Seperti Katamu: kumparan Adalah Jawaban

Ikhwanul Habibi
Kepala Peliputan kumparan. Jangan egois, mari berbagi kisah di kumparan!
Konten dari Pengguna
22 Oktober 2017 12:35 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ikhwanul Habibi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seperti Katamu: kumparan Adalah Jawaban
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Foto: Aditia Noviansyah
Suatu pagi di bulan Oktober 2016, saya menemui Pemimpin Redaksi detikcom yang baru saja diangkat saat itu. Saya pamit, ingin meninggalkan detikcom, tempat belajar dan mencari penghidupan.
ADVERTISEMENT
“Mbak, saya izin ingin mengundurkan diri. Saya akan pindah ke kumparan,” begitu kira-kira kata yang keluar dari mulut saya saat membuka percakapan.
Kala itu, saya diminta untuk berpikir ulang. Diminta menemui pemred di hari berikutnya.
Pagi harinya, saya kembali menemui pemred untuk kembali mengatakan kalimat yang sama. “Saya ingin pindah ke kumparan, mbak. Saya sudah mantep,” kata saya.
Ya, perjalanan kemudian dimulai dari hari itu. Setelah sekian lama bimbang, sejak saya ditugaskan beberapa bulan di Australia. Di negeri kanguru itu, pikiran saya mulai melayang. Mempertanyakan tentang masa depan dan kemungkinan lain di perjalanan hidup ini.
Bohong besar kalau saya bilang meninggalkan detikcom itu gampang. Bagaimanapun juga, di sana saya mendapat begitu banyak pengalaman dan kesempatan belajar.
ADVERTISEMENT
Tapi hidup harus tetap berjalan, bukan? Ketika kau tiba di persimpangan, tidak ada jalan lain kecuali memilih. Dan saya telah memilih.
Usai mengakhiri karier di detikcom, saya tidak langsung bekerja di kumparan. Saya meminta jeda 10 hari setidaknya. “Badan ini punya hak untuk mengambil jeda setelah beberapa tahun terus bekerja,” pikirku.
Saya kemudian pulang ke rumah -hal yang sangat jarang dilakukan sebelumnya- kemudian memberitahu ibu kalau baru saja mengundurkan diri. Ibu tentu saja sangat kaget, dia memprotes keras keputusan saya meninggalkan sebuah perusahaan yang begitu besar dan mapan. “Aku tak akan berkembang dengan kemapanan, bu,” jawabku saat itu yang tentu saja tidak membuat ibu tenang.
Tugas yang harus saya emban di kumparan adalah sebagai kepala peliputan. Tugas ini belum pernah saya jalani sebelumnya, tapi setidaknya saya banyak belajar di tempat sebelumnya.
ADVERTISEMENT
Kala itu, saya menjadi salah satu karyawan ‘angkatan pertama’ di kumparan. Bagaimana tidak, bahkan saat itu kantor belum siap, masih kosong melompong. Kami benar-benar harus memulai semuanya dari nol.
Seperti Katamu: kumparan Adalah Jawaban (1)
zoom-in-whitePerbesar
Foto: dok. kumparan
Namanya juga memulai dari awal, tidak akan pernah ada kepastian akan sampai tujuan atau tidak. Tapi serius, kala itu rasanya seperti sedang jatuh cinta pada seseorang yang sangat sulit didapatkan. Kejar saja dulu, perkara hasil biar tangan lain yang menentukan. Kita tidak pernah tahu akan berhasil mendapatkan atau tidak, tapi segala upaya tetap dikerahkan, terus berlari sebelum lelah datang.
Itu juga yang saya lakukan, kerjakan saja dulu, perkara hasil pasti tidak akan mengkhianati usaha. Berlari lebih dulu, tanpa harus banyak memikirkan kapan akan sampai tujuan.
ADVERTISEMENT
28 November 2016, 80 wartawan baru datang. Perjalanan itu benar-benar telah dimulai.
Satu hal yang harus kalian tahu, lebih dari setengah wartawan kumparan saat itu adalah orang-orang yang baru lulus kuliah. Masih hijau dengan dunia jurnalis. Dari situlah semua bermula.
Banyak dari para jurnalis muda itu yang benar-benar tidak pernah punya gambaran bagaimana hidup menjadi seorang pencari berita. Saya dan teman-teman yang lain benar-benar harus mengajari dari hal yang sangat mendasar, mulai dari apa yang harus dilakukan di lapangan, bagaimana cara bertanya, cara mengejar narsum, cara mentranskrip hasil wawancara.
Soal tulisan, jangan ditanya, kalau boleh menangis saya akan menangis saat melihat tulisan mereka. Semua harus kami ajarkan dari hal paling dasar. Bukan, bukan saya ingin mengeluh, justru saya sedang sangat bersyukur saat ini.
ADVERTISEMENT
Bagi kami, tak apa belum bisa menulis, itu bisa dipelajari. Yang lebih penting adalah jangan malas. Mau jadi wartawan macam apa bila mereka malas?
Kami menerapkan standar tinggi, tak mau wartawan kumparan (yang saat itu bahkan websitenya belum live) dipandang sebelah mata. Mereka boleh wartawan baru yang masih belajar, tapi tak boleh disepelekan.
“Ducks fly together, eagles fly alone”
Itu adalah prinsip saya dan para jurnalis kumparan yang lain. Kami tak hanya ingin menjadi wartawan biasa saja seperti yang lainnya, tapi lebih dari itu. Konsekuensinya, kami harus bekerja jauh lebih keras.
Tentu saja ada yang tidak bisa mengikuti ritme kerja keras kami. Beberapa berguguran dan pamit mengundurkan diri.
Tiga bulan pertama benar-benar berat. Tiga bulan masa membangun fondasi untuk menjadi wartawan tangguh.
ADVERTISEMENT
Tak terasa, sudah 11 bulan para wartawan baru itu berkarya. Kini, para wartawan baru itu sudah bisa berjalan sendiri.
Mereka sudah memiliki jaringan masing-masing dan spesialisasi yang beragam. Tak perlu pusing ketika kami sedang memainkan isu tertentu. Para wartawan baru itu kini sudah siap ditugaskan di manapun dan kapanpun. Tak sedikit dari mereka yang memiliki sumber berkualifikasi A1.
Setelah 11 bulan berlalu, para wartawan baru itu mulai dipandang. Isu-isu yang mereka garap bisa jauh meninggalkan yang lain, tak jarang juga akhirnya diikuti yang lainnya.
Beberapa dari mereka sudah melanglangbuana ke lain benua, ada yang sampai ke Belgia, Inggris, hingga Rusia.
Produk jurnalistik merekapun diterima pembaca. Hingga saat ini, kumparan sudah masuk 20 besar media online tanah air. Untuk media yang baru 9 bulan berproduksi, tidak ada alasan bagi kami untuk tidak bersyukur.
ADVERTISEMENT
Setahun berlalu, November 2017 kami akan kedatangan keluarga baru. Jurnalis-jurnalis muda kumparan akan kembali datang. Semua proses harus saya lakukan dari awal.
Tapi, apa yang harus dikhawatirkan?
Sebentar lagi, kekuatan kami akan bertambah 2 kali lipat. Bila dalam sembilan bulan kami bisa masuk 20 besar, semoga tahun depan kami sudah bisa berada di tempat terbaik.
Percayalah, usaha tak akan pernah mengkhianati hasil.