Menakar Nilai Cinta Fanatisme Habib Bahar

Ilham Karbela
Surveyor Riset NTB S1 Pendidikan Matematika UIN Mataram Tinggal di Mataram, NTB
Konten dari Pengguna
24 Agustus 2021 9:22 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilham Karbela tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sebelah Kiri Ilham Karbela, dan Sebelah Kanan Habib Bahar Bin Smith
zoom-in-whitePerbesar
Sebelah Kiri Ilham Karbela, dan Sebelah Kanan Habib Bahar Bin Smith
ADVERTISEMENT
Suatu hari saya membaca portal berita online Kumparan yang berisikan informasi tentang pertengkaran Habib Bahar Bin Smith dengan Ryan Jombang di Lapas Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat. Saya pun teringat dengan rentetan kasus kekerasan yang dilakukan oleh Habib Bahar Bin Smith hingga membawanya keluar masuk sel tahanan sejak tahun 2010. Dengan pikir panjang segala bentuk resiko yang akan saya terima saya pun akhirnya meng-share pemberitaan tersebut dengan membuat caption “Habib itu seharusnya menjadi teladan yang menaungi, bukan ancaman yang menggerogoti”.
ADVERTISEMENT
Satu jam setelahnya barulah saya mendapatkan serangan – serangan negatif dari para pendukungnya yang notabene adalah sesama warga kampung sendiri. Diantara komentar yang saya terima adalah bahwa “Habib itu adalah dzuriyat Nabi, kita wajib memuliakannya”, ada lagi yang berkomentar “Kita wajib memulikannya meskipun dia salah”, ada pula yang mengganggap bahwa pemberitaan di media itu tidak ada yang bisa dipercaya, semuanya bohong dan penuh fitnah. Beberapa diantaranya ada yang mengecam status saya yang seolah – olah memusuhi para Habib. Tidak sampai disitu ada pula yang berusaha memberikan peringatan melalui chat whatsapp, dan ancaman bahwa saya akan dicari oleh laskat FPI. Saat saya tanya balik, bagaimana kalau postingan saya berisi tentang kritikan terhadap bapak Jokowi, dia pun menjawab kalau seperti itu maka kami akan dukung. Astagfirullah.
ADVERTISEMENT
Saya pribadi termasuk yang memuliakan para Habib. Diantara para Habib yang saya idolakan adalah Habib Lutfi Bin Yahya, Habib Rizieq Shihab, Habib Umar Al-Musawwa, Habib Syaikh Abdul Qadir Assegaf, Habib Novel Alaydrus, dan Habib lainnya. Termasuk Habib Bahar Bin Smith, karena beliau adalah keturunan Baginda Nabi Muhammad SAW. Diantara para Habib yang saya sebutkan tadi dalam hal dakwah semuanya mengikuti langkah – langkah Rasulullah SAW dalam menebarkan benih – benih hikmah dihati kaum muslimin. Dan belum pernah terdengar berita ada seorang Habib yang menggunakan kekerasan dalam mengagungkan kalimat Alloh SWT di bumi Indonesia ini. Meski demikian, seorang Habib tetaplah hanya manusia biasa. Tidak akan pernah bisa luput dari salah dan khilaf. Sebab Habib tidak diberikan keistimewaan ma’shum oleh Alloh SWT sebagaimana diberikan kepada Rasulullah SAW.
ADVERTISEMENT
Kita bersyukur hidup di Indonesia dengan konsep Negara Hukum. Artinya di dalam menyelesaikan suatu perkara ada payung hukum sebagai penyangga keadilannya. Semua warga memilik hak untuk mendapatkan keadilan, dan semua warga tidak bisa bebas bersikap sewenang – wenang. Jika seseorang terbukti secara sadar melanggar hukum, maka dia pun akan dijerat dengan hukuman yang sesuai. Berbagai macam kasus pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Habib Bahar Bin Smith menjadi suatu bukti bahwa Habib pun sebenarnya adalah manusia biasa, meski secara nasab memiliki garis keturunan Nabi SAW. Apakah dengan kasus – kasus yang menimpanya akan membuat kemuliaan nasab Rasul menjadi ternoda. Saya rasa tidak begitu. Bagaimana pun juga sebagai manusia awam kita tetap harus menghormati dan memuliakannya sebagai keturunan dari Baginda Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi, tindakannya yang melanggar hukum tidak lantas membuatnya terbebas begitu saja dari norma hukum yang berlaku. Sebab hukum tidak memandang latar belakang seseorang, tetapi hukum memendang apa, bagaimana, dan kenapa dia sampai melanggarnya.
ADVERTISEMENT
Persoalan komentar negatif yang saya dapatkan di postingan saya itu, menurut saya adalah bukti bahwa kita belum siap berfikir secara dewasa. Masyarakat kita masih berpatokan kepada siapa, lalu melupakan apa, bagaimana, dan kenapa. Ketika seorang yang dikagumi dinyatakan bersalah secara hukum, maka sikap tidak terima itu pun muncul tanpa memperhatikan apa, bagaimana, dan kenapa bisa sampai dijatuhi hukuman bersalah. Saya heran mengapa masih ada orang yang membenarkan tindakan salah yang dilakukan oleh orang yang dikagumi tersebut. Sebagai contoh, ada artis Indonesia yang tertangkap karena penyalahgunaan narkoba. Para fans mati-matian membela artis tersebut dengan dalih – dalih dia terjebakkah, ada upaya penurunan ratingkah, dan lain sebagainya.
Begitupun pada kasus – kasus yang menimpa Habib Bahar Bin Smith. Banyak sekali kaitannya. Dihubungkan dengan politikkah, dendamlah, ada orang yang anti habibkah, dan lain sebagainya. Padahal bila dicermati, meski beliau seorang Habib tetap saja tindakan yang melanggar hukum termasuk ke dalam tindakan yang tidak dibenarkan oleh Agama dan Negara. Bahkan Habib sendiri menerima dengan ikhlas hukuman yang diperoleh sebagai konsekuensi dari pelanggaran yang dilakukan. Lalu apa alasan para fanatisme membenarkan sesuatu yang tak dapat dibenarkan oleh Agama dan Negara ?
ADVERTISEMENT
Saya sendiri mengagumi Habib Bahar Bin Smith sebagai pendakwah muda yang memiliki spirit dan power yang tinggi dalam menggaungkan nilai – nilai islam. Terlebih beliau memiliki garis keturunan Nabi Muhammad SAW yang kita kenal dengan sebutan Habib. Akan tetapi, sebagai akademisi saya juga tidak setuju bila kekerasan menjadi alternatif beliau dalam menyelesaikan masalah. Panutan utama kita adalah akhlak Nabi Muhammad SAW. Rasulullah dalam menyelesaikan masalah selalu dengan kelembutan dan penuh hikmah. Sesekali mungkin beliau pernah marah atau pun jengkel. Namun Beliau tak pernah sekalipun menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalahnya. Karena itulah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, karena memiliki akhlak yang agung.
Menjadi tugas para ulama’lah meneruskan cita – cita agung sepeninggal Rasul SAW. Yaitu menyampaikan dakwah islam dengan pengajaran yang baik dan penuh hikmah. Karena itulah dikatakan bahwa para ulama adalah pewaris para Nabi. Para ulama harus memiliki akhlak seperti Nabi Muhammad SAW. Sebab karena akhlak Nabi SAW pulalah islam dapat diterima oleh kalangan manapun.
ADVERTISEMENT
Sebuah ungkapan arab dikatakan bahwa lihatlah apa yang dikatakan, janganlah melihat siapa yang mengatakan. Ungkapan ini menjadi rujukan para kaum muslimin untuk menerima dengan ridho nasihat – nasihat manfaat dari siapa pun, dengan latar belakang apa pun. Maka sudah sepantasnya pula setiap muslim bisa menerima dengan ridho kritikan – kritikan bermanfaat yang datang dari siapa pun dengan latar belakang apapun.
Bagi saya membela keturunan Nabi memiliki makna menjaga marwah mereka agar terlindungi dari segala bentuk kezhaliman yang bertujuan mematikan dakwah islam. Memuliakan keturunan Nabi berarti mengikuti jejak akhlak Nabi yang diwariskan kepada mereka. Dan mencintai Nabi berarti mengasihi mereka sebagai mana kita akan mengasihi baginda Rasul SAW jika seandaianya kita bisa bertemu dengannya.
ADVERTISEMENT