Jaafaria Sauq Makkah

Konten dari Pengguna
3 April 2019 15:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilham Bintang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penjual pakaian 'Ayu Ting Ting dan Syahrini' di Jaafaria Sauq. Foto: Dok Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Penjual pakaian 'Ayu Ting Ting dan Syahrini' di Jaafaria Sauq. Foto: Dok Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masuk Jaafaria Sauq atau pasar Jaafaria di Makkah niscaya kita akan disambut dengan berondongan seruan kata yang mungkin 'asing' dari ratusan pedagang di sana, “ Masempo, masempo, Ting Ting, Syahrini, lengkap. Ayo mampir!”
ADVERTISEMENT
Apa yang mereka maksud?
Pertama, mereka seperti menunjukkan jemaah Indonesia familir di situ. Tidak berhenti di situ. Ia juga menyebut kata “masempo”, yang menunjukkan secara spesifik dari jemaah orang Indonesia, jamaah asal Bugis Makassar, yang cukup populer di sana.
Masempo, adalah ungkapan kata dalam bahasa Bugis. Artinya: murah! Hal lain yang menandai jemaah Indonesia merupakan pasar besar hadirnya beberapa kios maupun toko yang dilabeli 'Toko Indonesia' Jualannya, pelbagai makanan ringan khas kita, termasuk Indomie.
Mengenali Logat
Seorang jemaah berada di salah satu toko bernama 'Kedai Malaysia' di Jaafaria Sauq. Foto: Dok. Pribadi
Faktanya, Senin siang (1/4), pengunjung pasar yang jumlahnya ratusan didominasi jemaah umrah asal Indonesia. Dan tak sedikit yang berasal dari Sulawesi Selatan. Saya mengenali dari logat khas mereka di tiap kios yang saya kunjungi maupun sekadar berpapasan di area pasar. Meskipun bahasa yang digunakan bahasa Indonesia. Pukul rata pedagang di sini berbahasa Indonesia, walau terbatas dalam urusan tawar-menawar harga barang jualan.
ADVERTISEMENT
Lokasi Jaafar Suaq sekitar 2 kilometer dari Masjidil Haram. Tempatnya menyerupai hanggar besar yang di dalamnya terdiri ratusan toko atau kios. Jualan yang mereka jajakan hampir sama, oleh-oleh mulai dari sajadah, parfum, aneka baju khas Arab Saudi, aneka cindera mata, kurma, coklat, aneka kacang Arab, alat-alat elektronik, tasbih, perhiasan atau jam tangan. Di lokasi Jaafaria tersedia juga money changer dan ATM.
Tunggu. Lantas apa yang dimaksud Ting Ting dan Syahrini?
Ternyata adalah baju-baju yang mereka juluki seakan pakaian yang sering dikenakan pemain sinetron Ayu Ting Ting dan Syahrini. Karena penasaran saya minta mereka tunjukkan baju yang dijuluki Ayu Ting Ting dan Syahrini. Model bajunya terusan dengan warna mencolok. Apakah betul itu persis model baju khas Ayu Ting Ting dan Syahrini, wallahualam. Yang saya tahu, karena artis pastilah baju mereka mencolok mata.
ADVERTISEMENT
Nostalgia Pasar Seng
Para jemaah di antara kios-kios yang ada di Jaafaria Sauq. Foto: Dok. Pribadi
Bagi jemaah haji dan umrah yang pernah ke tanah suci sampai tahun 2010, Pasar Jaafaria pasti mengingatkan pada Pasar Seng yang berlokasi di sekitar Masjidil Haram. Pasar yang dulu amat terkenal, lagendaris, bagi jemaah haji dan umrah dari seluruh dunia. Di situ lah dulu seluruh jemaah melakukan 'tawaf' extra selepas beribadah di masjidil haram.
Pasar yang beroperasi 24 jam itu kini sudah tiada, sejak proyek perluasan Masjidil Haram dimulai. Pasar Seng dan ribuan kios tenda yang bersebaran di sekitar Masjidil Haram, pun lenyap. Padahal, dulu semacam ikon bagi Makkah sendiri.
Ustaz Agus, mutawif kami yang mengantar ke Jaafaria Sauq membenarkan sebagian besar pedagang Pasar Seng, dan kios tenda kali lima sekarang mengisi Pasar Jaafaria.
ADVERTISEMENT
Diantar Ustadz Agus itulah pertama kali saya ke Jaafaria. Suaq itu sekaligus menjadi jawaban pencarian dan kerinduan saya beberapa tahun terakhir tiap kali ke Tanah Suci.
Para jemaah tengah berbelanja di kios-kios yang ada di Jaafaria Sauq. Foto: Dok. Pribadi
Saya pernah menulis, tanpa semua pedagang itu di sekeliling Masjidil Haram, rasanya seperti ada bagian 'ritual' yang hilang. Ungkapan ini mungkin berlebihan. Tapi nyatanya bukan hanya saya yang kehilangan. Jemaah-jemaah jadul yang dapat kesempatan berhaji dan berumrah kembali setelah perluasan Masjidil Haram, beranggapan sama.
Dari gerbang hotel sampai ke masjid kita tak pernah kesepian. Sepanjang jalan yang dilalui dapat pengawalan suara riuh pedagang yang berebut menawarkan jualannya. Tempat itu juga meeting point yang bernuansa 'kerakyatan' antar sesama jemaah. Satu rombongan atau satu daerah asal untuk kongkow selepas salat subuh atau selepas salat Isya.
ADVERTISEMENT
Warung-warung kopi dan teh susunya serta kebab sungguh menjadi kenangan yang tak terlupakan. Suatu kali, lepas salat Zuhur saya tak menemukan alas kaki saya. Untung ada pedagang kaki lima di sisi masjid sehingga saya bisa beli penggantinya. Kalau tidak, terbayang kaki bisa melepuh karena berjalan di tengah terik matahari kembali ke penginapan.
Harga Miring
Salah satu kios makanan di Jaafaria Sauq yang bertuliskan 'Selamat Datang di toko Indonesia'. Foto: Dok. Pribadi
Kembali ke Jaafaria Sauq. Keistimewaan Pasar Seng dan kios-kios tenda kaki lima, yaitu harga miring, dan leluasa tawar-menawar tetap melekat di Jaafaria Sauq. Dapat barang lebih murah dibandingkan di toko-toko hotel, serta tawar-menawar merupakan kenikmatan sendiri. Itulah yang menjelaskan mengapa seluruh jemaah yang berhaji dan berumrah akan terus mengunjungi pasar ini.
Sebuah kegiatan ekonomi luar biasa. Tidak heran jika jemaah Indonesia populer di sini. Jumlah jemaah haji Indonesia, sekitar 250 ribu jiwa merupakan jemaah terbesar. Begitu pun jemaah umrah Indonesia yang tahun lalu mencatat angka 1,2 juta jiwa. Hitung saja berapa jumlah belanja jemaah Indonesia jika dipukul rata tiap jiwa membelanjakan uangnya sebesar 100 real saudi (Rp 3800/1 RS).
ADVERTISEMENT
Tentang tingkat kemurahan barang dagangannya, mudah dikonfirmasi. Istri saya membenarkan. Kemarin dia beli sajadah di toko hotel, harganya 50 RS. Barang sama di Jaafaria dijual seharga 30 RS. Begitu pun dengan mata dagangan lainnya.
Salah satu kios oleh-oleh makanan di Jaafaria Sauq yang bertuliskan 'Selamat Datang Kedai Malaysia'. Foto: Dok. Pribadi
Para jemaah tengah berbelanja di Jaafaria Sauq. Foto: Dok. Pribadi
Salah satu kios makanan di Jaafaria Sauq. Foto: Dok. Pribadi
Para jemaah tengah membeli oleh-oleh di salah satu kios di Jaafaria Sauq. Foto: Dok. Pribadi
Penjual oleh-oleh yang berada di Jaafaria Sauq. Foto: Dok. Pribadi
Para jemaah tengah berbelanja oleh-oleh di Jaafaria Sauq. Foto: Dok Pribadi