Cerita Mahasiswa Asal Dompu, NTB Berprestasi Melalui Puisi

Konten Media Partner
5 Februari 2020 10:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ria Nirawati mahasiswa STKIP Dompu. Foto: Doc Ria Nirawati
zoom-in-whitePerbesar
Ria Nirawati mahasiswa STKIP Dompu. Foto: Doc Ria Nirawati
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Wajah Ria Nirawati (19), masih terlihat ceria usai mengetahui dirinya dinyatakan lolos dalam International Poetry Writing Competition atau Lomba Menulis Puisi Internasional, Minggu (2/2).
ADVERTISEMENT
Ketika ditemui di kampusnya, Selasa (4/2), mahasiswi semester 3 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Yapis Dompu, NTB, ini mengaku hampir tak percaya dirinya dapat lolos dalam ajang lomba yang diadakan oleh edusastra.id yang berbasis di Malang, Jawa Timur tersebut. Dia mengaku lupa mengecek pengumuman itu meski panitia sudah mengirimkan pemberitahuan di instagram sejak Kamis (30/1).
“Meski saya berada di urutan ke-380 tapi saya bangga dan bersyukur, apalagi peserta kegiatan tersebut berasal dari luar negeri” ujarnya.
Gadis yang berdomisili di Kelurahan Simpasai Kecamatan Woja Kabupaten Dompu ini menjelaskan, ajang tersebut diikuti oleh 878 peserta termasuk dari beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Turki, Tunisia, Korea Utara, Uni Emirat Arab, Taiwan, China, Jepang, Malaysia, Yordania, Arab Saudi hingga Timur Leste.
Ilustrasi. Foto: Pixabay
Ria menjelaskan, keberhasilannya tersebut cukup spesial karena kali pertama ia mengikuti ajang di tingkat internasional. Dia menulis puisi berjudul “Setia”. Menjawab pertanyaan, mahasiswi yang aktif di beberapa kegiatan kemahasiswaan ini menyatakan, dirinya menulis puisi bukan dalam bahasa Inggris di samping karena diperbolehkan juga karena persiapannya yang sempit.
ADVERTISEMENT
“Iya, saya hanya punya waktu 2 hari untuk mendaftar dan mengirimkan puisi sehingga saya putuskan menulis dalam bahasa Indonesia saja,” ujarnya.
Ria menyatakan, ia mulai tertarik menulis puisi sejak duduk di kelas 3 Sekolah Dasar (SD). Saat itu, kata dia, gurunya senantiasa mendorongnya untuk terus berkarya. Dia mengaku ketertarikannya pada puisi dipengaruhi oleh cara mengajar guru bahasa Indonesia, Matematika dan bahasa Inggris yang menurutnya asyik.
Ilustrasi. Pixabay
“Iya, cara mengajar 3 guru mata pelajaran tersebut sangat menarik. Nggak bikin kami bosan,” akunya. Semula puisi-puisi karyanya dijadikan hiasan di kelas oleh gurunya.
Melihat bakat menulisnya, sang guru terus mendorongnya untuk menulis puisi. “Hingga akhirnya puisi-puisi karya saya bahkan dipajang guru di kelas 4, 5 dan 6,” ujarnya. Meski suka menulis puisi, tapi Ria mengaku tidak begitu suka membaca buku-buku puisi kecuali karya penyair Chairil Anwar. Sebaliknya ia justru menyukai novel-novel bergenre romansa.
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, sejak tamat SD praktis Ria sudah tidak menulis puisi lagi. Saat duduk di bangku SMP ia hanya terlibat dalam kegiatan teater dan menyanyi. Terlebih saat di SMK Negeri 2 Dompu aktivitasnya menulis puisi berhenti total.xabay
Ilustrasi. Pixabay
“Makanya saya agak kaget dengan hasil keikutsertaan di lomba kemarin,” ujarnya tersipu. Dalam proses kreatifnya Ria mengaku harus menunggu ‘mood’ untuk bisa menulis puisi. Karena itu dirinya harus berjalan-jelan untuk mendapatkan ide.
“Dan, maaf, saya justru sering mendapatkan ide nulis saat di kamar kecil, sebab itulah saat paling hening,” ujarnya tertawa.
Meski awalnya sempat ragu mengirimkan naskah puisinya tapi Ria mengaku dorongan dari dosen-dosennya membuatnya punya rasa percaya diri dan keberanian untuk berpartisipasi dalam lomba tersebut. Kini Ria sedang bersiap-siap mengikuti lomba penulisan puisi tingkat nasional berikutnya.
ADVERTISEMENT
-
Ilyas Yasin