news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Basoeki Abdullah, Berjuang Tanpa Berperang

16 Agustus 2017 18:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Bagi pecinta seni, siapa yang tak kenal dengan Basoeki Abdullah? Salah satu pelukis kesayangan Presiden Soekarno tidak hanya dikenal sebagai pelukis, tetapi juga karena peran besarnya bagi bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Mengunjungi museumnya yang terletak di Cilandak, Jakarta Selatan, kita akan melihat sebuah mural yang menggambarkan pemikiran-pemikiran Basoeki Abdullah. Nasionalisme dan perjuangannya bagi bangsa tercetak jelas.
"Saya berjuang untuk negara saya tidak pakai senjata, tapi senjata saya kebudayaan, Budaya Seni."
Dituliskan pula, "Sejarah hidup dan sikap kebangsaan pelukis Basoeki Abdullah ditandai dengan semangatnya untuk mencatat berbagai peristiwa sekaligus mendokumentasikan potret para pejuang bangsa."
Basoeki Abdullah memang pernah membuat dua buah sketsa yang menggambarkan perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Meski tidak diketahui pasti kapan tahun pembuatannya, namun banyak yang memperkirakan sketsa tersebut dibuat sekitar masa-masa kemerdekaan. 
Sketsa pertama menggambarkan proses perjuangan Indonesia yang dimulai dari kedatangan pasukan sekutu. Digambarkan pula terbentuknya TNI serta penandatanganan penyerahan kedaulatan antara Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan pemerintah Belanda yang diwakili Sultan Hamengkubuono IX dan A.H Lovink. Proses pengibaran Merah Putih di Istana Merdeka juga turut digambarkan dengan dramatis.
Museum Basoeki Abdullah (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sketsa kedua juga tidak kalah menarik. Suasana pertempuran TNI digambarkan dengan begitu heroiknya. Elit-elit politik yang ikut andil dalam proses perjuangan juga digambarkan dengan ciamik menjadikan kedua sketsa ini sebagai dokumentasi sejarah perjuangan bangsa yang dikemas dengan cita rasa tinggi.
Selain kedua sketsa tersebut, Basoeki juga terkenal gemar melukiskan tokoh-tokoh perjuangan idolanya. Salah satunya lukisan penggagas Boedi Oetomo, Wahidin Sudirohusodo, yang juga merupakan kakeknya. Gambar-gambar pahlawan yang ia goreskan seperti Pangeran Diponegoro dan Cut Nyak Dien tanpa kita sadar telah kita kenal di buku-buku sejarah.
Ratu Juliana (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Basoeki Abdullah mungkin memang tidak mengangkat senjata untuk memperjuangkan bangsanya, bangsa Indonesia. Namun goresan kuasnya telah berhasil menggegerkan dunia seperti saat lukisan Ratu Juliana yang dibuat pada tahun 1948 dinobatkan sebagai pemenang, mengalahkan 87 pelukis Eropa. Sejak saat itu, Basoeki Abdullah dan Indonesia tidak hanya dikenal sebagai negara yang baru merdeka, tetapi juga sebagai negara yang berbudaya dan berseni tinggi.
ADVERTISEMENT
Perginya Sang Maestro
Dalam kunjungannya ke Pameran Lukisan Koleksi Istana di Galeri Nasional, Jakarta, Kamis (10/8), Presiden RI ke-5, Megawati Soekarnoputri, sempat mengungkapkan kedekatannya dengan pelukis Basoeki Abdullah. Memang, jika berbicara mengenai hobi mengoleksi lukisan Presiden Pertama RI sekaligus ayah Megawati, Soekarno, tentu tidak bisa dilepaskan dari nama Basoeki Abdullah.
"Saya memang menghabiskan masa kecil di istana. Jadi tahu persis. Pelukis-pelukis seperti Basoeki Abdullah, saya panggilnya Om Bas itu saya kenal. Dulu saya pernah digambar oleh Om Bas saat masih kecil," kenang Megawati di depan lukisan Basoeki berjudul Gatotkaca dengan Anak-Anak Arjuna (Pergiwa dan Pergiwati).
Kamar Basoeki (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Darah seni memang mengalir deras dalam diri Basoeki. Ayahnya, Abdullah Suriosubroto, merupakan seorang pelukis dan penari handal. Darah pejuang juga diturunkan oleh kakeknya, Wahidin Sudirohusodo, yang dikenal sebagai salah satu penggagas Boedi Oetomo.
ADVERTISEMENT
Meski tidak ikut berjuang mengangkat senjata, Basoeki berjuang dengan kuasnya di dunia seni. Sketsa-sketsanya bahkan menjadi dokumentasi perjuangan kemerdekaan dengan nilai seni yang tinggi.
Namun sayang, karirnya yang mulus justru berakhir dengan tragis di kediamannya sendiri. 5 November 1993, pagi itu Basoeki terbangun setelah mendengar suara yang mencurigakan dari luar kamarnya.
Koleksi senjata Basoeki (Foto: Amanaturrosyidah/kumparan)
Bergegas, ia meraih salah satu senapannya --Basoeki juga terkenal gemar mengoleksi beragam senjata-- lalu mengendap-endap, hendak menyerang orang asing yang seenaknya memasuki kediamannya. Malang, begitu membuka pintu, pencuri yang tengah berdiri di depan pintu justru merebut senapan tersebut.
Basoeki, yang kala itu berusia 78 tahun, tewas setelah kepalanya terbentur gagang senapannya. Gagang kayu senapannya retak, tubuh renta Basoeki tersungkur bersimbah darah. 
ADVERTISEMENT
Sang pencuri kala itu masuk dibantu oleh penjaga kebun Basoeki. Mereka berhasil menggasak koleksi jam mewah yang tak tenilai harganya. Beberapa berhasil diselamatkan, kemudian dipamerkan di kediaman Basoeki yang kini dijadikan museum untuk mengenang Sang Maestro.