Cerita Meriam Kuno, Saat Dipindahkan Bisa Menyebabkan Sakit

Konten Media Partner
21 Mei 2019 22:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Moncong meriam kuno di Kilo. Foto: Satriadin Yosan/Info Dompu
zoom-in-whitePerbesar
Moncong meriam kuno di Kilo. Foto: Satriadin Yosan/Info Dompu
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Sebuah mocong meriam sepanjang satu meter yang diduga sisa zaman perang dunia kedua tahun 1940-an. Benda tersebut ditemukan warga Desa Keramat, Kecamatan Kilo, Kabupaten Dompu pada tahun 1980-an, kini masih dijaga di lahan jagung salah satu warga.
ADVERTISEMENT
Pertama kali meriam ditemukan saat pemilik membersihkan lahannya, dan tidak sengaja melihat meriam tergeletak di tanah. Penemuan benda ini sempat membuat warga sekitar geger. Meski belum ada sumber resmi dan pakar sejarah yang tahu, meriam ini diduga milik Belanda.
“Sebelum ada penghuni Desa Keramat mungkin meriamnya itu sudah ada,” ucap Harmoko (45).
Benda asing ini lanjutnya, pernah dipindahkan dari tempat pertama ditemukan ke kantor kecamatan. Selang beberapa hari sebagian besar warga yang memindahkan barang bersejarah tersebut tiba-tiba jatuh sakit. Lalu warga mengaitkan dengan pemindahan meriam ke kantor kecamatan.
Meriam peninggalan Belanda di Kilo. Foto: Syatriadin Yosan/Info Dompu
"Tidak lama kemudian warga kembali menyimpan meriam ke tempat semula. Alhasil usai pemindahan dilakukan, ternyata warga yang jatuh sakit kembali sehat dan bisa beraktivitas kembali" lanjut Harmoko.
ADVERTISEMENT
Ia pun mengatakan bahwa saat ini tidak ada yang berani memindakan lagi meriam tersebut. Dikisahkannya, keberadan meriam tersebut bermula saat posisi kapal laut Belanda melintasi laut Kilo, terlihat ada keramaian dan cahaya lampu yang sangat meriah di pinggir pantai. Karena kondisi perang dunia kedua, Belanda mengira bahwa dari tempat cahaya tersebut adalah musuhnya, tidak lama Belanda membom desa pada malam hari.
"Saat pagi, setelah Belanda sudah melepaskan bom berkali-kali lalu mengecek lokasi, ternyata yang Belanda bom adalah hanya lahan kosong yang tidak terpenghuni. Lalu mereka menjadikan lahan kosong tersebut sebagai markas sementara" kisah Harmoko.
Ia pun mengatakan bahwa kemungkinan Belanda membuat tempat-tempat penyimpanan meriam di lahan kosong tersebut.
ADVERTISEMENT
“Mungkin karena markasnya di desa ini, makanya mereka lupa membawa pulang satu meriam yang beratnya mencapai 100 kilo tersebut,” lanjut Harmoko.
-
Penulis: Syatriadin Yosan