Memutar Ulang Memori Juara, Beranjak Menatap Masa Depan

Indra Sjafri
Semangat Menolak Menyerah!
Konten dari Pengguna
7 Februari 2017 15:11 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Indra Sjafri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indra Sjafri di kantor PSSI. (Foto: Alan Kusuma/kumparan)
Tahun 2013 tak bisa dipungkiri merupakan tahun yang spesial buat saya. Selama menjalani karier kepelatihan, saya baru merasakan indahnya merengkuh gelar juara.
ADVERTISEMENT
Ketika itu, Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-19 berhasil saya bawa menjuarai Piala AFF 2013 di Sidoarjo, Jawa Timur.
Terus terang, perasaan saya tak karuan saat itu. Saya sempat tegang karena pertandingan final melawan Vietnam harus ditentukan melalui adu penalti. Akan tetapi, saya punya keyakinan kepada anak-anak. Saya yakin mereka punya mental yang kuat untuk menghadapi tekanan sebesar itu.
Alhamdulillah...
Allah S.W.T memberikan kesempatan kepada saya untuk bisa mengharumkan nama bangsa dan negara. Saya bisa memutus nir gelar untuk timnas sejak medali emas SEA Games 1991 di Filipina. Apalagi, gelar juara yang kami persembahkan terjadi di rumah sendiri.
Saya tak bisa menahan haru begitu melihat Ilham Udin berhasil mengeksekusi penalti.
ADVERTISEMENT
Kami semua berlinang air mata karena perjuangan kami selama ini tak sia-sia. Saya harus meninggalkan keluarga untuk waktu yang tak sebentar, begitu juga dengan para pemain yang harus berpisah jauh dari orangtua mereka.
Saya juga sering berbicara kepada pemain dari hati ke hati. Berada jauh dari keluarga memang hal yang berat bagi anak seumuran mereka. Akan tetapi, saya yakinkan mereka bahwa kita sedang dalam masa perjuangan untuk mengharumkan nama bangsa dan negara.
Perjuangan kami merengkuh gelar juara memang tak mudah sama sekali. Saya pribadi harus turun langsung ke daerah-daerah untuk mencari pemain atau yang biasa dikenal dengan blusukan. Keputusan itu saya ambil karena kita tak memiliki bank data pemain. Apalagi, para pemain usia muda.
ADVERTISEMENT
Semua berawal pada 2011. Saat itu saya mendapat tugas pertama dari PSSI untuk menangani Timnas U-16 di kualifikasi Piala Asia 2012. Namun, kami gagal lolos karena hanya menempati peringkat tiga grup.
Saya tak bisa memilih pemain sendiri ketika itu. Pemain yang saya bawa sudah diberikan daftarnya oleh federasi. PSSI kemudian mempercayai saya untuk mendampingi Timnas U-17 guna mengikuti turnamen invitasi federasi sepak bola Hongkong HKFA 2012.
Berangkat dari pengalaman saya sebelumnya, saya tak mungkin lagi membawa tim dengan pemain yang bukan saya pilih sendiri. Karena itu, saya berinisiatif blusukan mencari pemain ke segala penjuru Tanah Air.
Indra Sjafri mencari talenta-talenta muda (Foto: Facebook Indra Sjafri)
Ketika saya menelusuri banyak daerah, disitu saya menyadari bahwa begitu banyak talenta yang kita miliki. Teknik bermain bola mereka sudah cukup bagus, tinggal diasah untuk memaksimalkannya.
ADVERTISEMENT
Beberapa pemain yang saya temukan dari hasil blusukan yaitu seperti Yabes Roni Malaifani (Nusa Tenggara Timur), M. Sahrul Kurniawan (Ngawi), Muchlis Hadi Ning Syaifullah (Pasuruan), dan M. Fatchu Rohman (Pasuruan), I Putu Gede Juni Antara (PPLP Ragunan), Hargianto (PPLP Ragunan), Evan Dimas Darmono (Persebaya), Zulfiandi (Aceh), dan Ravi Murdianto (Perserang Serang).
Tak Instan
Dari hasil pencarian itu, saya kemudian membentuk Timnas U-17 untuk terjun di HKFA 2012. Hasilnya, kami berhasil menyapu bersih tiga pertandingan. Menang 1-0 atas tuan rumah Hongkong, 4-1 dari Makau, dan 3-1 atas Singapura.
Setahun berikutnya, dengan pemain mayoritas sama saat juara di HKFA 2012, kami kembali berhasil meraih gelar juara di HKFA 2013. Ketika itu saya menangani Timnas U-19. Kami seri 2-2 melawan Singapura, menang 2-0 atas Hongkong, dan imbang 0-0 dari Malaysia.
ADVERTISEMENT
Timnas U-19 HKFA cup 2013 (Foto: Facebook Indra Sjafri)
Kemudian, tim inilah yang saya bawa ke Piala AFF U-19 2013. Jadi, perjuangan kami untuk bisa merebut gelar juara bukan merupakan hasil instan. Butuh waktu bertahun-tahun untuk saya membentuk tim dengan kemampuan yang mumpuni serta kebersamaan yang kental.
Saya juga tak bosan-bosan mengingatkan mereka untuk terus optimistis. Jangan pernah takut dengan lawan yang lebih besar dan hebat. Semua pasti bisa dikalahkan, termasuk Korea Selatan. Karena hanya Tuhan yang tak bisa dikalahkan.
Dan, Alhamdulillah, pada tahun ini saya diberikan amanah oleh PSSI untuk kembali menukangi Timnas U-19.
Ada dua agenda yang akan dijalani yakni Piala AFF 2017 pada September 2017 dan kualifikasi Piala Asia 2018 pada Oktober mendatang. Dua event yang hanya berjarak dalam rentang satu bulan.
ADVERTISEMENT
Setelah saya resmi ditunjuk PSSI, banyak yang bertanya apakah saya akan kembali melakukan metode blusukan. Saya akan jawab: “iya”.
Karena berdasarkan pengalaman, metode itu cukup berhasil membangun skuat timnas yang diisi pemain-pemain berbakat dari beragam daerah. Banyak talenta berbakat yang tersebar di pelosok Indonesia tetapi belum terpantau.
Saya juga saat ini dibantu oleh tim teknis PSSI yang sudah mengumpulkan nama-nama pemain dari daerah. Saya akan manfaatkan hal itu.
Dulu saya punya beberapa contact person para pengurus Asosiasi Provinsi (Asprov) PSSI. Nantinya, saya akan serahkan ke mereka untuk mengumpulkan para pemain dari daerahnya. Kemudian, saya akan pantau langsung.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, saya juga tetap akan mencari informasi dari siapapun mengenai keberadaan pemain-pemain berbakat di daerah-daerah. Maka, dengan mengucap Bismillah, saya memohon dukungan dan doa restu dari seluruh rakyat Indonesia untuk bisa memulai langkah menyiapkan Timnas U-19.
Saya akan berusaha sekuat tenaga untuk menjawab kepercayaan yang telah diberikan oleh federasi. Semoga Allah S.W.T mengizinkan kita untuk bisa mengulangi prestasi pada 2013 silam.
*Tulisan ini merupakan opini pribadi dan mohon untuk tidak dikutip.