Thierry Henry dan 5 Bintang Dunia yang Gagal Sebagai Pelatih

Thierry Henry dan legenda yang gagal jadi pelatih.

Pemain hebat kembali gagal menjadi pelatih. Setidaknya itu yang terjadi kepada Thierry Henry, usai baru-baru ini dipecat AS Monaco. Sebelumnya Monaco sempat menonaktifkan Henry untuk waktu yang belum ditentukan, lantaran penampilan tim bersama pelatih berusia 41 tahun tersebut tak kunjung membaik.

Menggantikan Leonardo Jardim, Henry ditunjuk sebagai pelatih pada 13 October 2018 lalu. Total 20 laga sudah dijalani, tapi kemudian hanya 4 kali Monaco menang, sisanya 5 imbang dan 11 kalah. Tak hanya itu, ketajaman dan pertahanan Monaco bersama Henry juga jadi sorotan, usai dalam 20 laga hanya memasukkan 15 gol dan kebobolan 36 kali.

"Thierry Henry adalah legenda sepak bola, tapi melihat situasi yang tengah campur aduk, termasuk, di atas semuanya, beberapa cedera terhadap pemain kami, menghambatnya untuk dengan cepat dan efektif memimpin klub keluar dari krisis," kata Vasilyev dilansir dari situs resmi klub.

Henry memimpin Monaco pada pertandingan kontra Atletico Madrid. (Foto: Reuters/Paul Hanna)

Presiden AS Monaco, Vadim Vasilyev, mengumumkan pemecatan Henry lewat situs resmi klub, Sabtu (26/1/2019) pukul 3.30 WIB. Dirinya mengucapkan terima kasih kepada Henry untuk menerima tantangan memimpin sang mantan klub.

Namun, dikatakan Vasilyev juga Henry masih butuh waktu untuk menambah pengalaman, sementara AS Monaco sudah tak punya waktu dan berada di ujung tanduk. Karena itu klub pun memutuskan “untuk mengakhiri kerja sama dengan Thierry Henry."

Menariknya, yang akan menggantikan Henry adalah Leonardo Jardim, pelatih yang dipecat Monaco dan digantikan oleh Henry. Menjual banyak pemain kunci pada musim panas lalu, juga gagal mendapat pemain sepadan, dikatakan Vasilyev “membuat tim mengambil keputusan prematur untuk memecat Leonardo Jardim.”

Thierry Henry yang resmi dipecat pun menambah deretan mantan bintang dunia yang gagal jadi pelatih, sebelumnya ada setidaknya lima nama yang mencoba peruntungan memimpin klub, tapi gagal. Berikut lima nama tersebut.

1. Gary Neville

Gary Neville Saat Melatih Valencia (Foto: Jaime Reina/AFP)

Tak seperti kebanyakan pensiunan pemain yang memulai dari tim kecil, Gary Neville secara mengejutkan langsung dipercayakan tugas besar, yaitu melatih Valencia pada musim 2015/16. Dirinya ditunjuk pada pertengahan musim, menyusul hasil buruk yang didapat klub bersama Nuno Espirito Santo.

Los Che jelas berjudi kala menunjuk Gary saat itu. Hasilnya, perjudian tersebut berbuah malapetaka. Gary dinilai gagal menerapkan idenya kepada pemain. Performa semakin buruk, Valencia hanya menang tiga dalam 16 laga. Termasuk kekalahan 0-7 dari Barcelona di semifinal Copa del Rey. Gary pun dipecat dan kini kembali menjadi pandit.

2. Edgar Davids

Edgar Davids saat berseragam Ajax Amsterdam. (Reuters/Michael Kooren)

Mantan bintang Belanda dan Juventus, Edgar Davids sempat bermain di kasta keempat Liga Inggris bersama Barnet di akhir karier sepak bolanya sebagai pemain profesional. Barnet jadi tim yang kala itu dibela. Musim 2012/13, Davids kemudian ditunjuk sebagai pemain sekaligus pelatih.

Davids pun hanya bertahan selama dua musim. Semasa karier kepelatihan yang sekaligus jadi pemain, perannya sebagai pemain jauh lebih menonjol. Pengalaman pemain yang identik dengan kacamata renang tersebut ternyata tak cukup meloloskan Barnet dari jurang degradasi. Davids pun memutuskan pensiun Januari 2014, sebagai pemain juga pelatih.

3. Alan Shearer

Shearer tepuk tangan. (Foto: ADRIAN DENNIS / AFP)

Kiprah Alan Shearer begitu luar biasa, menjadikannya salah satu pemain terbaik yang pernah dihasilkan Britania Raya. Sampai sekarang, bahkan, torehan golnya masih tetap yang terbanyak di Liga Inggris. Rencananya untuk melanjut sebagai pelatih pun matang, usai dengan sabar jadi pandit lebih dahulu kemudian mengambil Lisensi UEFA.

Melatih Newcastle pada April 2009, Shearer dipercaya untuk memimpin klub pada delapan laga yang tersisa sebelum musim berakhir. Malangnya, persiapan yang dilakukan tak berjalan mulus setelah memulai kiprahnya sebagai manajer.

Berkutat di zona merah, Shearer membawa Newcastle degradasi untuk pertama kalinya sejak 16 tahun terakhir, dengan hanya menang sekali, sisanya 2 imbang dan 5 kalah. Seak itu dirinya menyerah melatih dan kembali sebagai pandit. Melihat tim yang dicintainya terpuruk di tangannya sendiri ternyata cukup memberinya trauma untuk kembali melatih.

4. Paul Gascoigne

Paul Gascoigne, mantan pemain Timnas Inggris. (Foto: PAUL ELLIS / AFP)

Dikenal sebagai Pellenya tanah Britania dengan kemampuan teknik yang dimilikinya, Paul Gascoigne kemudian memilih jalan kepelatihan saat pensiun sebagai pemain. Kettering Town lah yang jadi tim tempat Gascoigne mencoba peruntungan sebagai juru taktik dan sempat mengundang banyak sorotan, termasuk sponsor pun berdatangan.

Walau begitu, Gazza-panggilan akrab Gascoigne-gagal membawa hasil ke lapangan. Bahkan dirinya sempat konflik dengan pemilik klub karena disebut terlalu ikut campur urusan tim. Dari cerita pemilik klub berbeda lagi, dengan menyebut Gazza kerap kali mabuk-mabukan saat bekerja. Hanya 39 hari, Gazza cabut dan tak pernah kembali melatih.

5. Diego Maradona

Diego Maradona mengisi tribune saat Dorados menghadapi Atletico San Luis. (Foto: Ulises Ruiz/AFP)

Kerap disebut salah satu pemain terbaik sepanjang masa, Diego Armando Maradona jadi pemain yang sangat diagungkan semasa bermain. Bakatnya yang luar biasa, serta paket kemampuannya yang lengkap, diantaranya dribel yang dinilai hanya segelintir pemain berada pada levelnya.

Usai menang Piala Dunia 1986 bersama Argentina di Mexico, Maradona langsung jadi bintang dunia. Kala itu perannya memang sangat krusial dan sampai sekarang masih jadi pemain ternama dengan seragam Argentina. Apalagi saat bersama Napoli, dua scudetto dan satu piala Eropa membuatnya disebut tuhan buat orang-orang kota Naples.

Namun, suksesnya sebagai pemain ternyata kontras kala Maradona jadi pelatih. Paling diingat kala bersama Timnas Argentina. Punya pemain seperti Javier Mascherano, Carlos Tevez. Sergio Aguero, dan Lionel Messi, ‘Albiceleste’ justru pulang secara memalukan pada perempatfinal Piala Dunia 2010, usai Jerman mengekspos taktik buruk yang diterapkan Maradona dengan menang telak 4-0.

Sejak itu dirinya sempat melatih tim-tim di timur tengah, sampai akhirnya, September 2018 lalu, Maradona dipercaya untuk melatih klub kasta kedua Liga Meksiko, Dorados. (bob)