Who Moved My Cheese? Dilema Sebuah Perjalanan Bisnis

Muh Indra Kusumayudha
Merupakan seorang Advokat dan pemerhati hukum bisnis. Pendiri Kantor Hukum Hutama Indra Partnership (H.I.P Lawyers) - @hiplawyers
Konten dari Pengguna
30 Oktober 2021 6:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muh Indra Kusumayudha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok Pribadi: M. Indra Kusumayudha
zoom-in-whitePerbesar
Dok Pribadi: M. Indra Kusumayudha
ADVERTISEMENT
Who moved my cheese? Ini merupakan judul buku yang begitu populer, yang secara garis besar mengajarkan kita untuk senantiasa berteman dengan perubahan. Apa pun perubahannya dan di mana pun kita harus siap menghadapinya.
ADVERTISEMENT
Singkat cerita dalam buku "Who Moved My Cheese", yang bercerita tentang dua ekor tikus dan dua kurcaci, untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka hanya mencari makanan, makanan dan makanan. Dua ekor tikus yang bernama Sniff (endus) dan Scurry (lacak) mengajarkan tentang bagaimana pola pemikiran seekor binatang pengerat yang hanya berpikir secara sederhana. Berbeda dengan kedua kurcaci, Hem (kaku) dan Haw (Aman) yang mempunyai kemiripan dengan manusia.
Selayaknya usaha mereka sebagai tikus, binatang pengerat. Begitu juga dengan kedua kurcaci, Hem dan Haw. Mereka berdua juga menggunakan kemampuan berpikir dan belajar dari pengalaman mereka yang mirip manusia. Namun justru kelebihan mereka yang mempunyai akal dan pikiran serta emosional menjadikan mereka menjadi tidak percaya diri dan bersikap apatis.
ADVERTISEMENT
Kegagalan demi kegagalan dalam mendapatkan cheese bukannya disikapi dengan baik dan terus berusaha seperti kedua tikus. Hem dan Haw malah saling menyalahkan satu sama lain, dengan dalih: "kenapa kamu terlalu banyak memakan cheese hingga sekarang ini habis!" Di akhir cerita, dapat diketahui bahwa sebuah pemikiran sederhana dengan disertai kerja keras dapat mengalahkan sifat cerdas namun tidak melakukan tindakan apapun. Sniff dan Scurry unggul dari Hem dan Haw bukan karena kepintaran mereka, namun disebabkan mereka mau menerima keadaan yang sulit dengan terus menjalaninya hingga berhasil. Sniff dan Scurry mau berubah menyesuaikan diri dengan perubahan sekitar, sementara Him dan Hew tetap terpaku pada kesuksesan masa lalu mereka tanpa menyadari bahwa itu semua telah berubah. 
ADVERTISEMENT
Demikian cerita singkat dalam buku "Who Moved My Cheese". Dalam tulisan ini saya tertarik membahas perubahan pada segi bisnis, yang mana saat ini perubahan tercepat dan brutal terjadi pada bidang-bidang bisnis tertentu, apalagi semakin hancur dihantam gelombang pandemi yang berkelanjutan.
Siapa yang tidak kenal merek Nokia, ya mereka adalah raksasa telepon genggam pada masanya yang saat ini sudah disingkirkan oleh merek-merek telepon genggam terbaru yang lebih mampu menyesuaikan zaman dan teknologi terkini, sebut saja seperti Samsung, Apple, Oppo dan lain sebagainya. Mereka notabenenya merek baru, namun mereka unggul dalam hal adaptasi dan inovasi.
Bergeser kepada industri ritel tanah air, industri yang sejak lama beroperasi ini semakin hari semakin ditinggal oleh konsumennya. Contoh jelas yang terjadi adalah pada perusahaan ritel Giant yang dikelola oleh PT Hero Supermarket Tbk, penutupan ini bukan karena “brand” nya yang tidak kuat, namun dikarenakan lebih kepada kurang mampunya perusahaan dalam menghadirkan pengalaman baru kepada konsumen. Untuk menjaga kelangsungan bisnisnya PT Hero Supermarket Tbk mengubah orientasi bisnis dengan memfokuskan bisnisnya ke merek dagang lain, yakni IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket.
Ilustrasi menyusun konsep digital marketing dalam bisnis. Foto: Shutter Stock
Perusahaan ritel terkemuka lainnya, yakni Matahari juga terkena dampak perubahan zaman. Matahari sudah mengarahkan bisnisnya ke pasar online. Setelah puluhan tahun menjual produknya secara offline, akhirnya Matahari meluncurkan toko online nya sendiri dengan nama MatahariMall.com. Namun sayangnya kiprah MatahariMall tidak berakhir dengan baik, pada akhir 2018 toko online ini resmi tutup dan kemudian digabung dengan Matahari.com. Lantas apa penyebab kegagalannya?.
ADVERTISEMENT
Pendiri Grup Lippo, Mochtar Riady mengungkap alasan utama yang menyebabkan jatuhnya MatahariMall, yaitu gagal untuk memposisikan bisnis, ketidakjelasan antara apakah ingin buka toko di internet sebagai online retail atau membangun pasar, sebagai online marketplace di internet, ini yang posisinya tidak jelas. MatahariMall dinilai terlalu fokus mengembangkan platform dibanding melakukan segmentasi pasar, padahal pasar harus menjadi hal yang utama.
Sumber: https://connectingdirectors.com/51135-5-ways-to-build-your-business-brand-advocates
Nasib Sial “Menghampiri” BUMN
Tentunya sedih apabila melihat kondisi maskapai nasional Indonesia, yakni Garuda Indonesia yang saat ini berada di posisi yang krisis. Berbagai isu muncul, mulai dari mengganti Garuda dengan maskapai lain, dibubarkan, dipailitkan serta isu lainnya membuat masyarakat iba dan berharap Garuda menemukan solusi terbaik dan terbang kembali dengan sayap yang tegak tanpa masalah.
ADVERTISEMENT
Apakah Garuda Indonesia selama ini terlalu sombong?, merasa di atas angin sebagai maskapai terbaik apabila disandingkan dengan maskapai swasta lainnya?. Apakah judul sebagai maskapai nasional membuat Garuda Indonesia terlena dengan tidak memperhatikan kondisi internal maupun eksternalnya?, Garuda merupakan brand yang kuat, bahkan dunia mengakuinya, namun kenapa bisnisnya berantakan dan berada di jurang kebangkrutan.
Krisis yang terjadi pada Garuda saat ini tidak lepas dari sengkarut masalah masa lalu yang meledak di masa sekarang. Wajarnya setiap perusahaan memiliki strategi untuk membalikkan situasi krisis menjadi normal kembali atau yang biasa disebut turn around strategy, namun sampai sekarang Garuda hanya jalan di tempat, pasif dan hanya menunggu keputusan Pemerintah selaku pemegang saham mayoritas.
ADVERTISEMENT
Apabila dilihat lebih dalam persoalan bisnis BUMN juga tidak semuanya bagus, banyak yang terseok-seok dan kondisinya mirip dengan Garuda. Rata-rata di perusahaan BUMN dan perusahaan besar, di mana para pemegang saham dan eksekutif sudah mapan dan bisnis terus menghasilkan keuntungan, mereka terlena dan dengan mudahnya melepaskan sumber daya manusia (SDM) yang notabenenya selaku inovator dan kreator dalam membuat perusahaan berhasil, yang mana mereka telah hilang atau pindah ke perusahaan kompetitor.
Perusahaan juga tidak rajin dalam melakukan penyegaran bisnis, jarang aktif dalam berinovasi dan kurang lihai dalam menata kembali bidang usaha dan penguatan pasar, alhasil perusahaan berjalan secara auto pilot dan mereka sehari-hari hanya mengulangi yang itu-itu saja, tidak ada perubahan yang berarti.
ADVERTISEMENT
Terdapat tradisi yang mendarah daging bahwa tugas utama orang-orang dalam perusahaan besar atau BUMN adalah melanjutkan kebesaran itu sendiri dan berlindung dibalik nama kebesarannya. Kenyamanan seperti ini membuat perusahaan besar dan BUMN lebih sering mengekor dibanding mencipta. Mereka semua baru panik ketika penerimaan dan laba berguguran, contoh saja seperti perusahaan Kodak, Olympus, Nokia, dan lain sebagainya.
Inovasi perlu dilakukan, namun bukan berarti dilakukan dengan asal-asalan atau asal jadi saja. Tidak sedikit perusahaan yang melakukan inovasi namun ternyata gagal di pasaran. Oleh karena itu kajian atas inovasi tersebut harus dilakukan dengan matang dan perlu langkah antisipasi apabila ternyata inovasi tersebut gagal bersaing dan ditinggal konsumen. Namun tidak melakukan inovasi juga adalah hal yang salah dalam bisnis, berada di zona nyaman akan membuat kita berhenti berusaha.
ADVERTISEMENT
Inovasi BUMN saat ini dapat dilihat dengan dibentuknya perusahaan Fintech, yang mana untuk mengantisipasi persaingan tersebut, sejumlah bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) turut masuk ke bisnis ini guna menjaring pangsa pasar yang diambil berbagai perusahaan fintech. Beberapa bank BUMN berhimpun untuk menguasai pasar dengan Fintech yang bernama LinkAja, layanan ini dipersiapkan sebagai penantang daripada OVO, Go-Pay dan pesaing lainnya. Ini adalah langkah bagus dan diperlukan inovasi-inovasi lainnya yang dapat bersaing di zaman yang tidak menentu ini.
Take It Or Leave It
Ambil atau tinggalkan, adaptasi atau tersingkirkan, merupakan hal yang biasa dalam bisnis. Mahkota juara dalam rangka bertahan hidup saat ini dapat diberikan kepada perusahaan rintisan (start up) atau perusahaan teknologi yang bergerak cukup pesat, di mana sebagian besar perusahaan start up maupun perusahaan berbasis teknologi ini menjalankan operasional bisnisnya dengan infrastruktur teknologi yang komprehensif. Keberadaan perusahaan ini memberikan dampak positif dan kemudahan bagi masyarakat untuk memperoleh kebutuhan sehari-hari. Perusahaan start up hadir dengan memberikan terobosan baru, yakni mengubah lanskap bisnis konvensional menjadi bisnis yang berbasis internet.
ADVERTISEMENT
Betul sekali, internet adalah monster baru yang dapat melahap bisnis konvensional saat ini. Lihat saja industri perbankan, mereka semua berlomba untuk mengimbangi Financial Technology (fintech) yang secara nyata sudah memakan pasar perbankan. Bank mulai mengarahkan bisnisnya ke digitalisasi perbankan, ya walaupun itu hanya perpanjangan tangan saja namun langkah antisipasi sudah dilakukan. Persaingan antara industri perbankan dan perusahaan fintech kian ketat, bahkan hampir seluruh layanan perbankan bisa diakses melalui fintech yang lebih mudah dari segi prosedur dan juga memberikan keamanan.
Dalam rangka meredam dan menyaingi pertempuran bisnis tersebut, Bank berlomba-lomba bekerja sama dengan perusahaan Fintech dan bahkan ada yang membentuk Fintechnya sendiri. Pertempuran perbankan digital tidak hanya berhenti di sini, saat ini telah muncul Neobank, yang merupakan ancaman nyata dan akan mendisrupsi industri perbankan dan fintech yang sudah ada saat ini.
ADVERTISEMENT
Neobank adalah sebuah inovasi dalam teknologi keuangan yang menawarkan layanan perbankan digital tanpa cabang. Neobank tidak memiliki bentuk fisik sebagaimana layanan bank pada umumnya, namun neobank hadir sepenuhnya secara online. Dengan tidak memiliki cabang ini membuat Neobank dapat menghemat anggaran serta secara cepat dapat mengakselerasi bisnis dan pendalaman pasar.
Neobank menyasar kepada nasabah yang berada dalam kalangan milenial dan kalangan tech-savvy, yakni kalangan yang paham dan familiar dengan teknologi, yang tidak keberatan melakukan sebagian besar pengelolaan keuangan mereka melalui aplikasi seluler atau internet. Neobank menawarkan layanan perbankan yang serupa dengan bank konvensional pada umumnya, walaupun tidak keseluruhan. Layanan tersebut antara lain seperti rekening tabungan dan deposito, layanan pembayaran, transfer uang dan layanan perencanaan keuangan.
ADVERTISEMENT
Itu hanya baru Neobank, seiring perkembangan zaman pasti akan muncul bentuk dan wajah baru daripada sebuah bisnis, setiap perusahaan berlomba dalam bertransformasi bisnisnya masing-masing, yang mana tujuan bisnis tersebut adalah untuk menguasai industri keuangan.
Semua hal di atas adalah perkembangan yang begitu cepat dan tidak bisa diprediksi, yang hanya perlu kita lakukan adalah hadapi, adaptasi, meniru lalu modifikasi sesuai karakter dan penguasaan bidang kita masing-masing.
(M. Indra Kusumayudha, S.H., C.L.A adalah seorang penulis yang berprofesi sebagai lawyer, legal auditor dan konsultan hukum - [email protected])