Bos Formula E Komentari Pemotongan Cost Cap Formula 1

Konten dari Pengguna
15 April 2020 12:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Sport tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana Grand Prix Formula 1 di Shanghai, Cina, pada 2019. Foto: Reuters/Amy Song
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Grand Prix Formula 1 di Shanghai, Cina, pada 2019. Foto: Reuters/Amy Song
ADVERTISEMENT
Bos Formula E, Alejandro Agag, akhirnya ikut angkat bicara mengenai cost cap yang diterapkan oleh Formula 1. Menurutnya, para petinggi F1 harusnya bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk memotong cost cap hingga 75 juta dolar (sekitar 1,17 triliun rupiah).
ADVERTISEMENT
Menjelang pertemuan antara F1, FIA, dan para tim mengenai ide pengurangan cost cap, Agag percaya bahwa harus ada tindakan yang lebih dramatis.harus ada dorongan lebih mengenai model bisnis F1 mengingat Concorde Agreement kedelapan baru ditanda tangani tahun 2021.
"Saya pikir, dengan kondisi seperti ini akan jadi kesempatan besar bagi F1 untuk menyusun ulang model bisnis mereka. Hal ini mengingat Concorde Agreement belum ditandatangani hingga 2021," ujar Agag ketika diwawancarai oleh Motorsport.com.
"Saya juga mendengar cost cap turun hingga 125 juta dolar (1,96 triliun rupiah), lalu mengapa tidak dibuat sebesar 75 juta dolar agar menguntungkan bagi semuanya?" tambah pria asal Spanyol tersebut.
Minggu lalu, Presiden FIA Jean Todt menjelaskan bahwa ia harus menanggung biaya besar, karena ia menganggap anggaran sebesar 300 juta dari tim-tim top terlalu tinggi.
ADVERTISEMENT
"Dalam setiap bencana, ada hal baik dan hal buruk. Yang baik di antaranya adalah kesempatan untuk memperbaiki diri untuk masa depan, seperti biaya F1 yang terlampau tinggi," kata Todt kepada Motorsport.com.
Sementara itu, Agag berpikir bahwa salah satu masalah utama yang harus diatasi F1 adalah perbedaan pendapatan antara tim terbesar dan yang lebih kecil. Masalah ini diperburuk dengan bayaran tambahan bagi tim-tim besar.
Baginya, langkah yang diajukan Todt--yang notabene mantan bos Scuderia Ferrari-- sudah tepat. Terlebih, saat ini dunia balap sudah berubah akibat pandemi SARS-Cov-2.
"Saya pikir tak normal jika bayaran tim yang turun di ajang yang sama bedanya jauh. Contohnya lihat saja Premier League, uang yang diterima tim yang jadi juara dan tim yang paling bawah bedanya sangat jauh sehingga ide di atas jadi kesempatan besar yang harus diambil oleh pihak F1," kata eks chairman klub Inggris, Queens Park Rangers, tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, pria 49 tahun tersebutmengakui bahwa ia tidak terlibat langsung dalam diskusi F1. Namun, ia mengatakan bahwa pendapatnya di atas hanya sebuah opini mengenai pendekatannya ketika kondisi berubah.