Konten dari Pengguna

Sejarah dan Peradaban: Dari Perspektif Ilmu Hingga Islam Awal

Imam Samudra
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
26 September 2024 14:19 WIB
·
waktu baca 15 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Imam Samudra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
iilustrasi peta dunia/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
iilustrasi peta dunia/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dedi.Supriyadi menyebutkan di dalam bukunya yang berjudul Sejarah Peradaban Islam bahwa sejarah dalam bahasa arab yaitu tarikh atau history (Inggris) adalah cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kronologi berbagai peristiwa yang telah terjadi di masa lalu. Definisi serupa diungkapkan oleh Abd. Ar-Rahman As-Sakhawi bahwa sejarah adalah seni yang berkaitan dengan serangkaian anekdot yang berbentuk kronologi peristiwa. Nisar. Ahmad. Faruqi menjelaskan formula yang digunakan di kalangan sarjana Barat bahwa sejarah terdiri atas (man + time + space = history). Sejarawan Louis Gottschalk dalam bukunya Understanding History Method, menjelaskan pengertian sejarah. Sejarah dalam bahasa Inggris history berasal dari kata benda Yunani istoria yang berarti ilmu. Aristoteles menggunakan kata istoria yang bermakna suatu penjelasan sistematis mengenai seperangkat gejala alam, baik susunan kronologi yang merupakan faktor atau tidak. Adapun menurut definisi yang umum, kata history kini berarti masa lampau manusia. Di dalam bukunya Sulthon Mas’ud, karya nya yang berjudul Sejarah Peradaban Islam menuliskan bahwa Kata Sejarah berasal dari bahasa arab syajaratun, artinya pohon. Apabila digambarkan secara sistematik, sejarah hampir sama dengan pohon, memiliki cabang ranting, bermula dari sebuah bibit, kemudian tumbuh dan berkembang, lalu layu dan tumbang. Seirama dengan kata sejarah adalah silsilah, kisah, hikayat yang berasal dari bahasa arab. Sejarawan muslim Ibnu Khaldun mendefinisikan, sejarah adalah catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban dunia; tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat, seperti keliaran, keramah-tamahan, dan solidaritas golongan. Sejarah sendiri memiliki unsur penting yaitu adanya suatu peristiwa di masa lalu, batasan waktu, pelaku, dan daya kritis dari penelitian sejarah. Sejarawan Indonesia, yaitu Sartono kartodirdjo dalam bukunya yang berjudul Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, membagi pengertian sejarah menjadi dua yaitu subjektif dan objektif. Pertama: sejarah dalam arti subjektif adalah suatu konstruk. Maksudnya adalah seperti sebuah cerita yang disusun oleh penulis sebagai suatu uraian atau cerita. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa sejarah itu dapat terulang, masuk ke dalam pengertian subjektif. Kedua: secara objektif adalah menunjukkan kejadian atau peristiwa itu sendiri, yakni proses sejarah dalam aktualisasinya. Maksudnya adalah kejadian atau peristiwa itu hanya sekali terjadi dan tidak akan terulang kembali. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat di sederhana menjadi 3 bagian saja, yaitu Pertama: sejarah dalam arti objektif kejadian Kedua: sejarah dalam arti subjektif ( gambaran, cerita, konstruk.) Ketiga: proses pengamatan penulis subjek Metode Sejarah Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis melalui rekaman dan peninggalan masa lalu. Rekonstruksi (penyusunan kembali) yang imaginative dari masa lalu berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses itu disebut historiografi ada dua metode. Pertama: Metode Penggalian Sejarah Dalam penggalian sejarah ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk kebenaran dari sejarah tersebut. Dengan menggunakan beberapa cara diantaranya, yaitu metode lisan, observasi, dan dokumenter. Kedua: Metode Penulisan Sejarah Dalam menulis sejarah, baik itu sejarah peradaban Islam, maupun sejarah lainnya Metode yang dapat digunakan adalah metode deskriptif, komparatif, dan analisis sintetis. Ilmu Dasar Sejarah. Untuk membantu mendapatkan data history yang sesuai perlu menggunakan ilmu pendukung untuk memperkuat keberadaan sejarah. Ilmu yang dibutuhkan oleh para sejarawan untuk membantu dalam memperkuat keberadaan dan kebenaran dari suatu sejarah yaitu menggunakan beberapa ilmu pendukung seperti ilmu dasar sejarah dan ilmu bantu sejarah. Ilmu dasar sejarah terbagi menjadi beberapa diantaranya yaitu Pertama: Paleografi Paleografi adalah ilmu yang membantu para sejarawan dalam membaca tulisan-tulisan kuno. Kedua: Diplomatik dan Epigrafi. Diplomatik dan epigrafi adalah cabang ilmu sejarah yang membantu para sejarawan dalam menentukan tanggal, lokasi, serta keaslian dokumen-dokumen tertulis, baik yang bersifat resmi maupun tidak resmi. Ketiga: Kronologis. Kronologis adalah ilmu yang membahas sistem penanggalan, termasuk kalender Julius, kalender Gregorius, tahun Hijriyah (1 H = 622 M), dan tahun Saka (1 Saka = 78 M). Ada beberapa hal lain yang perlu untuk dipelajari bagi para sejarawan seperti, Sigilografi, Heraldy, Numismatik, Genealogi. Selain yang diatas ada beberapa ilmu lain dalam mendung para sejarawan dalam menentukan kesejarahan dari sesuatu itu seperti, memahami Geografi, Sosiologi, Antropologi, Arkeologi, Ilmu Sejarah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk mengatakan sesuatu itu disebut bersejarah seorang sejarawan harus mempelajari ilmu-ilmu yang dijelaskan tadi, karena tanpa mempelajari ilmu tersebut para sejarawan tidak dapat menyebutkan dan mengatakan bahwa sesuatu itu bersejarah. Sekilas peradaban dunia pra Islam Peradaban dunia sebelum lahirnya Islam telah menyimpang jauh dari ajaran Allah. Pada masa pra-Islam, terdapat dua kekuatan besar, yaitu peradaban Romawi Timur dan peradaban Persia, yang merupakan tetangga Arab, tempat lahirnya Islam. Kedua peradaban ini merupakan negara adidaya yang mendominasi dunia pada waktu itu. Namun, peradaban Arab pada masa itu dicirikan oleh kerusakan moral yang parah dan tidak mencerminkan nilai budaya positif, sehingga disebut sebagai peradaban Jahiliah. Dalam kondisi seperti ini, Allah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk membawa agama Islam, yang bertujuan untuk mengangkat nilai-nilai moral dalam peradaban. Peradaban Romawi Timur Kerajaan Romawi didirikan pada tahun 753 SM dengan ibu kota Roma dan memiliki usia lebih dari sepuluh abad. Pada bulan Mei 30 M, terjadi perpecahan dalam kerajaan Romawi, yang membagi kekuasaan menjadi dua: Kerajaan Romawi Barat (Roma) dan Kerajaan Romawi Timur dengan ibukota Konstantinopel. Peradaban Persia Kerajaan Persia menjadi saingan utama Kerajaan Romawi Timur, di mana kedua kerajaan tersebut terus-menerus berperang untuk memperluas kekuasaan dan pengaruh mereka. Konflik ini berlangsung hingga munculnya agama Islam, yang akhirnya membuat kedua kekuatan superpower tersebut takluk di hadapan Islam. Peradaban Arab Jahiliah Jazirah Arab, sebagai tempat lahirnya agama Islam, menjadi pusat peradaban dan kebudayaan Islam. Dalam buku Sejarah Peradaban Islam karya Dedi. Supriyadi, menyatakan bahwa peradaban Arab dipengaruhi oleh budaya bangsa-bangsa sekitarnya yang lebih maju. Pengaruh ini masuk ke Jazirah Arab melalui beberapa jalur penting, yaitu: 1. Melalui hubungan dagang dengan bangsa lain. 2. Melalui kerajaan-kerajaan protektorat, Hirah, dan Ghassan. 3. Melalui misi Yahudi dan Kristen. Biografi Nabi Muhammad Saw : Dakwah dan Perjuangan Muhammad SAW bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudlar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan lahir pada 20 April 571 M (hari Senin malam, 12 Rabi’ul Awwal) menurut berbagai sumber Arab. Tahun kelahirannya dikenal sebagai Tahun Gajah, yaitu tahun ketika Abraham al-Asyram berusaha menyerang Makkah untuk menghancurkan kota tersebut. Keluarga Hasyim, tempat Nabi Muhammad lahir, dikenal sebagai penyedia air minum bagi jamaah haji, yang disebut Siqayah Al Hajj. Ibu Nabi Muhammad adalah Siti Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah. Pada masa itu, orang-orang kaya biasanya mengirim anak-anak mereka ke pedesaan untuk dibesarkan di sana. Begitu pula dengan Nabi Muhammad, setelah diasuh oleh ibunya, beliau disusui dan dibesarkan oleh Halimah dari suku Banu Sa’ad hingga berusia enam tahun. Setelah itu, Siti Aminah dan Nabi Muhammad berziarah ke kuburan ayahnya di Abwa, tetapi dalam perjalanan, Siti Aminah jatuh sakit dan meninggal di sana. Dengan demikian, pada usia enam tahun, Nabi Muhammad telah kehilangan kedua orang tuanya dan menjadi yatim. Setelah dari Halimah, beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib, yang juga meninggal tak lama setelah itu. Akhirnya, beliau diasuh oleh pamannya, Abu Thalib, hingga menikah dengan Siti Khadijah ketika beliau berusia 25 tahun, sedangkan Khadijah berumur 40 tahun. Secara historis, perjalanan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah terbagi menjadi tiga periode: 1. Periode pra-kerasulan. 2. Periode kerasulan. 3. Pasca kerasulan. Periode kerasulan diawali dengan dua kondisi demografis dan sosiologis di Arab, yaitu masa makkiyah dan madaniyah. Kehadiran Nabi Muhammad berkaitan erat dengan latar belakang di Mekah, di mana mayoritas penduduknya hidup dalam keadaan Jahiliah. Nabi diutus untuk memperbaiki dan mengajarkan nilai-nilai yang telah disampaikan kepadanya. Para Nabi dan Rasul yang diutus Allah memiliki visi dan misi tertentu yang dapat dibagi menjadi dua kategori: 1. Nabi yang hanya membawa doktrin teologis. 2. Nabi yang membawa doktrin teologis sekaligus doktrin politis. Doktrin teologis menekankan pentingnya substansi moral untuk menyatukan ideal moral manusia dengan ideal moral Tuhan tanpa mengubah sistem sosial dan politik. Sementara itu, doktrin teologis politis berusaha mengajak masyarakat kepada moralitas sekaligus melakukan perubahan dalam sistem untuk merombak struktur sosial dan politik. Dakwah Islam dan Perjuangan Nabi Rasulullah saw melaksanakan tugas risalahnya selama 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Dakwah dalam periode Mekah ditempuh dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah dakwah secara diam-diam. Yang menjadi dasar dimulainya dakwah ini adalah Surat al-Muddatstsir ayat satu sampai tujuh. Dalam tahap ini Rasulullah mengajak keluarga yang tinggal serumah dan sahabat-sahabat terdekatnya agar meninggalkan agama berhala dan beribadah hanya kepada Allah semata. Dalam fase ini yang pertama menyatakan beriman adalah Khadijah, Ali ibn Abi Thalib dan Zaid ibn Haritsah. Dari kalangan sahabat, Abu Bakarlah yang segera menyatakan keimanannya, kemudian diikuti oleh Utsman ibn Affan, Zubair ibn Awam, Saad ibn Abi Waqqash, Thalhah ibn Ubaidillah, Abd al-Rahman ibn Auf, Abu Ubaidah ibn Jarrah, Arqam ibn Abi al-Arqam, Bilal ibn Rabah, dan beberapa penduduk Mekah yang lain. Rasulullah mengajarkan Islam kepada mereka di rumah Arqam ibn Abi al-Arqam. Mereka menjalankan ajaran agama baru ini secara sembunyi-sembunyi sekitar tiga tahun lamanya. Tahap kedua adalah dakwah semi terbuka. Dalam tahap ini Rasulullah menyeru keluarganya dalam lingkup yang lebih luas berdasarkan Surat al-Syu’ara ayat 214.56 Yang menjadi sasaran utama seruan ini adalah Bani Hasyim. Ketika dakwah Rasulullah semakin meluas, jumlah pengikutnya bertambah dan seruannya semakin tegas serta terbuka, bahkan secara terang-terangan mengkritik agama berhala dan mengecam kebodohan nenek moyang yang menyembah berhala. Hal ini membuat orang Quraisy terkejut dan marah. Mereka kemudian bangkit untuk menentang dakwah Rasulullah dengan berbagai cara guna menghambatnya. Menurut Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang Quraisy untuk menentang dakwah Rasulullah. Pertama: Persaingan pengaruh dan kekuasaan. Kedua: Persamaan derajat. Ketiga: Takut dibangkitkan setelah mati. Keempat: Taklid kepada nenek moyang. Kelima: Perniagaan patung Penolakan dari kaum Quraisy terhadap ajaran Islam mendorong Rasulullah untuk semakin giat menyebarkan dakwahnya. Semakin jelas dan keras seruan Rasulullah dalam menyebarkan Islam, semakin besar pula perlawanan yang dilakukan oleh kaum Quraisy terhadap beliau dan para pengikutnya. Mereka menggunakan berbagai cara untuk menghentikan penyebaran ajaran Islam, mulai dari rayuan, ancaman, intimidasi, hingga kekerasan fisik. Banyak sahabat Rasulullah yang menjadi korban kekejaman kaum Quraisy. Ini adalah bentuk dari perjuangan Nabi dan para sahabat untuk menyebarkan ajaran agama Islam pada zaman jahiliah itu, mereka mendapatkan ancaman dari para Quraisy agar ajaran agama Islam ini dihentikan, begitu sulit pada waktu itu bagaimana cara Nabi dan para sahabat-sahabat beliau dalam menyebarluaskan agama yang indah dan cinta akan kedamaian ini. Masa Pemerintahan Khulafaur Rasyidin: Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq Wafatnya Rasulullah pada usia 63 tahun meninggalkan dampak mendalam bagi kaum Muslimin. Meskipun mereka telah diberi pemahaman bahwa seorang Nabi tidak akan hidup selamanya dan akan kembali kepada Tuhan, para sahabat yang dikenal sebagai pahlawan berani tetap merasa cemas dan panik. Banyak di antara mereka yang sulit mempercayai kabar wafatnya Rasulullah yang datang secara tiba-tiba. Ketika Abu Bakar mendengar berita tersebut, ia segera menemui orang-orang yang berkumpul untuk menenangkan dan menghilangkan kebingungan mereka. Dalam pidatonya, Abu Bakar berkata, "Wahai manusia! Barangsiapa yang menyembah Muhammad, Muhammad telah wafat. Namun siapa yang menyembah Tuhan, Tuhan hidup selamanya dan tidak pernah mati." Setelah itu, ia membacakan ayat yang memperkuat ucapannya. Permasalahan politik yang pertama kali muncul sepeninggal Rasulullah adalah siapakah yang akan menggantikan beliau sebagai kepala pemerintahan dan bagaimana sistem pemerintahannya. Rasulullah mengajarkan sebuah prinsip, yaitu musyawarah, yang sejalan dengan ajaran Islam. Prinsip musyawarah ini terbukti dalam berbagai peristiwa yang terjadi setiap kali ada pergantian kepemimpinan. Dengan musyawarah ini terpilihlah Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai Khalifah pertama setelah nabi. Adapun sepak terjang Abu Bakar dalam memerintah pemerintahan dapat dipahami dari pidato beliau ketika diangkat menjadi Khalifah. “Wahai manusia, sungguh aku telah memangku jabatan yang kamu percayakan, padahal aku bukan orang yang terbaik diantara kamu. Apabila aku melaksanakan tugasku dengan baik, bantulah aku, dan jika aku berbuat salah, luruskan lah aku. Kebenaran adalah suatu kepercayaan, dan kedustaan adalah suatu pengkhianatan. Orang yang lemah diantara kamu adalah orang yang kuat bagiku sampai aku memenuhi hak-hak nya, dan orang kuat diantara kamu adalah lemah bagiku hingga aku mengambil haknya, insyaa Allah janganlah dari kamu meninggalkan jihad. Sesungguhnya kaum yang tidak memenuhi panggilan jihad maka Allah akan menimpakan atas mereka suatu hinaan. Patuhlah kepadaku selama aku menaati Allah dan rasul-nya, sekali-kali janganlah kamu menaatiku. Dirikan lah sholat, semoga Allah merahmatimu”. Pencapaian Abu Bakar Ash-Shiddiq Dalam masa pemerintahan Abu Bakar Ash-Shiddiq cukup terbilang banyak menghadapi persoalan-persoalan di dalam negeri yang berasal dari kelompok murtad, nabi palsu, dan pembangkang zakat. Berdasarkan hasil musyawarah dengan para sahabat yang lain, ia memutuskan untuk memerangi kelompok tersebut melalui apa yang disebut sebagai perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Setelah berhasil menyelesaikan urusan dalam negeri, Abu Bakar mulai melakukan ekspansi ke wilayah utara untuk menghadapi pasukan Romawi dan Persia yang selalu mengancam kedudukan umat Islam. Namun, ia meninggal dunia sebelum misi ini selesai dilakukan. Selain itu, berikut ini mengenai peradaban yang berkembang pada masa pemerintahan Abu Bakar yang berlangsung selama dua tahun tiga bulan. Khalifah Umar bin Khattab (13-23 H/634-644 M) Umar bin Khattab (583-644) nama lengkapnya adalah Umar bin Khattab bin Nufail keturunan Abdul Uzza Al-Quraisy dari suku Adi. Umar dilahirkan di Mekah empat tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad. Umar masuk Islam pada tahun kelima setelah kenabian, dan menjadi salah satu sahabat terdekat Nabi Muhammad serta menjadi khalifah kedua setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Setelah masuk Islam, Umar mempertaruhkan seluruh sisa hidupnya untuk membela dakwah Rasul. Umar menjadi benteng dan pilar ajaran Islam yang paling kukuh. Ia menjadi orang kepercayaan Rasulullah sekaligus penasihat utamanya. Umar juga berperan besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam di kemudian hari. Umar memiliki postur tubuh yang tegap dan kuat, wataknya keras, pemberani dan tidak mengenal gentar, tutur bahasanya halus dan bicaranya fasih.Umar bin Khattab adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad. Pencapaian Umar bin Khattab Ada beberapa perkembangan peradaban Islam pada masa khalifah Umar bin Khattab, yang meliputi Sistem pemerintahan (politik), ilmu pengetahuan, sosial, seni, dan agama. Masa pemerintahan Umar bin Khattab berlangsung selama 10 tahun 6 bulan, yaitu dari tahun 13 H/634M sampai tahun 23H/644M. Beliau wafat pada usia 64 tahun. Masa Utsman bin Affan Pasca Umar bin Khattab wafat, orang-orang yang dipilih Umar sebelumnya (pada saat sakit) membentuk sebuah tim formatur yang terdiri dari enam orang calon untuk diangkat sebagai khalifah baru, yaitu Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Abdullah.20 Adapun tim formatur ini dikepalai oleh Abdurrahman ibnu Auf dan mereka berkumpul dalam salah satu rumah selama tiga hari pemilihan ini hanya mempunyai hak pilih, dan tidak berhak dipilih. Dengan persaingan yang cukup ketat antara Utsman dan Ali, akhir dari hasil sidang terpilih lah Ustman bin Affan. Pencapaian Utsman bin Affan Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, terjadi ketidakseragaman dalam qira’at yang menimbulkan perpecahan di kalangan umat. Sahabat Huzaifah ibn Yaman adalah yang pertama kali menyadari adanya perpecahan ini dan melaporkannya kepada Utsman, yang kemudian merasa perlu untuk segera mengambil tindakan. Utsman menerima usul tersebut dan melakukan beberapa langkah, antara lain meminjam naskah yang ditulis oleh Zaid bin Tsabit pada masa Abu Bakar, yang disimpan oleh Hafshah binti Umar. Selanjutnya, Utsman membentuk sebuah panitia yang terdiri dari Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id ibnu Ash, dan Abdurrahman ibnu Harits. Mereka diberi tugas untuk menyalin kembali ayat-ayat Al-Qur'an dari naskah Abu Bakar agar menjadi mushaf yang utuh. Sementara pencapaian beliau tidak sampai disitu, bahkan beliau meninggalkan jejak peradaban yang bermakna dalam kehidupan manusia saat itu hingga sekarang, antara lain a. Membudayakan sistem musyawarah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. b. Menyeragamkan cara membaca al-Qur’an yang ditandai dengan penyusunan ayat-ayatnya dalam satu mushaf. c. Membangun fasilitas umum d. Menertibkan administrasi pemerintahan dengan deskripsi pekerjaan yang jelas. Masa Ali bin Abi Thalib Tentunya suara terbanyak dan yang berkuasa setelah Utsman tergenggam di tangan kaum pemberontak itu sendiri adalah Ali. Pada saat itu Ali mendapatkan banyak dukungan dari sahabat senior dan juga para pemberontak pada masa khalifah Utsman. Orang yang pertama kali membaiat Ali adalah Thalhah kemudian diikuti oleh zubair, dikemudian hari diikuti oleh banyak sahabat dari kaum muhajirin dan kaum Ansor. Pada waktu pembaiatan Ali berpidato setelah diangkat untuk menjadi khalifah, yaitu, “Wahai manusia, kamu telah membaiat ku sebagaimana yang telah kamu lakukan kepada khalifah-khalifah yang lebih dahulu daripadaku. Aku hanya boleh menolak sebelum jatuh pilihan. Apabila pilihan telah jatuh, menolak tidak boleh lagi. Imam harus teguh dan rakyat harus patuh. Baiat terhadap diriku ini ialah baiat yang rata yang umum. Barangsiapa yang memungkirinya maka terpisah lah ia dari agama Islam”. Kemajuan Peradaban Khulafaur Rasyidin Pada masa kekuasaan para khulafaur Rasyidin, banyak kemajuan peradaban telah dicapai. Diantara pemikiran yang menonjol pada masa khulafaur Rasyidin adalah sebagai berikut: 1. Menjaga keutuhan Al-Qur`an Al-Karim dan mengumpulkannya dalam bentuk mushaf pada masa Abu Bakar. 2. Memperlakukan mushaf standar pada masa Utsman bin Affan 3. Keseriusan mereka untuk mencari serta mengajarkan Al-Qur`an dan Sunnah. 4. Sebagian orang yang tidak senang kepada Islam, terutama dari pihak orientalis abad ke 19 banyak yang mempelajari fenomena Futuhat al-Islamiyah. Mereka mengatakan bahwa Futuhat ini adalah perang dengan motif ekonomi, yaitu mencari dan mencari kekayaan negeri yang ditundukkan. REFERENSI Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung, Pustaka setia, 2008. Zohdi, Ahmad, Sejarah Peradaban Islam (Islam, Sains, dan Peradaban), Mataram, Perum Puri Bunga Amanah, 2018. Mas’ud, Sulthon, Sejarah Peradaban Islam, jurnal 2014. Nasution, Syamruddin, Sejarah Peradaban Islam, Pekanbaru, Yayasan Pusaka Riau, 2007
ADVERTISEMENT