news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Hiu Paus Dalam Legenda Nelayan Indonesia

13 Februari 2017 10:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Hiu Paus, spesies ikan terbesar. (Foto: Thinkstock/Mihtiander)
Kehadian hiu paus sudah lama ada di perairan Indonesia. Perairan Indonesia merupakan jalur migrasi mereka. Tak heran juga kalau hiu paus menjadi salah satu cerita legenda dalam masyarakat nelayan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari panduan monitoring Hiu Paus yang diterbitkan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Senin (13/2) hiu paus atau 'Gurano Bintang' dianggap sebagai hantu laut oleh masyarakat di Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC). Di kawasan ini, hiu paus ada setiap tahun.
Ketika hiu paus muncul, maka nelayan akan mematikan mesin dan tinggal diam di dalam perahu sampai hiu paus lewat. Kemunculan hiu paus juga dipercaya sebagai pertanda bahwa akan ada kedukaan (orang meninggal). Namun sejak hiu paus menjadi atraksi wisata, masyarakat mulai menganggap hiu paus sebagai ikan yang bersahabat.
Dahulu hiu paus di kawasan TNTC hanya melintas saja. Namun ketika masyarakat membuat bagan ikan, hiu paus menetap. Mereka tertarik dengan ikan-ikan kecil di dekat bagan.
Hiu Paus. (Foto: Thinkstock/Crisod)
Tak hanya itu saja, kemunculan hiu paus oleh nelayan bagan yang biasanya berasal dari suku Bugis, Buton, dan Makassar juga dianggap sebagai pertanda baik karena kemunculannya biasa diikuti oleh ikan-ikan pelagis kecil yang menjadi target bagan.
ADVERTISEMENT
Di Probolinggo, masyarakat mengeramatkan hiu paus yang dipercaya sebagai penunggu pantai Utara. Hiu paus yang biasa dipanggil “Kikaki” dipercaya menjadi kendaraan nenek moyang masyarakat Probolinggo bila pergi ke tanah leluhur di Pulau Madura.
Masyarakat tidak berani menangkap hiu paus karena dianggap akan mendatangkan petaka. Saking menghormati hiu paus, bahkan pada tahun 2010, dua ekor hiu paus yang terdampar dan mati dikuburkan dengan ritual. Sampai sekarang makamnya masih dapat ditemukan di Desa Randu Putih.
Sementara itu, masyarakat Bajo di Lamalera percaya bahwa hiu paus atau “Kareo Dede” adalah ikan yang dijaga oleh dewa dan dapat melindungi atau membantu nelayan pada saat dibutuhkan. Oleh karena itu, masyarakat Bajo tidak memburu hiu paus dan jika tidak sengaja tertangkap pun, harus segera dibebaskan.
ADVERTISEMENT