Sejumlah Puskesmas di Indonesia Belum Optimal Melaksanakan Vaksinasi COVID-19

Indra Mannaga
Consultant // Master of Economics Islamic Economic and Finance Trisakti University
Konten dari Pengguna
9 Mei 2021 7:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Indra Mannaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto : unicef.org
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto : unicef.org
ADVERTISEMENT
Vaksinasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan seluruh negara di dunia guna memutus rantai penyebaran virus COVID-19. Hal itu pula yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Namun sayangnya sampai saat ini cukup banyak kita mendengar kasus rusaknya vaksin di beberapa daerah di Indonesia yang disebabkan oleh pengemasan vaksin yang tidak sempurna. Padahal, merujuk Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi (vaksinasi) disebutkan bahwa vaksin merupakan produk biologis yang mudah rusak sehingga harus disimpan pada suhu tertentu, yakni pada suhu 2 sampai 8 derajat celsius untuk vaksin sensitif beku (tidak boleh beku), dan suhu -15 hingga -25 derajat celsius untuk vaksin yang sensitif panas. Vaksin haruslah disimpan di rantai dingin atau cold chain yang terdiri dari lemari es, freezer serta kotak penahan dingin vaksin (vaccine carrier) untuk dibawa ke wilayah geografis tanah air yang terbilang sulit.
Foto : Cold Box atau Mesin Pendingin Vaksin Puskesmas Cibodas
Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) mengeluarkan rilis survei pada Senin (3/5), mengenai kelengkapan logistik puskesmas untuk vaksinasi COVID-19 di mana hasil survei menunjukkan bahwa sejumlah puskesmas di Indonesia belum siap melaksanakan vaksinasi COVID-19 secara optimal. Ketidaksiapan itu terkait dengan logistik dan SDM. Perihal logistik, ditemukan bahwa meski sudah dilengkapi dengan cold box (box pendingin) untuk vaksin, namun tidak semua cold box dilengkapi dengan ice pack. Dari 149 puskesmas di 96 kabupaten/kota dan 30 provinsi di Indonesia , terdapat 82,1 persen responden mengaku bahwa ketersediaan ice pack hanya cukup untuk beberapa cold box saja. Di samping itu, terdapat hanya sekitar 52 persen puskesmas yang memiliki vaccine carrier dilengkapi dengan alat pemantau suhu padahal alat pemantau suhu sangat diperlukan untuk memastikan agar suhu tetap terjaga dalam batas yang sesuai agar vaksin tidak rusak sehingga bisa berfungsi secara optimal.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, permasalahan pendistribusian logistik vaksin yang tidak merata ke berbagai daerah di Indonesia patut menjadi perhatian khusus, sebab dari hasil rilis survei yang dilakukan oleh CISDI juga ditemukan bahwa puskesmas yang tidak tersedia lemari pendingin yang masih berfungsi semuanya adalah puskesmas yang berada di luar Pulau Jawa.
Petugas medis memeriksa alat pendingin vaksin COVID-19 di Ruang menyimpanan vaksin, puskesmas Cipanas, Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (1/12). Foto: Candra Yanuarsyah/ANTARA FOTO