Indonesia Kehilangan 30.000 Hektar Tanah karena Abrasi

21 November 2017 19:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Data abrasi di Indonesia (Foto: Mirsan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Data abrasi di Indonesia (Foto: Mirsan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Indonesia kehilangan tanah 30.000 Hektar yang disebabkan kenaikan air laut, dan abrasi. Hal itu diungkapkan Deputi 1 Kemaritiman Arief Havas kepada wartawan, Selasa (21/11), di Forum Negara Kepulauan dan Pulau, di Hotel Grand Hyatt.
ADVERTISEMENT
Havas membeberkan daerah yang mengalami abrasi terparah berdasarkan data Kemaritiman dari urutan 10 terparah yakni Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Jawa Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Aceh, Banten, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Bangka Belitug
Selanjutnya diikuti Provinsi Gorontalo, Sumatera Utara, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur, Sumatera Barat, Bali, Bengkulu, Kalimantan Utara, Sumatera Selatan, Riau, Jakarta, dan yang terakhir Jambi.
Tanggul laut Jakarta di Jakarta Utara (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tanggul laut Jakarta di Jakarta Utara (Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan)
"Ada banyak desa yang hilang juga karena masalah kenaikan air laut dan ini problem yang dialami oleh negara-negara kecil lainnya, gitu. Jadi, sementara itu kita juga punya kemampuan penyelesaian yang sama seperti BMKG, kemampuan dalam rangka mengatasi dan menangi perubahan iklim," kata Arief Havas.
Melalui pertemuan Forum Negara Kepulaun dan Pulau yang diwakili Kementrian Maritim, UNDP bersama 20 negara lainnya membentuk gerakan yakni Transfund yang di dalamnya negara-negara kecil dapat memperoleh anggaran untuk melakukan pelatihan di negarany untuk mengatasi problem iklim khususnya di kelautan.
ADVERTISEMENT
"Kita mengharapkan dalam pertemuan ini nanti, akan ditindak lanjuti oleh suatu pertemuan di tingkat menteri tahun depan, dan hasilnya yang kita harapkan adalah suatu kerjasama yang nyata dan kongkret dalam bentuk pelatihan dalam bentuk pendanaan terhadap berbagai masalah-masalah yang dihadapi karena perubahan iklim," katanya.