Jokowi, Media Sosial dan Serangan Kritik Bertubi-tubi

Ign Joko Dwiatmoko
Senang membaca, seorang guru, kebetulan suka menulis
Konten dari Pengguna
14 Juli 2017 13:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ign Joko Dwiatmoko tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sumber gambar:kaskus.co.id
Era media seperti sekarang ini siapapun pemerintahannya harus siap mendengar, membaca dan menyiapkan mental untuk kritik-kritik yang bertebaran di media massa dan media sosial. Di media massa kritikan bisa diredam oleh aturan kode etik jurnalistik, tapi media sosial susah memfilter dengan undang-undang apapun untuk membatasi pendapat seseorang. Tragedi pemerintahan bisa terjadi dengan suara-suara keras, kritikan tajam dan pergerakan masif lewat media sosial. Sudah lama penulis mengamati, membaca, memperhatikan komentar- komentar di facebook. Penulis mencoba tidak emosional menanggapi komentar-komentar sinis, komentar nyinyir, kasar dan komentar pembelaan mati-matian dari rezim yang sedang berkuasa terutama presidennya. Usaha netral menanggapi artikel-artikel di blog, website dan portal berita resmi sampai abal – abal, membuat penulis mengerti bahwa di masa demokrasi saat ini rupanya masyarakat lebih menyukai isu-isu politik dan menggorengnya hingga menimbulkan kegaduhan.
ADVERTISEMENT
Bahan diskusi yang”panas”. Saling sindir, ngotot, mau menangnya sendiri banyak muncul di internet, rohaniwan, ulama baru yang membeberkan kebenaran dalam bentuk share dan debat . Ilmuwan baru yang berusaha menulis tapi tampak tendesius karena disertai emosi tinggi menanggapi sebuah komentar, bullying terhadap komentar yang menyudutkan tokoh. Semua bisa dilihat di media sosial. Pengeroyokan pada penulis baru yang ditengarai bermodal copy paste.
Presiden Jokowi menghadapi situasi rumit media sosial. Kalau tidak siap mental dan koppig tentu akan selalu mengeluh terhadap gencarnya berita miring terhadap sosok dan gaya kepemimpinannya. Sepanjang pemerintahannya banyak isu-isu yang sengaja disebar untuk memperburuk prestasinya “yang mendem” dengan kritikan-kritikan tajam haters yang kurang manusiawi. Untungnya Jokowi adalah sesosok presiden yang tegar menghadapi badai kritikan. Meskipun dikatakan plonga-plongo oleh haters seakan tidak peduli dengan gayanya yang dimilikinya tetap menyapa masyarakat dan tidak banyak perubahan dalam gaya bertuturnya.
ADVERTISEMENT
Sudah menjadi resiko Public figure akan tetap menjadi sasaran empuk kritikan. Jutaan kepala manusia yang dipimpinnya pasti punya persepsi beda terhadap siapa figure ideal pemimpinnya. Kalau ada yang tidak setuju, benci, tidak suka, tidak sejalan dengan kebijakan politik pemimpinnya itu wajar. Hanya dengan adanya media sosial tampak sekali opini masyarakat yang terbelah antara pengagum dan pengritiknya.
Jokowi dan barisan pengeritiknya adalah bumbu media. Semakin banyak polemik, akan semakin menarik media. Dan mereka bisa menangguk keuntungan dengan adanya polemik. Semakin ramai perdebatan di media sosial akan semakin meningkatkan pundi-pundi uang bagi operator, pemilik situs dan pendiri web dan jaringan media sosial tersebut.
Sekarang HP android berbasis smartphone, I phone telah dimiliki bermilyar – milyar manusia. Indonesia saja yang masuk dalam negara sedang berkembang pengguna smartphone termasuk yang terbanyak di Asia bahkan dunia. Hampir semua pengguna mempunyai akun faceboo, Twitter, Wattshap, Instagram. Isu-isu remeh temeh saja bisa menjadi viral dan menjadi trending topik, apalagi sepak terjang presiden populer yang sering memanfaatkan media sosial untuk merekam aktifitasnya. Tidak semua orang suka dan senang dengan pemimpinnya. Akan tersisa barisan manusia sakit hati yang masih belum move on setelah kekalahan pemilihan presiden yang lalu. Masih banyak barisan pendukung lawan politik yang tidak suka dengan tampang, gaya, dan kebijakan presiden dalam menggerakkan roda pemerintahan. Bahkan “cara bernafas”presiden akan selalu di sorot(ekstremnya).
ADVERTISEMENT
Jokowi adalah presiden populer. Mau tidak mau ia akan selalu disorot segala tindak-tanduknya. Menurut penulis, Jokowi masih konsisten memegang arah kebijakan pemerintah dan janji-janji kampanyenya. Untuk bisa memimpin jutaan penduduk dengan keinginan yang berbeda- beda tidaklah mudah. Ia harus mampu mengendalikan emosi, mengendalikan nafsu berkuasa, godaan kiri kanan yang ingin berusaha menekan, mempengaruhi dan masuk dalam lingkaran setan kekuasaan yang memabukkan. Jika tidak koppig seorang presiden tentu akan sering mengeluh, kecewa, marah, berang terhadap serangan masif barisan haters dan para pengritiknya.
Sampai 2019 Jokowi akan sering mendapat berondongan isu tidak sedap. Para politikus yang kebetulan berseberangan dengan Jokowi akan selalu memanfaatkan celah sekecil apapun untuk menembak sisi lemah dirinya. Termasuk yang saat ini sering dibicarakan adalah usaha DPR terutama anggota Pansus hak angket untuk memotong kewenangan KPK. Ormas-ormas, Pengusaha hitam, konglomerat yang merasa berkepentingan mempertahankan bendera usahanya. Politisi yang secara terang-terangan terus mengkritik dan selalu melihat”salah” apapun kebijaksanaan presiden.
ADVERTISEMENT
Barisan pengritiknya akan puas jika Jokowi terpeleset dan masuk dalam perangkap taktik politiknya. Mereka akan selalu senang, gembira, bersuka ria, Jokowi menjadi korban dan konspirasi politik yang sepanajng massa memang akan selalu muncul dalam sebuah negara berdaulat. Dari jaman Plato sampai jaman Donald Trump, dari Firaun sampai Ratu Elizabeth, intrik politik akan selalu ada. Dinamika politik akan selalu menggerus nurani. Tidak ada politik tanpa intrik. Idealisme politik memang terus digemakan oleh para ilmuwan namun prakteknya, konspirasi, intrik, politik pecah - belah, coup de etat(kudeta), akan selalu ada sepanjang manusia masih mempunyai hasrat terhadap kekuasaan dan menara gading kepemimpinan.
Akan selalu ada sosok “sengkuni” yang berusaha memecah belah bulatnya suara dalam mendukung pemerintahan. Akan selalu ada Yudas yang menjadi pengkianat bagi guru dan Tuhannya. Semakin tinggi pohon akan semakin mendapat terpaan angin. Batu karang yang kokoh saja lama-lama akan terkikis oleh terpaan badai dan ombak yang datang bergelombang. Bagi barisan pendukung Jokowi “Semoga Jokowi tetap sehat dan mampu menghadapi badai kritikan dengan tenang, tetap tersenyum dan menang lagi di pemilihan presiden periode 2019 - 2024 ”. Bagi barisan pengritiknya.”semoga Jokowi terpeleset dan terjebak dalam kekeliruan kebijaksanaan sehingga mudah untuk dilengserkan.”
ADVERTISEMENT