Menjaga Sikap Skeptis Upaya Mencegah Bangsa Kritis

Imam Ahmad Fadhil
Mahasiswa Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan
Konten dari Pengguna
11 September 2021 20:51 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Imam Ahmad Fadhil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seseorang yang sedang berpikir. (sumber: pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Seseorang yang sedang berpikir. (sumber: pixabay)
ADVERTISEMENT
Revolusi Industri 4.0 merupakan gebrakan besar di berbagai sektor guna mencapai efisiensi yang maksimal untuk melahirkan generasi penerus bangsa yang adaptif dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Revolusi tersebut memberikan tantangan dan perubahan besar bagi dunia pendidikan. Dalam upaya menyiasati hal tersebut, sektor pendidikan harus mengevaluasi dan berinovasi. Tentu, meningkatkan kualitas fasilitas sarana belajar mengajar serta memilah tenaga pendidik yang melek akan digitalisasi menjadi poin yang tak kalah penting.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, terjadi perubahan yang masif terhadap seluruh sistem kehidupan saat pandemi Covid-19 melanda. Banyak sektor yang terkena imbas dari pandemi ini, salah satunya sektor pendidikan. Berbagai rencana pendidikan strategis yang semula menjadi prioritas utama terpaksa harus tertunda karena fokus pemerintah beralih untuk menanggulangi dampak virus tersebut. Terlebih lagi, pemerintah menerapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dalam upaya memutus rantai penyebaran virus Covid-19.
Salah satu dampak PPKM khususnya dalam dunia pendidikan adalah metode pembelajaran dilakukan secara online (daring). Akibatnya, mahasiswa perlu memiliki dorongan yang dapat merangsang semangat belajar, salah satunya dengan meningkatkan motivasi belajar. Diharapkan dengan motivasi tersebut mahasiswa mampu berpikir kritis untuk memecahkan berbagai permasalahan serta memperoleh prestasi yang didambakan.
ADVERTISEMENT
Berpikir kritis adalah proses berpikir yang membangun (konstruktif) untuk mencari solusi. Berpikir kritis juga dapat diartikan sebagai cara berpikir manusia untuk merespons argumen seseorang dengan menganalisis fakta terlebih dahulu untuk membentuk penilaian. Umumnya, berpikir kritis memiliki konsep yang mencakup analisis rasional, logis, skeptis, dan tidak bias. Dengan berpikir kritis kita dapat memilih dan memilah suatu informasi sebelum menyebarluaskan kembali guna mencegah penyebaran berita bohong/hoaks.
Ketika berpikir kritis, tidak hanya menerima semua argumen dan kesimpulan begitu saja, tetapi juga mempertanyakan validitas dari argumen dan kesimpulan tersebut. Berpikir kritis juga secara otomatis akan menimbulkan sikap skeptis. Menjaga sikap skeptis merupakan salah satu upaya untuk mencegah bangsa kritis.
Adapun manfaat dari sikap skeptis di antaranya:
ADVERTISEMENT
1. Menjadi pribadi yang open minded
2. Melatih problem solving yang baik
3. Mengurangi kesalahan persepsi
4. Meningkatkan keterampilan dan kreativitas
5. Tidak mudah diperdaya oleh orang lain
6. Dapat melihat suatu hal dari berbagai sudut pandang
Menurut Dosen Bahasa Indonesia Universitas Katolik Parahyangan, Budi Setiandari (2021) atau yang lebih akrab disapa Bu Ari, “Sebagai manusia, terutama kawula muda harus menjadi pemuda/pemudi yang berkonsep. Harus menjadikan diri ini sebagai part of solution. Selalu bersikap skeptis, jangan sinis, apalagi apatis.” Maksudnya, kita sebagai individu harus memiliki pendirian yang teguh, mencari titik kritis suatu permasalahan lalu memaparkan solusinya, dan selalu melakukan "saring sebelum sharing" suatu informasi. Jangan terlalu cepat menerima dan menyimpulkan sesuatu tanpa melakukan crosscheck terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Theffidy, Shintya Gugah Asih. (2020). Pendidikan Era Revolusi Industri 4.0 di Tengah Covid-19.
ITEBA. (2021). Ini Dia 6 Manfaat Berpikir Kritis yang Dapat Diperoleh Mahasiswa.
Novyanti, Yuwita., Rahmayanti, Henita. & Ichsan, Ilmi Zajuli. (2021). Pengaruh Motivasi dan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Online dalam Perspektif Siswa SMK.