Filsuf Feminis Rosi Braidotti dan Pemikirannya "Nomadic Theory"

Ias Aprilia
Mahasiswa Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga
Konten dari Pengguna
7 Desember 2020 12:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ias Aprilia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rosi Braidotti, Filsuf Feminis (Sumber: https://rosibraidotti.com)
Mengenal Rosi Braidotti
Rosi Braidotti lahir 28 September 1954 di Latisana, Italia. Saat berumur 16 tahun, ia pindah ke Australia dan kemudian melanjutkan pendidikannya di Australia National Univesity di Canberra. Ia lulus dengan gelar sarjana pada tahun 1977 dengan First-Class Honours degree dan menerima penghargaan The University Medal in Philosophy dan The University Tillyard Prize. Braidotti kemudian melanjutkan pendidikan doktoralnya di Sorbonne, dan menerima gelar dalam bidang filsafat pada tahun 1981.
ADVERTISEMENT
Karir
Rosi Braidotti adalah seorang profesor terhormat di Universitas Utrecht, Belanda sejak 1988. Ia juga merupakan profesor perintis studi wanita Eropa di universitas tersebut. Pada tahun 1995 ia menjadi Direktur pendiri Sekolah Riset Belanda dalam Studi Wanita, posisi yang dipegangnya hingga 2005. Ia juga mendirikan Socrates Network of Interdisciplinary Women's Studies in Europe (NOISE) antar universitas di Eropa.
Sepanjang karirnya, Braidotti berhasil mendapatkan beberapa penghargaan besar, di antaranya adalah: gelar Ksatria Kerajaan dari Ratu Beatrix dari Belanda; Medali Universitas dari Universitas Lodz di Polandia; Kehormatan dalam bidang Filsafat dari Universitas Helsinki; dan gelar Kehormatan dalam bidang Filsafat dari Universitas Linköping, Swedia. Pada tahun 2009, ia terpilih sebagai Anggota Kehormatan dari Akademi Humaniora Australia.
ADVERTISEMENT
Karya
Karya Braidotti dikategorikan ke dalam filsafat kontinental dan feminis, juga berkaitan dengan teori sosial dan politik, politik budaya, gender, dan studi pascakolonial. Karya interdisiplinernya dapat dibagi menjadi tiga titik fokus utama: subjektivitas kontemporer, teori feminis, dan konvergensi posthuman. Pemikiran Braidotti banyak dipengaruhi oleh filsuf seperti Gilles Deleuze, filsuf feminis Prancis Luce Irigaray, dan Genevieve Lloyd. Melalui karyanya, Braidotti telah memelopori perspektif Eropa dalam filsafat dan praktik feminis yang berpengaruh pada postfeminisme serta pemikiran posthumanis.
Rosi Braidotti telah menghasilkan banyak karya baik dalam bentuk buku maupun artikel. Braidotti telah menulis total 19 buku yang beberapa telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. The Posthuman (2013) adalah salah satu buku Braidotti yang membahas mengenai tantangan era modern untuk membangun ikatan sosial sambil terus mengembangkan pemberdayaan dan keberlangsungan hidup di era modern. Selain The Posthuman, Braidotti juga menulis buku berjudul Nomadic Theory: The Portable Rosi Braidotti yang dirilis pada tahun 2012. Dalam buku ini, Rosi Braidotti mengemukakan teorinya yaitu Nomadic Theory.
ADVERTISEMENT
Nomadic Theory
Rosi Braidotti mengemukakan Nomadic Theory melalui bukunya yang berjudul berjudul Nomadic Theory: The Portable Rosi Braidotti yang dirilis pada tahun 2012. Rosi Braidotti menjelaskan cara berpikir yang ia lalui dan juga pengaruh yang ia dapat dari filsuf lain sebelum menyimpulkan teori ini. Salah satu contohnya adalah konsep rhizomatic dari filsuf Deleuze. Menurut Deleuze, rhizomatic adalah cara berpikir yang menyambungkan dua hal yang sangat berbeda dan menjadikannya satu kesatuan. Braidotti menggunakan konsep ini untuk menghubungkan pikiran dan tubuh yang merepresentasikan hubungan antara pikiran dan pengalaman dalam kehidupan nyata.
Dalam konteks feminisme, menurutnya perempuan tidak hanya dilihat oleh apa yang orang-orang pikirkan tetapi juga dilihat dari apa yang wanita alami dalam realitas sosial. Hal ini berkaitan dengan Nomadic Theory yang menjelaskan mengenai suatu subjektivitas yang berkelanjutan (atau bahkan berubah total) meskipun telah mengalami perubahan secara terus-menerus.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, zaman dulu perempuan terikat dengan norma sosial yang membatasi mereka untuk melakukan aktivitas tertentu. Perempuan digambarkan sebagai sosok yang hanya melakukan pekerjaan di rumah, mengurus anak, melayani suami, dan tidak diperkenankan untuk bekerja di luar, diharuskan berpakaian tertutup, dan batasan-batasan lainnya. Zaman sekarang, citra ini masih cukup melekat dengan perempuan, meskipun dengan adanya gerakan feminisme yang kian marak. Hal ini karena adanya alasan baik dari segi biologis maupun sosial bahwa sifat maternal merupakan sifat natural dari seorang wanita.
Braidotti juga pernah mengungkapkan hal serupa dalam bab yang ia tulis dalam buku berjudul A Concise Companion to Feminist Theory. Dalam bab tersebut, konsep Mothers, Monsters, dan Machines merupakan konsep yang menggambarkan pandangan wanita menurut masyarakat. Mothers di sini merupakan sifat alami dan mutlak seorang wanita, yakni keibuan. Setiap wanita sudah menyandang fungsi biologis sebagai ibu sejak lahir, tidak menjadi masalah apakah hal tersebut kelak terealisasi atau tidak.
ADVERTISEMENT
Namun, dengan Nomadic Theory Braidotti, pengkonstruksian seorang wanita harus menyesuaikan dengan keadaan yang terus berubah. Fungsi wanita sebagai ibu tentu saja tidak bisa dipungkiri, tapi perlu digarisbawahi bahwa pada realitanya di era modernitas ini pemikiran tersebut tidak seharusnya menjadi pembatas, melainkan sebuah pilihan. Perempuan berhak memilih untuk tetap berada dalam ranah domestik sebagai ibu rumah tangga, bekerja di luar mencari nafkah, atau keduanya. Apapun pilihan yang diambil seorang wanita tidak lantas mengurangi martabatnya sebagai seorang wanita.