Cerita Scholarship Hunter Asal Dompu Meraih Beasiswa di Australia

Konten Media Partner
28 Agustus 2019 14:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Diana di tengah dalam acara schollarship hunter. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
zoom-in-whitePerbesar
Diana di tengah dalam acara schollarship hunter. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Siapa sih yang tak ingin kuliah gratis di luar negeri? Tetapi memenangkan beasiswa, tentu bukan sekadar perkara nominalnya yang bikin ngiler tetapi juga akan memberikan rasa bangga karena berhasil melewati banyak rintangan.
ADVERTISEMENT
Menyiapkan diri berbulan-bulan, melengkapi aneka berkas, mengisi dan mengirimkan aplikasi, menyisihkan ribuan pelamar lainnya, mengalami tekanan mental, digembleng di pusat pelatihan sebelum berangkat menuju negeri impian dan lain-lain adalah serangkain tahapan yang harus dilalui scholarship hunter. Tetapi manakala berhasil lolos maka segala kelelahan itu seolah terhapus sekejap. Ibarat panas setahun berubah jadi sejuk dengan hujan sehari.
Menurut pengalaman Diana Purwati (29), yang merupakan salah satu peraih beasiswa Australia Award Scholarship (AAS) asal Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 2015, yang berhasil lolos bersama 200 peserta lainnya dari 5000 pelamar di seluruh dunia.
Diana Purwati, penerima beasiswa AAS. Foto: Info Dompu
Lulus dari SMAN 1 Dompu tahun 2007, ia kuliah di Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris di Universitas Islam Malang (UNISMA). Sempat menjadi guru honorer di SMP dan SMK di Dompu, Diana kemudian mencoba peruntungan mengikuti beasiswa AAS. Saat wisuda sarjananya, Diana menjadi lulusan terbaik.
ADVERTISEMENT
“Saat itu ibu saya menangis karena saya menjadi lulusan terbaik,” ujarnya di sela-sela sesi sharing dalam acara "Scholarship Sharing Session” yang diselenggarakan oleh Rumah Bahasa Dompu, Sabtu (24/8/2019) di SMAN 1 Dompu.
Saat itu dirinya meminta kepada Allah agar dibuatkan skenario agar bisa sekali lagi membuat ibunya menangis. Diana mengaku tak punya mimpi yang muluk-muluk apalagi kuliah dengan beasiswa keluar negeri.
“Setelah tamat dan menjadi guru honorer saya hanya ingin melanjutkan studi tanpa membebani orangtua. Sebab untuk ke Australia jelas saya tak mampu. Ayah saya hanya seorang ASN, sedangkan ibu seorang ibu rumah tangga biasa,” lanjutnya.
Salah satu peserta bertanya dalam kegiatan sharing session tersebut. Foto: Info Dompu
AAS adalah beasiswa resmi yang dikelola dan didanai oleh pemerintah Australia sekaligus salah satu beasiswa bergengsi di dunia. AAS diberikan kepada negara berkembang di Asia, Afrika dan lainnya untuk melanjutkan studi di negeri ‘Kangguru’ itu.
ADVERTISEMENT
Tujuannya untuk meningkatkan SDM di negara-negara tersebut. Di Indonesia, beasiswa ini diprioritaskan untuk wilayah yang tergolong daerah tertinggal (rural area) seperti NTB, NTT, Aceh dan lainnya. Lebih khusus lagi untuk kaum perempuan dan penyandang disabilitas yang hendak melanjutkan studi.
Terdapat dua jenis beasiswa ini. Pertama, beasiswa yang bersifat long term untuk kuliah S1, S2 dan S3. Kedua beasiswa short term, yakni berupa pelatihan-pelatihan tertentu dalam jangka dua sampai tiga pekan. Misalnya yang terakhir pelatihan pengelolaan pariwisata. Beasiswa AAS bersifat fully-funded.
Semua komponen biaya akan ditanggung sejak dinyatakan lolos seleksi tahap pertama. Misalnya biaya untuk tes wawancara di Mataram atau pelatihan bahasa di Bali (untuk wilayah Indonesia timur) hingga wisuda.
ADVERTISEMENT
Mengingat jalan berliku itu, Diana mengingatkan bahwa kuliah di luar negeri dengan beasiswa itu jangan hanya melihat enaknya saat para pemenangnya foto selfi bak putri salju. Tetapi di belakangnya tersimpan aneka kenangan pahit. Tersimpan semangat pantang menyerah, banyak dukungan dan doa dari orang-orang tercinta, kadang ada perasaan lelah, galau, dawn bahkan frustasi menjadi satu kesatuan cerita.
-
Ilyas Yasin