GIZ dalam Pembangunan Ekonomi di Kabupaten Boyolali pada Tahun 2006

Zevana Zavira
Mahasiswa Universitas Udayana.
Konten dari Pengguna
8 Desember 2022 22:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zevana Zavira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia adalah negara berkembang dengan tingkat pembangunan yang kurang baik. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal, pertama-tama adalah fakta bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan membuat pembangunan Indonesia hanya terfokus pada daerah di sekitar Ibukota Indonesia, yaitu DKI Jakarta. Apabila dibandingkan dengan daerah lainnya, Provinsi DKI Jakarta tergolong maju dan memiliki kualitas ekonomi yang cukup baik meskipun masih terdapat isu-isu ekonomi di dalamnya. Kedua, kualitas SDM dinilai masih kurang baik. Tingginya angka buta huruf dan masyarakat yang putus sekolah menjadi salah satu penyebab mengapa kualitas SDM Indonesia akan sulit untuk bersaing dengan SDM asing, sebab untuk dapat melakukan pembangunan, Indonesia perlu meningkatkan berbagai sektor di dalam negara dan berusaha untuk tidak terlalu bergantung dengan kekuatan asing. Pemerintah juga mengeluarkan program PEL (Pengembangan Ekonomi Lokal) untuk mengembangkan potensi lokal.
ADVERTISEMENT
Klaster usaha yang merupakan bagian dari PEL pun kemudian mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah, di mana klaster usaha ini akan lebih fokus pada pengembangan potensi usaha lokal di tingkat daerah. Pemerintah daerah berlomba untuk melakukan kontrak kerja sama dengan berbagai NGO atau LSM karena dinilai lebih efisien serta efektif dalam tahap pelaksanaan pembangunan ekonomi. Dalam hal ini, NGO dapat berperan sebagai komunikator antara pihak pemerintahan daerah dan masyarakat daerah serta menjadi advokasi bagi masyarakat untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat. Tidak hanya itu, NGO juga dapat memengaruhi berbagai implementasi program pemerintah hingga kebijakan pemerintah dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mensponsori berbagai proyek masyarakat.
Potret sapi. (Sumber: Zevana Zavira)
Kabupaten Boyolali memiliki klaster usaha susu sapi perah terbesar di provinsi Jawa Tengah sehingga pemerintah setempat pun kemudian berupaya untuk melakukan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk NGO. Mulanya, Forum for Economic Development and Employment Promotion (FEDEP) Kabupaten Boyolali berupaya untuk melakukan kerja sama dengan Forum Pengembangan Ekonomi dan Sumber Daya (FPESD) Jawa Tengah, diiringi oleh kerja sama dengan NGO internasional yang bernama Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit-Regional Economic Development (GTZ-RED) yang nantinya akan bergabung dengan The Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, serta mengupayakan koordinasi dengan pemerintah Kabupaten Boyolali. Karena kerja sama yang dilakukan FEDEP dengan berbagai pihak, pada tahun 2006 pun pihak-pihak terkait berhasil menyelenggarakan workshop terkait Pembentukan Klaster dan workshop Penyusunan Program dan Pengurus Klaster yang di dalam pelaksanaannya dibantu oleh berbagai pihak lain seperti Bina Swadaya yang merupakan lembaga swadaya masyarakat, GTZ-RED dan DED (Deutscher Entwicklungsdienst) yang merupakan bagian dari GIZ, sebuah NGO asal Jerman yang berfokus pada prinsip sustainable development serta pendidikan pekerjaan dalam skala internasional.
ADVERTISEMENT
Susu sapi yang merupakan produk unggulan Kabupaten Boyolali tentu akan membuat pemerintah Boyolali berupaya untuk memaksimalkan potensi dari jenis usaha tersebut sehingga klaster usaha susu sapi perah pun terbentuk dengan kerja sama dengan berbagai pihak, salah satu pihak tersebut adalah NGO. Permasalahan yang saat itu terjadi di dalam klaster usaha susu sapi perah antara lain adalah masih rendahnya kualitas dari susu sapi akibat kurangnya teknologi yang memadai untuk mengolah susu sapi. Tidak hanya itu, modal serta pemasaran yang tidak stabil sehingga klaster ini sulit untuk bersaing dengan pihak-pihak lainnya. Permasalahan lainnya terdapat pada perilaku serta tindakan peternak susu sapi perah itu sendiri yang sulit untuk berubah dan masih terpaku dengan cara tradisional.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi permasalahan terkait rendahnya tingkat modal, pemasaran, dan kualitas susu sapi perah, NGO mulai melakukan pembangunan ekonomi dengan cara melaksanakan program pengembangan sektor ekonomi lokal di Kabupaten Boyolali yang diikuti dengan program pengentasan kemiskinan. GIZ berupaya untuk memperjuangkan hak para peternak guna memberikan edukasi bagi peternak susu sapi perah terkait hak apa yang dapat dimiliki oleh peternak serta membuat video terkait panduan ternak sapi perah yang lebih efisien. GIZ juga kerap kali menyelenggarakan pertemuan antar peternak untuk saling bertukar informasi terkait pembangunan ekonomi berbasis klaster usaha susu sapi perah. Langkah lain yang dilakukan oleh GIZ adalah melakukan uji kualitas susu sapi serta membuat silase (hijauan makanan ternak) sebagai alternatif dari pakan ternak biasanya. Dengan melakukan hal-hal tersebut, GIZ juga berusaha untuk meningkatkan daya saing dari klaster susu sapi perah dengan memberikan ide berupa penjualan produk pasca produksi seperti sabun susu dan keju untuk dimasukkan ke dalam komoditas unggulan Kabupaten Boyolali. Hal ini selain dapat meningkatkan nilai komoditas susu di dalam pasar, juga tetap berpegang teguh pada prinsip sustainable development yang dianut oleh GIZ.
ADVERTISEMENT
GIZ juga melakukan transfer teknologi kepada klaster susu sapi perah dan KUD guna meningkatkan kualitas susu, namun peternak dan pelaku usaha juga harus dapat memahami cara kerja teknologi tersebut agar dapat bekerja dengan lebih efisien dan efektif. GIZ juga mendampingi peternak susu sapi perah di Kabupaten Boyolali dalam perencanaan klaster usaha di masa mendatang guna pengembangan klaster susu dan pembangunan perekonomian di Kabupaten Boyolali. Hal ini dilakukan agar klaster susu sapi perah dapat tetap beroperasi secara independen dan stabil meskipun tanpa ada bantuan dari pihak lain di waktu yang akan datang. Dengan eksistensi dari NGO, masyarakat semakin memiliki kesempatan untuk mendapatkan haknya. NGO yang bergerak secara independen ini juga cenderung lebih efisien dalam tindakannya sehingga dapat langsung berkontribusi terhadap pembangunan dan berkomunikasi dengan masyarakat terlibat secara langsung. GIZ telah berkontribusi besar dengan berbagai langkah yang diambil, seperti memperjuangkan hak peternak, memberi edukasi terkait pengelolaan klaster susu sapi perah, transfer teknologi, hingga perencanaan klaster ke depannya agar klaster usaha susu sapi perah dapat bersaing dengan klaster lain bahkan dengan brand asing. Hal-hal ini tentunya meningkatkan kualitas serta efektivitas pembangunan ekonomi yang ada di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Sumber Referensi:
Ismail, I. (2021, January 21). NGO Adalah: Pengertian, jenis, dan Peran Penting NGO. Accurate Online. https://accurate.id/bisnis-ukm/ngo-adalah/
Novendra, D., & Lambelanova, R. (2021). PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH SUSU SAPI PERAH DI KABUPATEN BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH. 6(2), 91–114. https://doi.org/10.33701/j-3p.v6i2.1960
Wulan, R. M., & Muktiali, M. (2013). Peran Non Governmental Organization (GIZ dan LSM Bina Swadaya) terhadap Klaster Susu Sapi Perah di Kabupaten Boyolali. Jurnal Wilayah Dan Lingkungan, 1(2), 157. https://doi.org/10.14710/jwl.1.2.157-174