Jamie Vardy: Dulu Berjuang Jadi Buruh Pabrik, Kini Bergaji Rp 2,2 M per Pekan

Info Bola
Info Bola adalah story berita bola hari ini, jadwal terkini, tentang pemain, sepak bola Liga indonesia, Eropa, dan dunia.
Konten dari Pengguna
2 Desember 2020 15:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Bola tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jamie Vardy (kanan) tengah merayakan golnya ke gawang Arsenal. Foto: Catherine Ivill/Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Jamie Vardy (kanan) tengah merayakan golnya ke gawang Arsenal. Foto: Catherine Ivill/Getty Images
ADVERTISEMENT
Nama Jamie Vardy nyaris tak terdengar di kancah sepak bola Inggris sebelum akhirnya mengantarkan Leicester City menjadi juara Premier League musim 2015/16. Vardy memberikan andil besar atas terciptanya kisah dongeng yang mungkin akan sulit terjadi lagi.
ADVERTISEMENT
Namun, di balik pencapaian itu, ada proses panjang yang mesti dilewati Vardy. Bagaimana kisahnya?
Lahir di Sheffield pada 11 Januari 1987, Vardy hidup dalam keluarga kelas menengah. Ibunya, Lisa Vardy, merupakan mantan pengacara, sementara ayahnya Richard Gill berprofesi sebagai pekerja derek.
Diwartakan The Sun, Vardy kecil sempat sekolah tetapi terbengkalai. Ia lebih mencintai sepak bola.
Impian Vardy untuk bermain sepak bola di liga papan atas hampir terwujud bersama Sheffield Wednesday. Akan tetapi, klub tidak jadi memboyong Vardy karena melihat perawakannya yang terlalu kecil dan kurus untuk anak kelompok usianya.
Hal itu ternyata membuat Vardy begitu kecewa. Hingga ketika beranjak dewasa, Vardy berpikir bahwa dia tak akan memikirkan sepak bola lagi. Niatnya itu diiringi dengan bekerja sebagai buruk pabrik yang tentunya mendapatkan upah seadanya.
ADVERTISEMENT
Ketika bekerja di pabrik, kecintaan Vardy terhadap si kulit bundar nyatanya tak bisa ditutupi. Ia akhrinya kembali bermain sepak bola dengan tetap bekerja sebagai buruh pabrik.
Klub lokal setempat Stocksbridge Park Steels dipilih Vardy untuk mengawali kariernya. Sticksbridge diketahui bermain di Divisi Satu Selatan yang merupakan level ketujuh sepak bola Inggris.
Jamie Vardy berhasil membawa Leicester sebagai juara Premier League bersama Leicester musim 2015/2016. Laurence Griffiths/Getty Images
Akibat pekerjaannya sebagai buruh pabrik, tak jarang pekerjaan kasar yang dia lakukan justru membuatnya cedera. Vardy kerap merasakan sakit di area punggungnya karena mengangkut barang-barang berat.
"Saya adalah seorang teknisi serat karbon. Pekerjaan saya adalah membuat gips. Saya harus banyak melakukan kegiatan mengangkat ke dalam oven panas. Saya terus menerus mengangkat barang ratusan kali sehari dan itu merusak punggung saya," jelas Vardy seperti dikutip dari Lifebogger.
ADVERTISEMENT
Setelah berpikir bahwa kariernya sebagai pesepakbola masih ada, pria yang kini berusia 33 tahun itu keluar dari pabrik carbon fiber untuk fokus sebagai pemain.
Pada 2011, ia membela Fleedwood semusim dengan torehan 31 gol dari 36 penampilan. Berkat penampilan apiknya, pada 2012 Leicester City yang kala itu berlaga di Divisi Championship mengontraknya.
Selang semusim, Leicester secara resmi berhasil menjuarai Divisi Championship dan promosi ke Premier League. Berkat usahanya, Vardy bisa merangkak dari bermain di klub Divisi ketujuh hingga bermain di Premier League.
Penantian panjangnya pun berbuah hasil. Musim 2015/2016, skuat asuhan Claudio Ranieri berhasil merengkuh gelar juara Premier League pertama sepanjang sejarah Leicester City.
Pemain Leicester Jamie Vardy melakukan selebrasi usai cetak gol saat melawan Arsenal. Foto: CATHERINE IVILL/REUTERS
Vardy yang merasa karirnya diangkat oleh Leicester membuatnya betah berada di King Power stadium. Sedangkan, rekan-rekannya yang berhasil membantu Leicester menyabet gelar memilih hengkang ke klub-klub besar seperti Riyad Mahrez ke Manchester City dan N'golo Kante yang kini berkostum Chelsea.
ADVERTISEMENT
Walaupun terhitung telat bersinar karena usianya telah mencapai 33 tahun, nyatanya Vardy masih bisa menunjukkan kemampuannya. Terbukti musim 2019/2020, ia berhasil mendapatkan gelar individu berupa pencetak gol terbanyak Premier League dengan 23 gol, unggul atas Pierre-Emerick Aubameyang dan Danny Ings.
Sinarnya juga belum meredup pada musim ini. Dari 10 laga, Vardy mencatatkan sembilan gol, hanya terpaut satu gol dari striker Everton, Dominic Calvert-Lewin.
Saat ini, Vardy tercatat sebagai pemain Leicester City dengan gaji tertinggi yakni sebesar 120 ribu pound atau 2,2 miliar rupiah per pekan.