5 Bintang Muda yang Kariernya Terlalu Cepat Meredup

Info Bola
Info Bola adalah story berita bola hari ini, jadwal terkini, tentang pemain, sepak bola Liga indonesia, Eropa, dan dunia.
Konten dari Pengguna
7 April 2019 14:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Bola tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kylian Mbappe (kanan) mencetak gol Paris Saint-Germain ke gawang Manchester United. Foto: Jason Cairnduff/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Kylian Mbappe (kanan) mencetak gol Paris Saint-Germain ke gawang Manchester United. Foto: Jason Cairnduff/Reuters
ADVERTISEMENT
Bakat besar tidak bisa selalu muncul dalam sepak bola. Tiap tahunnya, pemain muda selalu muncul dari akademi untuk bergabung dari ke tim utama. Beberapa tak bisa beradaptasi dengan baik dan akhirnya hanya jadi pilihan kedua, tapi ada pula yang kemudian sukses mencuatkan namanya dengan penampilan apik.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi perkembangan bintang muda dan sebagian besar tentu ada andil sang juru taktik. Seperti contohnya, Wilfried Zaha bersama Manchester United. Jadi salah satu rekrutan terakhir Sir Alex Ferguson, Zaha disebut bakat yang bakal jadi bintang besar.
Wilfred Zaha jadi pahlawan Palace. (Foto: Reuters/Tony O'Brien)
Sayang, David Moyes gagal memaksimalkan potensi Zaha. Beruntung buat winger asal Pantai Gading tersebut bisa menemukan kembali permainan terbaiknya bersama timnya saat ini, Crystal Palace. Zaha pun jadi salah satu contoh yang terpuruk di masa muda tapi bisa bangkit setelah di usia matang.
Ada pula yang mendapat kesempatan dari usia muda dan langsung nyetel di tim utama, bahkan jadi andalan. Keputusan Leonardo Jardim memberi Kylian Mbappe jam main berbuah manis. Penyerang yang saat itu masih berusia 18 tahun tersebut sukses mengantar AS Monaco juara Liga Prancis dan sampai semifinal Liga Champions.
Mbappe angkat trofi Piala Dunia. (Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach)
Tak hanya bersama AS Monaco, Kylian Mbappe juga sukses mengantar Timnas Prancis jadi juara Piala Dunia 2018. Dirinya pun dinobatkan sebagai pemain muda terbaik di kompetisi paling bergengsi di dunia tersebut. Sekarang, Mbappe jadi andalan Paris Saint-Germain dan semakin berkembang jadi contoh yang sukses mempertahankan konsistensi.
ADVERTISEMENT
Bintang muda memang ada yang gagal tapi bisa bangkit seperti Zaha dan ada pula yang sukses mempertahankan konsistensi seperti Mbappe. Namun, sayangnya ada juga yang melejit di awal karier tapi kemudian tak bisa bertahan di performa terbaik. Biasanya cedera, penampilan tak konsisten, atau faktor eksternal jadi sandungan sang pemain.
Walau masih ada waktu untuk berusaha membangkitkan karier, tapi kemungkinan tersebut kecil. Berikut lima bintang muda yang bersinar di awal karier tapi terlalu cepat meredup.
1. Luciano Vietto
Vietto dipinjam Valencia. (Foto: AFP/Cristina Quicler)
Didatangkan Atletico Madrid dengan mahar 18 juta paun pada 2015 silam, Luciano Vietto disebut-sebut sebagai salah satu bakat paling bersinar di dunia. Vietto kemudian dipinjamkan ke Sevilla untuk mendapat jam main, tapi justru gagal memberi pengaruh berarti, yang kemudian jadi awal dari kemerosotan kariernya.
ADVERTISEMENT
Sempat dipinjamkan kembali ke Valencia, Vietto semakin diragukan dengan hanya mencetak gol dari 19 penampilan. Terakhir, Vietto jadi pemain pinjaman Fulham dan mungkin jadi usaha terakhir untuk Atletico menguji penyerang asal Argentina tersebut. Namun, ternyata Vietto makin mengecewakan dengan hanya mencetak 1 gol dari 22 laga.
2. Federico Macheda
Pada laga debutnya, Federico Macheda, yang masih 17 tahun langsung membuat gebrakan. Tampil sebagai pemain pengganti untuk Manchester United menghadapi Aston Villa. Kala itu, skor imbang 2-2 pada laga yang mengharuskan United menang untuk mengunci gelar. Macheda yang menerima bola dari Giggs, berputar badan mencetak gol fantastis.
Gol tersebut pun membuat publik Old Trafford bergemuruh. Macheda kala itu langsung jadi pahlawan buat United. Namun, ekspektasi yang begitu tinggi buat Macheda gagal kembali bersinar. Alhasil, setelah tak dapat tempat di tim utama, Macheda dipinjamkan keenam klub berbeda dan akhirnya dilepas. Kini sudah berumur 27 tahun, kecil kemungkinan Macheda membangkitkan karier bersama Panathinaikos.
ADVERTISEMENT
3. Ryan Babel
Rekrutan anyar Fulham, Ryan Babel. (Foto: Twitter: Fulham)
Setelah lulus dari akademi Ajax pada 2001 silam, Ryan Babel, digadang-gadang bakal jadi pemain besar di masa depan. Setelah tiga musim jadi pemain di tim utama Ajax, Liverpool pun membelinya dengan harga yang cukup besar pada masanya, yaitu 15 juta paun. Bersama Liverpool, Babel langsung nyetel dan berkembang dengan sangat cepat.
Namun, perkembangan cepat tersebut seakan terhenti saat Babel baru memasuki usia 23 tahun. Performanya kemudian melempem dan perlahan tergusur dari skuat Liverpool. Babel pun pindah dan melanglang buana ke berbagai klub. Selain Besiktas, Babel kesulitan tampil di puncak performa. Kini bersama Fulham, dirinya gagal jadi juru selamat klub yang akhirnya resmi terdegradasi musim ini.
4. Jack Wilshere
Salam Jack Wilshere usai pertandingan. (Foto: REUTERS/Eddie Keogh )
Ada masanya kala Jack Wilshere disebut sebagai calon gelandang kelas dunia. Dirinya bahkan sempat diminati berbagai klub besar, salah satunya Barcelona. Namun, sempat jadi pemain kunci dalam skuat Arsenal, nasib Wilshere kini menjadi penghangat bangku cadangan bersama West Ham. Cedera terus-menerus jadi alasan karier gemilangnya redup.
ADVERTISEMENT
Sejatinya Wilshere sempat menunjukkan permainan yang menjanjikan pasca-dipinjamkan ke Bournemouth tahun 2016, tapi kemudian kembali berkutat dengan cedera. Kembali ke Arsenal dan memainkan beberapa laga, Wilshere akhirnya dilepas secara gratis ke West Ham. Kembali berkutat dengan cedera, Wilshere pun semakin sulit untuk bangkit.
5. Alexandre Pato
Pato bersama Chelsea. (Foto. Reuters / Peter Cziborra)
Nama Alexandre Pato langsung mencuat ketika langsung jadi andalan lini depan AC Milan di usianya yang baru 17 tahun. Kala itu, dirinya membuktikan ketajaman di depan gawang. Alhasil, Pato pun menarik minat berbagai raksasa Eropa, walau AC Milan tak mau menjual penyerang asal Brasil tersebut.
Namun kemudian, usai rentetan cedera yang dideritanya, performa Pato mulai merosot. Selama dua musim Pato lebih sering berada di bangku cadangan dan hanya mencetak 6 gol dari 25 penampilan. Gagal menemukan kepercayaan dirinya, Pato kemudian pulang kampung untuk membela Corinthians.
ADVERTISEMENT
Sempat membaik bersama raksasa Brasil, Pato kemudian kembali menurun dengan membela Chelsea dan Villarreal. Pato pun akhirnya ke Liga Super China dan bermain gemilang bersama Tianjin Quanjian dengan mencatatkan 36 gol dari 60 laga. Namun, dirinya kemudian memutuskan kembali ke negara asalnya, bermain untuk Sao Paulo. (bob)
Baca lebih banyak informasi mengenai berita artis/berita heboh/info bola/dan lifehack lebih nyaman di aplikasi kumparan.
Download aplikasi Android di sini.
Download aplikasi iOS di sini.