Cerita Diana, Awarde AAS Asal Dompu tentang Kuliah di Australia

Konten Media Partner
30 Agustus 2019 13:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kegiatan sharing session yang diadakan oleh Rumah Bahasa Dompu. Foto: Info Dompu
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan sharing session yang diadakan oleh Rumah Bahasa Dompu. Foto: Info Dompu
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Menurut Diana Purwati (29), awarde beasiswa Australia Awards Scholarship (AAS) asal Dompu yang baru saja menyelesaikan S2-nya dari University of South Australia pada 2019, ada tiga jenis kuliah di Australia yakni master by coursework, master by research dan master combination (sebagian di kelas, sebagian di riset).
ADVERTISEMENT
Sedangkan sistem perkuliahannya ada dua yaitu workshop dan tutorial. Sebelum masuk kelas, kata dia (24/8), setiap mahasiswa wajib membaca jurnal yang disarankan dosen. Jika tidak akan malu karena hampir semua jenis kuliahnya menggunakan sistem diskusi, baik tutorial maupun workshop.
Masalah lain adalah jika terlambat sedikit saja masuk kelas maka akan ketinggalan informasi dari dosen. Ada missing link. Hal lainnya yaitu setiap tugas kuliah harus dikirimkan via email ke dosen.
“Jangan pernah copy paste karena setiap tugas akan dimasukkan ke dalam aplikasi pendeteksi plagiat. Dan di Australia menjiplak itu termasuk kejahatan,” ujar Diana.
Di Negeri ‘Kangguru’ itu, kata Diana, perpustakaan harus menjadi rumah pertama mahasiswa sebab mahasiswa akan banyak menghabiskan banyak waktu di perpustakaan, bukan di apartemen.
Ilustrasi kuliah. Foto: Pixabay
“Jadi memang gak bisa jadi mahasiswa ‘kupu-kupu” alias kuliah pulang atau ‘kuno’ (kuliah nongkrong),” terangnya.
ADVERTISEMENT
Perpusatkaan bukan hanya koleksi referensinya yang lengkap, tenaga pustakawan yang profesional, atau suasananya yang nyaman melainkan juga dilengkapi dengan tempat untuk scan dan foto copy.
Pengunjung perpustakaan dipersilakan memanfaatkan fasilitas foto copy dan scan itu secara mandiri dan gratis. Berbeda dengan di Indonesia yang menyediakan aneka jasa foto copy, di Australia tidak tersedia jasa semacam itu. Sebab mem-foto-copy bahan cetakan tanpa izin itu tergolong kriminal.
Ilustrasi perkuliahan. Foto: Pixabay
“Anda dianggap tidak menghargai jerih payah penulisnya,” kata Diana.
Di kelasnya Diana kebetulan menjadi satu-satunya mahasiswa yang berjilbab sehingga merasa punya tanggung jawab untuk membuktikan bahwa atribut keagamaan yang dipakainya bukan halangan untuk berprestasi.
Meski mendapati dirinya sebagai minoritas tapi ia mengaku belajar banyak hal positif, bahkan melihat pengamalan nilai-nilai Islam justru diamalkan secara nyata di sana seperti bagaimana menghargai pendapat dan keyakinan orang lain, disiplin waktu, kejujuran.
ADVERTISEMENT
Dia mencontohkan, saat berbelanja di supermarket, demi melihat dirinya berjilbab, pelayan toko segera memberitahunya secara terus terang bahwa barang-barang tertentu mengandung unsur babi atau alkohol --sesuatu yang terlarang dikonsumsi dalam pandangan Islam--.
-
Ilyas Yasin