Gaya Nyentrik Prestasi Selangit Legenda Timnas Indonesia

Imam Firdaus
Menulis di sela-sela kesibukkan mengajar di SDN 2 Cikadu
Konten dari Pengguna
13 September 2021 17:01 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Imam Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rambut Merah Putih bagaikan bendera Indonesia menyala Rochi Putiray. (Foto: Instagram/@rochi21putiray)
zoom-in-whitePerbesar
Rambut Merah Putih bagaikan bendera Indonesia menyala Rochi Putiray. (Foto: Instagram/@rochi21putiray)
ADVERTISEMENT
Nyentrik, kata yang tepat untuk orang yang selalu gonta-ganti gaya rambut. Tapi, siapa sih pemain sepak bola yang memiliki kebiasaan gonta-ganti gaya rambut? Mungkin di antara kalian akan menjawab pemain idola masing-masing, contohnya Vagner Love, Tarigo West, Djibril Cisse, Neymar Jr., Paul Pogba. Ya, tidak salah jika kalian menjawab demikian. Namun, yang akan dibahas kali ini adalah salah satu “Atlet Indonesia Yang jadi Idolamu” yaitu Rochi Putiray. Salah satu pemain sepak bola yang menjadi “Atlet Indonesia Yang jadi Idolamu” bagi pecinta sepak bola Tanah Air kelahiran 80-an.
ADVERTISEMENT

Rochi Putiray lahir di Maluku pada tanggal 26 Juni 1970. Beliau merupakan mantan pemain sepak bola Tanah Air yang banyak malang melintang di negeri orang. Rochi Putiray mengawali karier profesionalnya di Arseto Solo. Sejak bergabung dengan Arseto Solo dari tahun 1987-1999. Sejak saat itu beliau sudah sangat dikenali karena gaya rambutnya yang nyentrik. Rochi sering gonta-ganti gaya rambut hingga mengecatnya dengan berbagai warna cerah. Tak lupa sepatu yang dikenakan pun berbeda warna antara yang kiri dengan kanan.

Selain karena aksi nyentriknya, Rochi Putiray juga dikenal atas kehebatannya sebagai penyerang. Banyak gol telah beliau ciptakan baik untuk level klub maupun Timnas Indonesia. Awal mula Rochi Putiray berkarier di luar negeri yaitu saat beliau dipinjamkan ke Dukla Praha, klub asal Ceko selama dua tahun. Di negara pecahan Uni Soviet itu, dia hanya tampil sebanyak delapan kali dan mencetak satu gol.
ADVERTISEMENT
Pada 1992, Rochi kembali ke Arseto Solo. Beliau tampil apik sebagai seorang striker tajam dengan membukukan 177 gol dari 219 penampilan. Prestasi tertingginya adalah saat membawa Arseto menjuarai kompetisi Galatama pada tahun 1992. Hingga pada tahun 1999 beliau menyeberang ke Ibukota, Persija Jakarta. Tak lama di Persija, ia kembali berpetualang ke luar negeri.
Kali ini Hong Kong menjadi tujuan destinasinya, Rochi bergabung dengan Instant-Dict pada tahun 2000 hingga 2001. Namanya mulai melambung di Hong Kong berkat torehan 12 gol dari 22 caps bersama Instant-Dict. Beliau sukses mengantarkan klub tersebut finish di posisi runner up liga utama Hong Kong, sekaligus merengkuh FA Cup Hong Kong di musim yang sama. Hal ini membuatnya dibajak oleh klub raksasa, Kitchee SC. Rochi memperkuat Kitchee SC dari 2003-2004. Bersama Kitchee SC Rochi Putiray mengoleksi 16 gol dari 26 penampilan di liga. Kiprahnya di Liga Hong Kong semakin melejit ketika bermain bersama Kitchee SC dan pernah membela klub Happy Valley dan South China AA.
ADVERTISEMENT
Momen paling istimewa Rochi ketika membela Kitchee SC adalah kesempatan untuk tampil saat Kitchee SC melawan AC Milan di Hong Kong Stadium, beliau berhasil membobol gawang Christian Abbiati dalam sebuah laga persahabatan pada tahun 2004. AC Milan yang saat itu diperkuat Andriy Shevchenko hingga sang kapten Paolo Maldini tetap tak membuat Rochi gentar sedikit pun. Milan yang saat itu ditukangi Carlos Ancelotti mencetak gol terlebih dahulu oleh Andriy Shevcenko memanfaatkan umpan silang Serginho. AC Milan dibuat menyerah 2-1 oleh Kitchee SC lewat dua gol yang dicetak sang striker andalan, Rochi Putiray pada menit 67 dan 80.
Ketika membela negara pun, Rochi Putiray tetap menampilkan ketajamannya. Selama membela Timnas Garuda sejak tahun 1991 hingga 2004, Roch membela timnas sebanyak 41 kali dan mencetak 17 gol. Prestasi tertinggi bersama timnas adalah saat Rochi membawa pulang medali emas SEA Games 1991 di Filipina.
ADVERTISEMENT
Setelah hasil manis tahun 1991, Rochi dipercaya menjadi penyerang pada berbagai ajang, yakni Piala Asia 1996, Piala Tiger 1998, Piala Asia 2000 hingga Pra Piala Dunia 2002. Selain Arseto dan Persija, Rochi juga pernah membela PSM Makassar, Persijatim Solo FC, PSPS Pekanbaru dan PSS Sleman di penghujung karirnya. Dia pensiun pada musim 2006-2007 di usia 37 tahun. Sampai saat ini nama Rochi Putiray masih menjadi “Atlet Indonesia Yang jadi Idolamu” berkat gayanya yang nyentrik dengan prestasi selangit.