Menghadapi Sulit Saat Covid-19 Dengan Bijak Bermedia

indah mulya
Mahasiswa Univ. Muhammadiyah Malang
Konten dari Pengguna
9 Juni 2020 7:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari indah mulya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada era saat ini masyarakat dihantui oleh kekhawatiran yang disebabkan oleh gemparnya media yang memberitakan tentang bahaya Covid-19 yang berdampak pada menurunnya sektor ekonomi, meningkatnya kriminalitas dan jumlah pasien yang terus bertambah. Sebagai kiblat dari informasi yang diandalkan, media massa menjadi alat informasi yang membentuk pola pikir dimana nantinya dapat mempengaruhi perilaku masyarakat. Karena yang kita tahu media adalah katalis yang memungkinkan percepatan informasi tanpa ada sekat waktu dan perubahan makna pesan didalamnya. Namun, yang terjadi saat ini adalah ketimpangan antara berita yang diekspos oleh awak media. Kurangnya informasi detail tentang Covid-19 seperti masa inkubasi, proses penyebaran dan masa hidup virus yang menempel pada benda membuat masyarakat resah hingga berperilaku diluar batas wajarnya.
ADVERTISEMENT
Perlu adanya keberimbangan berita yang objektif dan menyeluruh seperti yang dibahas oleh Nasution (2015) tentang keobjektivitasan media yang berprinsip tidak boleh subjektif dan berpihak untuk mencerminkan kebenaran. Ketidak stabilan inilah juga memberikan efek tak terbatas dan tak terduga yang dikaitkan oleh The Bullet Theory, yang mana media menjadi peluru untuk memberi informasi Covid-19 yang terus menerus dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini menyebabkan reaksi berlebihan pada psikis dan mental masyarakat karena tidak disuguhi oleh edukasi yang tepat dan bijak. Panic buying adalah contoh nyata dari efek teori ini, masyarakat banyak menimbun masker, handsanitizer, dan alat kesehatan lain yang dapat melindungi dirinya dari virus. Bahkan stigma negatif yang terus meneror membuat masyarakat semakin tertekan dan berdampak pada pasien dan jenazah Covid-19.
ADVERTISEMENT
Pada saaat ini media sangatlah penting ditinjau dari tugasnya sebagai katalis. Perlu adanya kerjasama antara pemerintah dan media untuk memberikan informasi yang dapat mengedukasi masyarakat. Peran media yang harusnya gencar dalam memberitakan informasi yang beredukasi dapat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melakukan protokol kesehatan dan bijak dalam menangani virus ini. Masyararakat seharusnya dapat beradaptasi dengan keadaan yang disebut New Normal yang sedang berlangsung dibeberapa kota. Namun yang terjadi adalah pergeseran tujuan awal dikarenakan masyarakat belum siap untuk menjalankan kehidupan yang sehat sesuai dengan protokol yang ada.
Fenomena yang terjadi saat ini dikarenakan mereka yang merasa terintimidasi oleh Covid-19 akan melampiaskannya dengan bersikap bebas seperti sedia kala. Misalnya saja di Malang yang sudah menerapkan transisi New Normal, banyak anak muda yang justru menggunakan kesempatan ini untuk pergi ke kafe. Dilansir dari merdeka.com, ada enam orang pengunjung kafe dinyatakan reaktif Covid-19 saat rapid test Bersama 86 orang lainnya. Peristiwa ini menunjukkan ketidaksiapan masyarakat untuk menyambut New Normal dengan kebiasaan yang baru untuk mentaati protokol yang ada.
ADVERTISEMENT
Masyarakat seharusnya bisa menangkap dengan jeli momentum ini sebagai ajang melakukan perubahan pola hidup yang lebih sehat. Media yang aktif memberitakan hal yang informatif dan persuasif cenderung membuat masyarakat melakukan apa yang disampaikannya. Jika diurai dalam perspektif yang berbeda, akan melahirkan kehidupan yang bersih dan teratur. Misalnya cuci tangan sesering mungkin setelah bersentuhan dengan benda, mungkin dulu hal ini menjadi sangat berlebihan, namun terlepas dari Covid-19 hal ini membuat kebiasaan baru dalam kehidupan kita yang lebih bersih dan berpengaruh pada kesehatan (makanan). Lalu, kita diharuskan juga untuk berjaga jarak satu meter, jika hal ini dilakukan akan menjadikan pola yang teratur dimana bisa diterapkan di Indonesia.
Tanpa disadari Work From Home dan penurunan mobilitas lainnya dapat mempengaruhi berkurangnya jumlah polusi udara dan efek rumah kaca, seperti yang dilansir oleh Liputan6.com. Walaupun karantina membuat ekonomi negara menurun, dan banyak para pekerja yang harus dipulangkan, banyak dari mereka yang produktif dirumah dengan menggunakan kekreatifan untuk berjualan atau bisnis yang lain. Pemberitaan yang inspiratif dan perspektif baik ini, bisa meningkatkan kesadaran masyarakat agar lebih peduli dan taat akan protokol kesehatan yang telah dibuat.
ADVERTISEMENT
Indah Mulya Puspita Sari, Mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas Muhammdiyah Malang