Ragam Nasib 15 Pesepak Bola Pemenang Penghargaan Golden Boy

Info Bola
Info Bola adalah story berita bola hari ini, jadwal terkini, tentang pemain, sepak bola Liga indonesia, Eropa, dan dunia.
Konten dari Pengguna
16 Oktober 2019 16:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Bola tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
De Ligt di laga vs Tottenham. Foto: AFP/Emanuel Dunand
zoom-in-whitePerbesar
De Ligt di laga vs Tottenham. Foto: AFP/Emanuel Dunand
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kandidat pemenang Golden Boy 2019 telah diumumkan Senin (14/10) kemarin. Sebanyak 20 bintang muda bakal berebut penghargaan sebagai pemain paling berbakat untuk kategori di bawah usia 21 tahun. Adapun syaratnya, pemain tersebut harus tampil di liga top Eropa.
ADVERTISEMENT
Keseluruhan kandidat memang sukses mencuri perhatian selama satu tahun kalender 2019 di masing-masing kompetisi yang diikuti. Joao Felix jadi salah satu sorotan, usai performa gemilangnya bersama Benfica membuat penyerang berusia 19 tahun tersebut diboyong Atletico Madrid dengan harga fantastis.
Dari sang rival, Real Madrid menyumbang Vinicius Junior yang musim lalu jadi salah satu sosok kunci meski masih berusia 19 tahun. Tak mau kalah, Barcelona juga menyumbang Ansu Fati sebagai bakat yang belakangan mendapat sorotan lantaran tampil gemilang.
Tak hanya tiga nama tersebut, ada lagi Jadon Sancho yang digadang-gadang bakal jadi yang terbaik di masa depan. Ada pula juara edisi sebelumnya, Matthijs de Ligt yang juga punya kans besar untuk kembali menang tahun ini.
ADVERTISEMENT
Tentu menarik melihat bintang masa depan sudah bersaing sejak masih usia belia. Mendapatkan penghargaan Golden Boy pun bisa meningkatkan motivasi untuk semakin berkembang sesuai harapan. Meski begitu, ada pula yang gagal menjawab harapan lantaran mendapat tekanan besar.

2003-2007: Masa keemasan Golden Boy

Rafael Van Der Vaart (foto: Getty Images)
Nasib berbeda pun dialami tiap bintang muda peraih Golden Boy. Adapun lima pemenang pertama berhasil menjawab harapan. Dimulai dari Rafael van der Vaart, Debut bersama Ajax di usia 20 tahun, gelandang serang asal Belanda kemudian bermain untuk enam klub berbeda.
Kala membela Hamburger FC, Real Madrid, dan Tottenham Hotspur jadi saat-saat keemasan Van der Vaart, saat yang sama ketika membawa Timnas Belanda ke final Piala Dunia 2010. Sepanjang karier, pemain yang beroperasi sebagai gelandang serang tersebut tampil sebanyak 537 kali dan mencetak 175 gol dan 116 asis.
ADVERTISEMENT
Setelah Van der Vaart, muncul nama Wayne Rooney sebagai pemenang di edisi 2004. Bergabung dengan Manchester United dengan harga sebesar 27 juta paun, Rooney langsung melejit, dibuktikan dengan jadi pencetak gol termuda Liga Champions. Sejak itu, 13 musim berseragam ‘Setan Merah’, Rooney mencatat 559 penampilan dan 253 gol.
Tiga klub telah dibela Rooney dan 16 gelar sudah dipersembahkan penyerang asal Inggris tersebut di sepanjang kariernya. Adapun pemain yang kini sudah berusia 33 tahun tersebut bakal bergabung dengan Derby County di musim dingin 2020 nanti.
Pemenang di edisi selanjutnya tak perlu lagi diragukan kesuksesannya. Puluhan gelar bersama klub sudah disabet, pun juga gelar pribadi sebanyak lima Ballon d’Or dikoleksinya. Debut di usia 16 tahun bersama Barcelona, dirinya sudah mencatatkan 604 gol dan 244 asis dari 692 penampilan. Siapa lagi dirinya kalau bukan Lionel Messi.
Selebrasi Pemain FC Barcelona, Lionel Messi usai mencetak gol ke gawang Olympique Lyon dalam leg kedua Liga Champions di Camp Nou, Barcelona, Spanyol. Foto: REUTERS/Susana Vera
Musim berikutnya pemenang masih dari akademi La Masia, yaitu Francesc Fabregas Soler. Bakatnya terendus Francis Cagigao, Arsene Wenger yang merekrut Fabregas kemudian memolesnya jadi salah satu gelandang terbaik.
ADVERTISEMENT
Sepanjang karier, Fabregas mencatatkan 672 penampilan dan mencetak 122 gol, memenangkan berbagai gelar termasuk Piala Dunia 2010. Selain Arsenal, gelandang versatil tersebut membela klub seperti Barcelona, Chelsea, dan kini AS Monaco.
Musim berikutnya, muncul nama Sergio Kun Aguero sebagai ‘bocah emas’. Menggantikan Fernando Torres, Aguero yang baru berusia 18 tahun kala itu tampil gemilang bersama Atletico Madrid. Lima musim bersama Los Rojiblancos, Aguero mencatatkan 101 gol dan 243 penampilan.
Pindah dan membela Manchester City sejak musim 2011/12, Aguero konsisten berada di puncak performa dan saat ini jadi top skor sepanjang masa klub. Kini sudah 363 gol dari 637 pertandingan dicatatkan Aguero, meraih 14 gelar bersama Atletico dan City.

2008-2011: Pemenang tak sesuai harapan

Pato bersama Chelsea. (Foto. Reuters / Peter Cziborra)
Sayangnya, empat edisi setelah Aguero kemudian gagal memenuhi potensi besar yang dimiliki. Mulai dari Anderson yang digadang-gadang sebagai penerus Paul Scholes, dirinya menjanjikan di musim pertama dan sukses terpilih jadi Golden Boy.
ADVERTISEMENT
Namun, mantan gelandang Porto tersebut tak kunjung berkembang. Melanglang buana ke ke empat klub yang berbeda, Anderson yang baru berusia 31 tahun kemudian memutuskan pensiun di klub Turki, Adana Demirspor.
Beda dengan Anderson, Alexandre Pato sempat jadi penyerang paling berbahaya di dunia. Karena itulah dirinya terpilih memenangkan Golden Boy 2009. Namun, rentetan cedera membuat mantan penyerang AC Milan tersebut gagal memenuhi potensinya.
Pato pun kemudian menjajal berbagai klub. Kembali menemukan tajinya di Liga Super China bersama Tianjin Quanjian, mencetak 36 gol dari 60 penampilan, Pato pun pulang kampung dan saat ini membela Sao Paulo.
Berikutnya, selain dibekali bakat yang besar sehingga menang Golden Boy 2010, berbagai kontroversi juga menyertai Mario Balotelli. Bahkan, boleh jadi penyerang asal Italia tersebut gagal berkembang sesuai harapan lantaran kontroversinya tersebut.
Balotelli saat berlaga bersama Nice. (Foto: REUTERS/Jean-Paul Pelissier)
Balotelli memang sukses jadi bagian ketika Inter Milan menang treble di tahun 2010. Sepanjang karier dirinya juga sukses menorehkan 147 gol dari 366 penampilan. Namun, catatan tersebut masih terlalu kecil buat bakat sebesar Baloteli. Terlebih, di usia emas 29 tahun dirinya sudah bermain untuk tim papan bawah Serie A, Brescia.
ADVERTISEMENT
Mario pun kembali jadi pemenang Golden Boy di tahun berikutnya. Namun, kali ini Mario tersebut asal Jerman dan beroperasi sebagai gelandang serang, yaitu Goetze dari Borussia Dortmund. Sempat disebut sebagai titisan Messi, Goetze sejatinya tampil gemilang.
Bermain 314 kali dan mencetak 78 gol sepanjang karier, Goetze menang 13 trofi termasuk Piala Dunia 2014 bersama Timnas Jerman. Dirinya bahkan mencetak gol kemenangan di laga final kontra Argentina.
Namun, sejak pindah ke Bayern Muenchen dan jarang mendapat kesempatan main, bakatnya mulai luntur. Goetze pun gagal menjawab potensinya dan kini kembali ke Dortmund, tapi jadi pemain pelapis.

2012-2018: Pembuktian bakat-bakat terbaik

Mbappe angkat trofi Piala Dunia. (Foto: REUTERS/Kai Pfaffenbach)
Barulah dari pemenang tahun 2012, Golden Boy kembali pada jalur kesuksesan. Isco misalnya, setelah jadi ‘bocah emas’ bersama Malaga, dirinya direkrut Real Madrid dan sejak itu mulai jadi pemain andalan klub, mencatatkan 280 penampilan, 48 gol, dan 52 asis. Isco juga menang 14 gelar, empat diantaranya Liga Champions.
ADVERTISEMENT
Paul Pogba kemudian jadi pemenang setelah Isco. Setelah kontraknya habis bersama Manchester United, Pogba ke Juventus secara gratis. Mendapat banyak kesempatan main di tim utama, Pogba kemudian memperlihatkan bakat besarnya dan menang Golden Boy di tahun 2013.
Bersama ‘I Bianconeri’ Pogba tampil 178 kali, mencetak 34 gol, dan mencatat 42 asis, serta menyumbang delapan gelar sebelum kembali lagi ke Manchester United. Memecahkan rekor transfer ketika diboyong kembali ‘Setan Merah’, kini Pogba pun jadi pemain terbaik tim asal kota Manchester tersebut.
Paul Pogba saat masih berseragam Juventus. (Foto: AFP/Giuseppe Cacace)
Setelah Pogba, Liverpool menyumbang Raheem Sterling jadi pemenang di tahun 2014. Ketika itu, bersama Brendan Rodgers, ‘The Reds’ memang jadi penantang gelar dengan kegemilangan Luis Suarez dan Daniel Sturridge. Sosok Sterling pun jadi salah satu yang jadi sorotan.
ADVERTISEMENT
Pindah ke City di musim panas 2015, Sterling sempat diragukan. Namun, penyerang sayap tersebut membungkam kritik dengan tampil luar biasa sejauh ini, mencetak 78 gol dan 67 asis dari 202 penampilan dengan ‘The Citizens’, menyumbang enam gelar.
Masih dari Liga Inggris, kali ini dari rival Liverpool dan Manchester City, ‘Setan Merah’ punya Anthony Martial yang saat itu disebut bakat paling bersinar di dunia. Bersama Louis van Gaal, Martial jadi top skor di musim perdananya di Old Trafford, membuatnya meraih gelar Golden Boy 2015.
Sterling saat masih berkostum Liverpool. Foto: AFP/Paul Ellis
Saat ini, masih bersama United, Martial memang belum menunjukkan potensi maksimalnya. Namun, di usia yang baru 23 tahun tersebut, Martial masih punya waktu untuk memenuhi harapan dari gelar pemenang Golden Boy.
ADVERTISEMENT
Setelah Martial, bakat Portugal Renato Sanches sukses jadi pemenang tahun 2016. Hal tersebut buntut dari performa gemilangnya di Piala Eropa 2016, setelah jadi salah satu andalan utama Selecao das Quinas di tengah.
Bayern Muenchen pun kepincut. Dana sebesar 45 juta euro digelontorkan ‘Die Roten’ untuk mengangkut Sanchez dari Benfica. Namun, alih-alih sukses, Sanchez malah gagal menembus tempat utama. Masih berusia 22 tahun, kini Sanchez berupaya membangkitkan karier dengan pindah ke tim Liga Prancis OSC Lille.
Sampailah kepada tahun 2017, Kylian Mbappe jadi bakat yang kala itu bisa dibilang menang Golden Boy dengan mutlak. Debutnya di usia 16 tahun 347 hari membuat Mbappe jadi pemain termuda sepanjang sejarah AS Monaco, mengalahkan rekor Thierry Henry.
ADVERTISEMENT
Bersama Leonardo Jardim dengan skuad generasi emas AS Monaco, Mbappe membantu timnya menjuarai Liga Prancis, memutus dominasi PSG, dan mencapai semifinal Liga Champions. Musim berikutnya, Mbappe diboyong PSG dengan bayaran yang merupakan salah satu yang terbesar sepanjang masa.
Kylian Mbappe. (Foto: Eric Gaillard/Reuters)
Baru berusia 20 tahun, Mbappe sudah mencatatkan 93 gol dari 164 penampilan. Total Mbappe menyumbang enam gelar, termasuk Piala Dunia 2018 bersama Prancis. Terus mengembangkan potensi besarnya, Mbappe pun digadang-gadang bakal jadi pemain terbaik di masa depan.
Adapun pemenang musim lalu, Matthijs de Ligt, saat ini kembali masuk jadi kandidat peraih Golden Boy 2019. Pada edisi sebelumnya, De Ligt memang tampil luar biasa bersama Ajax. Menembus tim utama, De Ligt sukses membawa De Godenzonen ke final Liga Europa, meski akhirnya kalah dari Manchester United.
ADVERTISEMENT
Kali ini, De Ligt kembali masuk nominasi dan itu bukan tanpa pembuktian. Bek asal Belanda tersebut sukses memimpin Ajax yang merupakan kuda hitam ke semifinal Liga Champions. Kini membela Juventus, De Ligt yang masih 20 tahun pun disebut punya masa depan cerah sebagai bek tengah. (bob)