Pencegahan Krisis Air Bersih di Indonesia (Coca-Cola)

Konten dari Pengguna
15 November 2017 14:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Idham Aulia Shaffansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Talkshow sesi Coca-cola dibuka dengan cerita mengenai dipanggilnya Emil Salim oleh Soeharto dan proses diangkatnya ia menjadi Menteri Lingkungan sebagai intermezo.
ADVERTISEMENT
Masuklah bincang-bincang ke pembahasan mengenai air adalah aspek paling penting dalam kehidupan. Hal yang dibahas pertama kali ialah "Urgensi Beradaptasi Terhadap Dampak Perubahan Iklim", dengan pembicara Ari Mochamad, Climate Change Govermance Advisor, United States Agency for International Development (USALD) Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketahanan (APIK).
Ari Mochamad mengatakan, Indonesia ialah negara dengan longsor paling tinggi terjadi dan di posisi ke-6 sebagai negara dengan yang sering banjir. Menurut Ari, perubahan adalah sebuah momentum, peluang yang dapat dimanfaatkan dan tak boleh dipandang secara negatif.
Menurut Ari, ketika sebuah kebijakan berbicara lingkungan, faktor lain pun perlu diperhatikan. Harus diperhatikan secara ekonomi, secara sosial, dan secara teknologi. Dapatkah masyarakat menerima dari semua faktor tersebut. Hal-hal tersebut harus diperhatikan sebagai bentuk adaptasi dari suatu kebijakkan.
ADVERTISEMENT
Pembicaraan dilanjutkan oleh Andrew Hallatu, Public Affairs Manajer Coca-cola. Ia membicarakan mengenai apa yang dilakukan Coca-cola terhadap lingkungan khususnya upaya mencegah krisis air. Coca-Cola memiliki 4 Enviromental Goals.
Sejak 2006, Coca-cola sudah sukses me-restorec air sebanyak 1 miliar air bersih dan mengembalikan 164% air ke alam.
Ada 3 project besar yang dilakukan Coca-Cola.
1. Nabung air hujan
2. Sumber resapan
3. Embung air
Talkshow dilanjutkan oleh Bapak Pratomo mengenai Embung. Dilanjutkan lagi oleh Pak Joko mengenai sumber resapan air.