam pembelajaran jarak jauh tetap bisa terjalin. Keberadaan media pembelajaran seperti ini sangat membantu tugas guru dalam menyampaikan materi pembelajaran atau proses penilaian.
ADVERTISEMENT
Ditambah lagi, media atau platform pembelajaran ini umumnya dapat diintegrasikan dengan media atau platform lainnya sehingga pembelajaran bisa berlangsung lebih menarik dan interaktif sehingga mampu menghadirkan pengalaman belajar yang bermakna, tidak hanya bagi siswa namun juga bagi guru itu sendiri. Bagi guru, mempelajari dan mengaplikasi perangkat pembelajaran berbasis internet semacam ini tentunya sangat menantang, namun memberikan dampak yang sangat baik bagi peningkatan kompetensi guru itu sendiri khususnya dalam pengaplikasian perangkat teknologi dalam pembelajaran.
Selama kurang lebih 3 tahun pandemi berlangsung, sistem pembelajaran e-learning menjadi andalan para guru dalam menjalani kegiatan belajar mengajar, dan tanpa disadari pandemi sebenarnya telah membawa pendidikan Indonesia melangkah lebih maju. Siapa sangka sebuah sistem pembelajaran yang awalnya hanya diterapkan di negara-negara maju juga mampu diterapkan di Indonesia dengan segala keterbatasannya. Sebenarnya, penerapan e-learning sudah menjadi wacana dan telah diprediksi akan diterapkan di Indonesia di masa depan, namun tidak ada yang menyangka jika implementasinya bisa dilaksanakan lebih cepat, dan dalam waktu yang relatif singkat, perangkat pendidikan kita mampu beradaptasi dengan perubahan sistem pembelajaran yang telah mengglobal ini. Tentunya jika kita mengambil sisi positifnya, ini merupakan salah satu dampak positif dari pandemi Covid-19.
ADVERTISEMENT
Lantas, ketika saat ini pandemi diprediksi akan segera berakhir dan secara perlahan social distancing sudah mulai dihilangkan, apakah nantinya perangkat pendidikan akan kembali menerapkan pembelajaran konvensional? Hal inilah yang sering menjadi tanda tanya besar bagi pengamat pendidikan. Terlebih lagi, saat ini hampir semua sekolah dan bahkan universitas sudah mulai menerapkan pembelajaran tatap muka terbatas dan diprediksi dalam waktu singkat pembelajaran tatap muka total akan mulai diterapkan seiring berkurangnya kasus infeksi Covid-19 di Indonesia. Namun, jika benar nanti pembelajaran normal akan kembali dilaksanakan seperti saat sebelum pandemi, bukankah ini justru menjadi langkah mundur bagi pendidikan kita? Lantas bagaimana solusi terbaik dan bagaimana peran guru dalam melaksanakan pembelajaran di masa new normal?
ADVERTISEMENT
Menurut hemat saya, meskipun nantinya pandemi dinyatakan resmi berakhir, e-learning tidak sepatutnya serta merta ditinggalkan oleh para guru. Di samping itu, guru sampai kapanpun akan selalu menjadi sosok penting dalam pendidikan Indonesia, khususnya dalam kegiatan belajar mengajar. Perangkat teknologi bisa saja menyediakan sumber belajar yang berlimpah, namun ada hal-hal yang tidak bisa didapatkan peserta didik hanya dengan berguru pada perangkat teknologi secanggih apapun itu, yaitu adab, etika, serta hubungan emosional antar manusia. Nilai-nilai semacam ini hanya bisa didapatkan dari interaksi langsung antara siswa dan guru di dalam kelas. Terlebih lagi, tidak semua informasi yang disajikan di internet bernilai positif. Jika tidak mendapat pengarahan yang tepat, peserta didik bisa saja mengakses konten-konten negatif seperti pornografi, tindakan kekerasan dan sebagainya. Oleh karena itu, peran guru sebagai pengarah, fasilitator, dan pendidik akan sangat krusial bagi peserta didik.
ADVERTISEMENT
Mengingat pentingnya peran teknologi dan guru, maka guru dituntut untuk mahir dalam menerapkan teknologi dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran hybrid. Dalam pembelajaran hybrid, peran guru sangat vital khususnya dalam menentukan perangkat aplikasi pembelajaran yang akan digunakan agar proses belajar mengajar bisa berlangsung secara efektif dan efisien. Guru bisa saja menggunakan platform pembelajaran online seperti Google Classroom sebagai wadah untuk mendistribusikan materi pembelajaran berupa teori beserta
penugasan kepada siswa, sedangkan praktiknya bisa dilakukan secara langsung di kelas. Dengan begini, alokasi waktu yang diberikan untuk pembelajaran di kelas akan sepenuhnya digunakan untuk kegiatan yang bersifat praktikal. Selain itu, pembelajaran hybrid juga akan memberi ruang bagi siswa untuk tetap belajar di luar jam pelajaran sekolah, sehingga secara tidak langsung mereka bisa mengurangi aktivitas yang kurang bermanfaat seperti bermain games dan menonton televisi di rumah.
ADVERTISEMENT
Saat ini, media sosial (medsos) merupakan konsumsi utama para kaum milenials yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Bahkan, kapanpun dan dimanapun siswa selalu membawa HP untuk mengakses medsos seperti Instagram, YouTube, Facebook, dan TikTok. Hal ini perlu dimanfaatkan oleh guru dengan menjadikan medsos sebagai media pembelajaran. Jika guru mampu menggunakan media sosial sebagai media atau sumber belajar, maka peluang siswa untuk belajar di luar jam sekolah akan semakin besar. Pemanfaatan medsos sebagai sumber belajar bisa dilakukan guru dengan menjadi konten kreator, dimana guru memproduksi konten berupa materi pembelajaran yang kemudian diposting di medsos dengan mengikuti trend terkini. Dengan begitu, guru akan mampu menghadirkan materi dan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga mereka bisa menikmati belajar dengan cara yang berbeda dimanapun dan kapanpun mereka berada.
ADVERTISEMENT
Jadi, peran guru dalam membantu perkembangan peserta didik tidak akan mampu digantikan oleh perangkat teknologi tercanggih sekalipun. Namun di sisi lain, penerapan teknologi dalam pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat terelakkan dan merupakan pilar penting dalam pendidikan masa depan. Oleh karena itu, guru pada era digital seperti saat ini dituntut untuk mampu mengaplikasikan teknologi pendidikan dalam proses belajar mengajar, baik di sekolah maupun di rumah. Dengan begitu, maka masa depan pendidikan Indonesia akan terus berkembang sehingga mampu melahirkan sumber daya manusia yang beradab yang tidak hanya unggul dalam ilmu pengetahuan namun juga mampu menguasai teknologi.