Doro Bata, Situs Kerajaan Dompu yang Tersapu Letusan Gunung Tambora

Konten Media Partner
5 Juli 2019 13:43 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
(Sketsa situs Doro Bata. Foto: Dokumentasi Balar Denpasar)
zoom-in-whitePerbesar
(Sketsa situs Doro Bata. Foto: Dokumentasi Balar Denpasar)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Info Dompu - Penggalian (ekskavasi) situs Doro Bata oleh Tim Balai Arkeologi (Balar) Nasional Denpasar di Kelurahan Kandai Satu, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, berlangsung sejak 17 Juni hingga 3 Juli 2019.
ADVERTISEMENT
Wahyono Ragil, Kabid Pariwisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Dompu, menyebutkan bahwa setiap kali proses penggalian selesai, pihaknya selalu melakukan diseminasi hasil. Setelah itu, pihaknya melakukan rekonstruksi atas hasil penggalian.
Hasil penggalian tersebut, kata Wahyono, akan dianalisis dan diuji secara berjenjang, dimulai oleh Balar Nasional Denpasar, Balar Yogyakarta, hingga Balar Internasional yang berpusat di Belanda untuk memastikan kebenaran dan riwayat benda-benda yang ditemukan. Apalagi, lanjutnya, jejak sejarah Dompu, terutama zaman klasik, nyaris tidak tersisa, baik berupa istana atau benda lainnya.
(Situs Doro Bata di kawasan Kandai Satu, Dompu. Foto: Muhammad Safirah/Info Dompu)
Situs Doro Bata yang kini berbentuk perbukitan, menurut Wahyono, dulunya adalah lokasi istana Kerajaan Dompu, yang dipimpin oleh Sultan Syamsuddin selaku sultan pertama.
“Istana tersebut kemudian tertutup tanah disebabkan peristiwa alam saat meletusnya Gunung Tambora pada 1815,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Wahyono mengatakan, lokasi istana lalu dipindahkan beberapa ratus meter ke sisi utara Situs Doro Bata, yang kini menjadi lokasi Masjid Raya Baiturrahman; juga di lokasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dompu.
“Pada 1815, istana mengalami kerusakan akibat letusan Gunung Tambora sehingga dipindahkan ke sebelah Sungai Na’e yang menjadi lokasi Masjid Raya (Baiturrahman) sekarang,” terang Nyoman.
Ketua Tim Peneliti Balar Denpasar, I Nyoman Rema, menjelaskan bahwa proses penggalian Situs Doro Bata juga melibatkan tim dari Dompu, seperti sejarawan, budayawan, videografer, arsitek, hingga tenaga penggali lokal. Menurut I Nyoman, tim yang melakukan penggalian memiliki kompetensi dan sasaran berbeda-beda.
(Proses penggalian situs Doro Bata oleh Tim Balar Denpasar. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu)
“Kalau tim kami ini fokus untuk meneliti soal struktur bangunan yang terdapat di dalam tanah,” terangnya di lokasi situs, Selasa (2/7).
ADVERTISEMENT
Menurut I Nyoman, berdasarkan bukti-bukti hasil penggalian, situs Doro Bata diperkirakan telah ada sejak abad ke-13 Masehi, tepatnya tahun 1371. Nyoman mengatakan bahwa penelitian Situs Doro Bata sudah dilakukan sejak 1974 oleh Tim Peneliti Purbakala Kemendikbud RI.
Pada tahun 1978, kata Nyoman, juga telah dilakukan survei kajian Islam yang dipimpin Hasan Muarif Ambari, seorang profesor dari Pusat Arkeologi Nasional, yang mendapatkan informasi bahwa di Dompu terdapat Situs Doro Bata yang terletak di atas bukit.
Di dalamnya, disebut terdapat air suci dan tempat penyembahan. Hasan Muarif juga mendapatkan informasi terkait adanya batu imogolit. “Tetapi setelah beliau ke sini batu tersebut sudah tidak ada,” ujar Nyoman.
(Bongkahan Batu Bata hasil penggalian di Situs Doro Bata. Foto: Muhammad Safirah/Info Dompu)
Pada tahun 1989, Museum Arkeologi Nasional kembali melakukan penelitian hingga 1991. Kesimpulannya, Situs Doro Bata memiliki bangunan berteras berundak. Penelitian yang dilakukan sejak 2009 hingga 2018, berhasil menemukan fakta bahwa di atasnya terdapat empat struktur bangunan, masing-masing satu bangunan berukuran 3x8 meter dan 4x4 meter, serta dua bangunan 7x8 meter.
ADVERTISEMENT
“Kami menemukan bangunan tersebut dua di antaranya menggunakan batu bata yang cukup tebal dan lebar berukuran dengan panjang 25-46 sentimeter, lebar 15-46 sentimeter, dengan ketebalan 3-9 sentimeter,” terang Nyoman.
(Penggalian situs Doro Bata. Foto: Muhammad Safirah/Info Dompu)
Diduga, menurut Nyoman, batu bata ini setipe dengan batu bata dari situs permukiman Kerajaan Majapahit di Mojokerto. Batu batanya juga menggunakan bahan perekat dari tanah liat.
Tim Balar juga menemukan gerabah-gerabah dengan sudut merah tipis, yang diduga sebagai gerabah Majapahit. Terdapat juga fragmen perunggu, uang keping China, dan keramik China dari Dinasti Ming abad ke-14 Masehi.
Situs ini juga diduga sebagai tempat pemujaan di zaman “Ncuhi”. Begitu juga ketika mendapatkan pengaruh Hindu-Budha pada 1357, tetap dijadikan tempat pemujaan. Di sebelah timur situs juga ditemukan bekas sumur.
ADVERTISEMENT
“Berdasarkan hasil temuan, bangunan di Situs Doro Bata berupa bangunan berundak dan merupakan tempat pemujaan saat Kerajaan Dompu dikuasai Hindu Siwa,” ujar I Nyoman.
Pada 1945, ideologi berganti karena situs ini mulai berada di bawah kekuasaan Islam. Tempat pemujaan itu dialihfungsikan sebagai istana Kesultanan Dompu, dengan Sultan Syamsuddin sebagai sultan pertama.
(Situs Doro Bata. Foto: Muhammad Safirah/Info Dompu)
(Tugu Situs Klasik Doto Bata. Foto: Muhammad Safirah/Info Dompu)
Ilyas Yasin