Aksi Berlutut di Olimpiade 2020: Bentuk Protes Rasialisme, Tak Direstui IOC

Konten dari Pengguna
22 Juli 2021 19:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Sport tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemain depan Inggris Raya berlutut sebelum pertandingan Olimpiade Tokyo 2020 melawan Cile di Sapporo Dome, Jepang. Foto: Asano Ikko/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pemain depan Inggris Raya berlutut sebelum pertandingan Olimpiade Tokyo 2020 melawan Cile di Sapporo Dome, Jepang. Foto: Asano Ikko/AFP
ADVERTISEMENT
Olimpiade 2020 dijadikan momentum untuk melawan rasialisme. Salah satunya, aksi berlutut yang dilakukan pesepak bola wanita saat pertandingan pembuka Olimpiade Tokyo 2020 antara Inggris Raya melawan Cile pada Rabu (21/7).
ADVERTISEMENT
Para pemain sepak bola putri Inggris Raya mengambil inisiatif untuk berlutut dan langsung diikuti oleh pemain Cile. Gerakan itu juga berlanjut saat laga Amerika Serikat melawan Swedia, begitu juga para pemain Selandia Baru saat menghadapi Korea Selatan.
Berdasarkan laporan The Guardian, aksi tersebut dilakukan sebagai bentuk protes terhadap rasialisme dan kebencian di media sosial. Contoh kasusnya adalah hal yang dialami para pemain Inggris setelah final Euro 2020.
Salah satu dari tiga kapten Inggris Raya, Steph Houghton, menyebutkan bahwa keputusan untuk berlutut tersebut didukung oleh seluruh skuad dan telah direncanakan sebelumnya.
Kota Tokyo, Jepang jelang Olimpiade 2020. Foto: REUTERS/Tyrone Siu
“Sebagai pemain di Inggris Raya, kami sudah berlutut saat di klub dan laga internasional. Kami merasa kuat sebagai grup, kami ingin menunjukkan dukungan bagi mereka yang terkena dampak diskriminasi dan kesetaraan,” ujar Houghton seperti dikutip dari The Guardian.
ADVERTISEMENT
"Itu adalah momen yang membanggakan karena para pemain Cile juga berlutut untuk menunjukkan betapa bersatunya kami dalam olahraga," lanjutnya.
Kendati demikian, aksi itu tak direstui pihak penyelenggara. Komite Olimpiade Internasional (IOC) bahkan melarang tim media sosial Olimpiade mengunggah foto atlet berlutut. Situs web resmi hingga akun media sosial (Facebook, Twitter, Instagram) Olimpiade Tokyo 2020 dan IOC tidak mengunggah foto-foto itu.
Ini kontras dengan ketika IOC pernah mendukung aksi protes atlet Tommie Smith dan John Carlos di Olimpiade 1968. Kedua atlet itu mengangkat tinju untuk memprotes perlakuan tidak adil terhadap orang kulit hitam di Amerika Serikat.
Meskipun sempat dilarang, IOC baru-baru ini melonggarkan aturan tersebut. Segala bentuk protes damai diperbolehkan di lapangan, asalkan dilakukan tanpa gangguan dan menghormati semua orang. Sedangkan protes yang dilakukan saat di podium tidak diperbolehkan dan akan diganjar sanksi.
ADVERTISEMENT
***