Menghindari terjerat UU ITE, Ini Poin-poin yang Harus Diperhatikan!

Ilmu Komunikasi UMY
Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Akreditasi Unggul, Sertifikasi Kompetensi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) untuk mahasiswa. Muda Mendunia dengan Kompetensi
Konten dari Pengguna
10 November 2021 16:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilmu Komunikasi UMY tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sceenshoot dari Youtube Forum Media Suporter
zoom-in-whitePerbesar
Sceenshoot dari Youtube Forum Media Suporter
ADVERTISEMENT
Seperti yang kita tahu, Pers dan wartawan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Pers adalah lembaga yang menjalankan kegiatan jurnalistik. sementara Wartawan adalah profesi yang melaksanakan kegiatan jurnalistik, jadi kegiatan wartawan termasuk juga dalam kegiatan pers. Terdapat etika jurnalistik sebagai pedoman untuk mereka dalam menjalani perannya. Hal ini guna untuk menghindari kemungkinan terjeratnya UU ITE.
ADVERTISEMENT
Dalam webinar “Media Suporter dan Ancaman UU ITE” Journalist, Columnist, and Author of Pesta, Bola, and Ceverja, Ilhamzada, menjelaskan bahwa ada trik untuk jurnalis menghindari terjeratnya UU ITE, yaitu pastikan datanya valid dan sesuai fakta, tetapi jika memang tidak bisa membuktikan data itu valid atau tidak, kita harus kreatif dan pintar berargumentasi, bisa dicantumkan kata “mungkin” yang menyatakan bahwa berita ini abu-abu.
Webinar ini diadakan oleh Forum Media Suporter (FMS) yang merupakan forum tempat berkumpulnya media-media komunitas sepak bola di Indonesia. Acara ini dilaksanakan pada Selasa (9/11) melalui Zoom dan streaming Youtube dan dimoderatori oleh Dr. Fajar Junaedi, S.Sos, M.Si. Kaprodi Ilmu Komunikasi UMY.
“Silahkan mengkritik tetapi tidak menghina, yang penting isi berita mengungkapkan kebenaran. Jangan juga kita memprovokasi permusuhan antar golongan dalam tulisan yang dibuat, kalau belum yakin dengan informasi yang ditulils, maka gunakan kalimat tanya atau pengandaian. Serta hindari menyebukan nama atau merek, buatlah kalimat kreatif sebagai samaran, pengganti nama atau merek yang ingin disebut,” pungkas Ilhamzada, Jurnalis yang pernah liputan di Piala Dunia, Brazil.
ADVERTISEMENT