news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Formule E Bisa Merger dengan Formula 1 pada Masa Depan

Konten dari Pengguna
19 Juni 2020 13:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Sport tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret balapan Formula E bertajuk 'ePrix de Paris' pada 2019 silam. Foto: AFP/ KENZO TRIBOUILLARD
zoom-in-whitePerbesar
Potret balapan Formula E bertajuk 'ePrix de Paris' pada 2019 silam. Foto: AFP/ KENZO TRIBOUILLARD
ADVERTISEMENT
Di masa depan, sepertinya Formula 1 dan Formula E dapat bergabung jadi satu balapan. Setidaknya, itu yang disampaikan oleh bos Formula E, Alejandro Agag.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Formula E dan para tim pabrikannya sudah menjadikan sustainability atau 'keberlanjutan' sebagai prioritas mereka. Di sisi lain, F1 juga sedang berada dalam proses tersebut agar olahraga balap mobil tertinggi sejagat ini lebih ramah lingkungan.
Pada November silam F1 sudah meluncurkan rencana untuk menghilangkan jejak karbon pascakegiatan balap agar ajang ini tak terkontaminasi karbon pada 2030. Sementara itu, pihak F1 juga mau ajang yang mereka selenggarakan tetap 'awet' pada 2025.
Agag, yang terkenal sebagai figur nomor satu sejak Formula E berdiri pada 2014 silam mengakui bahwa nantinya akan ada masa di mana kedua seri balap ini bergabung jadi satu bentuk balapan. Lagipula, pria asal Spanyol tersebut sempat mengakui kalau ia fans berat F1.
ADVERTISEMENT
"Saya pikir tenaga listrik akan jadi tenaga utama mobil di masa depan. Oleh karena itu, mengingat Formula E punya lisensi balap hingga 2025, maka setidaknya saya punya pemahaman soal hal ini. Terlepas dari itu, saya tak tahu ke depannya," ujar Agag pada FIA E-Conference, dikutip dari Racefans.
Mesin V6 turbo hibrid yang dipakai F1 memang merupakan mesin mobil balap paling efektif di dunia. Mesin yang diperkenalkan pada musim 2014 ini punya efisiensi thermal 50%.
Spark Renault SRT_01 E (FIA Formula E), diperkenalkan di Frankfurt Motor Show 2013. Foto: Wikimedia
Meskipun begitu, regulasi mesin ini nantinya hanya akan dipakai hingga 2025. Setelah regulasi ini berakhir, pihak F1 harus mencari solusi baru untuk mesin yang digunakan untuk musim-musim berikutnya.
"Ketika mobil balap formula elektrik sama cepatnya dengan mobil balap formula berbahan bakar mesin, saya tak melihat ada alasan untuk balapan terpisah. Tapi, waktunya masih lama," tambah pria 49 tahun tersebut.
ADVERTISEMENT
Ucapan menantu mantan Perdana Menteri Spanyol Jose Maria Aznar ini cukup beralasan. Seperti yang diketahui, pemegang saham terbesar baik dari pengelola F1, Liberty Media, ataupun pengelola Formula E, Liberty Group, adalah taipan media asal Amerika Serikat, John C. Malone.
Terlepas dari hal itu, sekarang ini F1 dan Formula E saling bersaing satu sama lain, baik dalam popularitas ataupun ketertarikan pabrikan untuk turun bertanding. Formula E sendiri masih memegang lisensi ekslusif untuk balap mobil elektrik berkursi tunggal hingga setidaknya seperempat abad ke depan.
"Mungkin saja saya masih ada di dunia balap, dan mungkin saja tidak, Namun, sekarang saya tak punya hak untuk mewujudkan hal tersebut. Tentunya merger kedua ajang tersebut tak bisa langsung diwujudkan, tapi di masa depan saya pikir kondisinya akan lebih cocok untuk hal tersebut jadi kenyataan," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Hmm, sebuah opini yang cukup mengejutkan. Patut ditunggu apakah pendapat Agag dapat jadi kenyataan di masa depan.