Catatan Pendaki: Menuju Puncak Gunung Tambora, NTB

Konten Media Partner
24 Juni 2019 12:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Puncak Gunung Tambora di Dompu NTB  saat matahari terbit. Foto: Muhammad Safirah/Info Dompu
zoom-in-whitePerbesar
Puncak Gunung Tambora di Dompu NTB saat matahari terbit. Foto: Muhammad Safirah/Info Dompu
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Di sebelah utara kaki Gunung Tambora terdapat Desa Pancasila yang terletak di Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Melalui desa ini, pendakian ke Gunung Tambora dapat dilakukan tanpa perlu khawatir. Pasalnya jalur ini masuk sebagai salah satu wilayah resmi Taman Nasional (TN) Tambora.
ADVERTISEMENT
Jadi, pendaki yang sudah melakukan pendaftaran di basecamp pendakian di Desa Pancasila dipastikan menjadi tanggung jawab TN Tambora saat terjadinya kecelakaan seperti tersesat di hutan atau cedera parah.
Jalur pendakian Pancasila menjadi satu-satunya jalur yang akan mengantarkan pendaki ke Puncak Sejati Tambora dengan ketinggian 2.851 meter di atas permukaan laut (mdpl). Jadi tidak ada salahnya memilih jalur ini bagi pendaki yang bertujuan mencapai tanah tertinggi di Dompu itu.
Ketika pendaki sudah berada di Desa Pancasila, disarankan untuk registrasi di basecamp TN sebelum pendakian dilakukan. Biaya registrasi per orang adalah Rp 5.000 per hari. Untuk mendaki gunung yang pernah meletus dahsyat tahun 1815 ini biasanya dapat dilakukan selama tiga hari dua malam hingga mencapai puncak.
ADVERTISEMENT
Bagi pendaki yang melebihi waktu pendakian dari waktu pendaftaran atau adanya laporan hilang, maka pihak TN akan melakukan upaya pencarian sebagai bentuk tanggung jawabnya atas keamanan pendaki.
Papan edukasi jalur pendakian di pintu masuk jalur pendakian Pancasila. Foto: Muhammad Safirah/Info Dompu
Jalur pendakian Tambora via Pancasila dimulai dengan melewati rumah penduduk menuju kebun kopi hingga ke pos bayangan atau shelter ke-3 sebelum pos 1. Setiap shelter sengaja disediakan oleh pengelola TN sebagai tempat istirahat pendaki sebelum pos 1 dan 2.
Pos pendakian via Pancasila terdiri atas 5 pos. Sebelum pos 1 terdapat 5 shelter, sebelum pos 2 hanya ada 1 shelter, sedangkan menuju pos 3 hingga pos 5 tidak memiliki shelter.
Pos 1 jalur pendakian Tambora via Pancasila. Foto: Info Dompu
Di pos 1 jalur Pancasila terdapat sumber air yang sangat jernih di sisi kiri dan dua berugak yang baru dibangun sebagai tempat istirahat atau tempat camp sebelum pendaki melanjutkan perjalanan, sedangkan satu berugak lainnya sudah rusak tidak memiliki penyanggah sebagai tempat duduk. Di pos ini ada banyak monyet yang perlu diwaspadai karena bisa mengambil barang-barang pendaki.
Penunjuk arah di jalur pendakian Tambora. Foto: Info Dompu
Pada sepanjang jalur pendakian terdapat banyak penunjuk arah yang memudahkan pendaki sehingga tidak tersesat. Namun, banyak sekali jalur baru yang dibuat oleh penebang kayu ilegal yang perlu diwaspadai oleh pendaki karena akan mengarahkan ke jalur yang salah atau lebih jauh. Selain penebang kayu, jalur lain lainnya dibuat ketika event motor trail di kawasan Tambora yang akan mengecoh jalur-jalur utama pendakian.
ADVERTISEMENT
Waktu tempuh setiap pos rata-rata 2-3 jam perjalanan, hanya dari basecamp menuju pos 1 yang jaraknya paling jauh yaitu sekitar 5-6 jam perjalanan. Di sepanjang perjalanan dari pos shelter ke-3 menuju pos 1 dipenuhi banyak tumbuhan perdu seperti strawberry hutan dan tumbuhan paku dengan jalur yang lebih banyak landai. Sedangkan jalur dari pos 1 ke pos 2 sudah masuk kawasan hutan yang rapat tetapi tidak serapat ke pos 3 dan 4.
Selain sumber air di pos 1, terdapat juga sumber air di pos 2 dan pos 3 yang bisa langsung di minum oleh pendaki. Namun, yang berbeda dari biasanya, di jalur pendakian Pancasila sudah terdapat toilet umum yang bisa digunakan oleh pendaki yang ingin buang air di pos 3 tanpa perlu susah mencari tempat di dalam hutan.
Pos 3 jalur Pancasila. Foto: Info Dompu
Pendaki yang melewati jalur Pancasila umumnya akan memilih membuka tenda di pos 3 untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke puncak Tambora. Selain fasilitas air dan toilet, sudah dibangun juga beberapa berugak dan beberapa shelter tambahan tanpa atap sebagai tempat camping tanpa perlu membangun tenda di tanah.
Shelter tambahan yang bisa digunakan oleh pendaki untuk membangun tenda di atasnya. Foto: Info Dompu
Dari pos 3 menuju pos 4 jalur pendakian sudah mulai ditumbuhi oleh jelatang api. Tumbuhan ini adalah yang paling khas di Tambora karena seperti menjadi musuh bebuyutan pendaki. Tumbuhan yang memiliki duri-duri halus ini jika terkena anggota tubuh maka akan sangat gatal seperti tersengat listrik hingga menyebabkan ruam merah dan bentol di kulit, tergantung ketahanan tubuh menanggapi reaksi sengatan jelatang.
Jelatang di jalur pendakian Tambora. Foto: Info Dompu
Lembah jelatang bahkan tanpa sekat tumbuhan lain berada di sekitar pos 4 dan pos 5. Pendaki benar-benar harus waspada melewati jalur ini jika tidak ingin terkena jelatang.
Jelatang di jalur dari Pos 4 ke Pos 5 Tambora. Foto: Info Dompu
Di pos 4 ke pos 5 pendakian Tambora juga terdapat vegetasi hutan cemara yang tumbuh menjulang sebagai tempat beristirahat para pendaki. Di kawasan hutan cemara ini pendaki biasanya jarang menginap karena hutan yang rapat dan tidak terdapat sumber air.
Menuju Pos 5 jalur pendakian Tambora. Foto: Info Dompu
Dari pos 4 ke pos 5 juga terdapat vegetasi savana yang tumbuh di antara pohon cemara. Sepanjang jalur ini sudah mulai menanjak tanpa ada jalur yang landai. Pendaki harus bersiap mengeluarkan tenaga ekstra untuk mencapai pos 5, tapi tak ada salahnya untuk beristirahat menikmati pemandangan dari ketinggian di jalur ini.
Bunga edelweis gunung Tambora. Foto: Info Dompu
Di antara savana menuju pos 5 juga mulai terlihat vegetasi bunga edelweis Tambora yang berwarna ungu. Bunga ini cukup langka karena tumbuh di ketinggian tertentu, memiliki warna ungu tentu menjadi ciri khas bagi edelweis Tambora. Bagi para pendaki disarankan jangan memetik tumbuhan ini, karena selain merusak kehidupan edelweis, juga bisa memicu kemarahan pendaki lain, lho.
Pos 5 jalur pendakian Tambora. Foto: Info Dompu
Sampai di pos 5, pendaki Gunung Tambora juga biasanya bermalam di sini. Terdapat sungai yang memiliki air tidak mengalir sehingga tidak disarankan untuk meminum air di pos 5, kecuali untuk keperluan buang air.
ADVERTISEMENT
Jika memilih membuka tenda di tempat ini, hal lain yang perlu diwaspadai adalah babi hutan yang biasanya muncul, dan tak sedikit pendaki yang sudah dirusak barang-barangnya. Sebaiknya barang-barang digantung sebelum melanjutkan perjalanan menuju puncak Tambora.
Sungai di Pos 5. Foto: Info Dompu
Dari pos 5, pendaki yang ingin menuju puncak harus turun terlebih dahulu melewati sungai. Dari sungai langsung bisa mendaki lagi dengan melewati hutan cemara dan savana yang terhampar luas sejauh mata memandang dan jalur terus menanjak.
Matahari terbit dari puncak Tambora. Foto: Info Dompu
Menuju puncak Tambora dibutuhkan waktu sekitar 3-4 jam perjalanan dari pos 5. Jalur yang harus dilewati adalah tanjakan ekstrem yang berpasir dengan vegetasi savana dan edelweis.
Edelweis di jalur menuju uncak Tambora. Foto: Info Dompu
Keunikan Gunung Tambora memiliki kawah seluas 7 kilometer dan menjadi gunung dengan kaldera terbesar di Indonesia. Sedangkan kedalaman kawahnya sekitar 1,2 kilometer dari bibir kawah.
Jalur pendakian menuju puncak Tambora dilihat dari arah puncak sejati. Foto: Muhammad Safirah/Info Dompu
Kawah Tambora sendiri merupakan bentukan dari letusan Tambora pada tahun 1815, dengan ketinggian awal sekitar 4200 mdpl. Di dalam kawah terdapat bentang alam yang beragam seperti danau, savana, dan Gunung Api Toi yang merupakan anak dari Gunung Tambora.
Bibir kaldera Tambora. Foto: Muhammad safirah/Info Dompu
Bagi yang ingin mendaki gunung ini, harap berhati-hati karena bibir kaldera beberapa kali terlihat runtuh. Hal ini sangat membahayakan pendaki yang penasaran melihat bentang alam di dalam kaldera.
ADVERTISEMENT
-
Intan Putriani