Era Baru Pertanian Dompu: Hadirnya Mesin dan Tersingkirnya Buruh Tani

Konten Media Partner
23 Maret 2019 18:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mesin Pemanen Padi. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
zoom-in-whitePerbesar
Mesin Pemanen Padi. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Kehadiran alat-alat pertanian seperti mesin pemanen padi telah membawa perubahan besar bagi kehidupan buruh tani di Kabupaten Dompu. Salah satunya, mekanisasi pertanian ini telah merebut pendapatan dan lapangan kerja buruh tani.
ADVERTISEMENT
Kemampuan mesin yang bekerja secara cepat, berskala besar serta berbiaya murah membuatnya sulit terelakkan. Para petani umumnya lebih suka menggunakan jasa mesin ini daripada tenaga manusia atau buruh tani. Apalagi dalam kondisi cuaca dengan curah hujan cukup tinggi seperti sekarang, para pemilik terutama yang memiliki areal sawah cukup banyak pasti menggunakan mesin pertanian tersebut.
Untuk jenis mesin bermerek Kubota DC 70 misalnya, mesin mekanis ini mampu memanen padi di atas 7 ton setiap hari.
“Dalam sehari kami bisa memanen padi rata-rata 100 karung gabah. Kalau lembur bahkan bisa mencapai 200 karung,” ujar Syamsuddin (41), seorang operator saat panen padi di So (kawasan) Laworo Desa Tembalae Kecamatan Pajo, Jumat (22/3).
ADVERTISEMENT
Dalam bekerja ia dibantu dua orang. Saat menjalankan mesin kedua pembantunya mengatur karung-karunng yang berisi padi yang keluar dari perut mesin. Badan mesin ini mampu memuat 8 karung padi.
Jika karung-karung itu sudah penuh maka operator akan meminggirkan kendaraanya dan berhenti sesaat. Kedua personel tadi kemudian menurunkan padi ke pematang sawah lalu diangkut keluar para buruh. Jika harga gabah bagus maka petani umumnya langsung menjual padi-padi mereka di sawah, sedangkan sebagian lagi disisakan untuk keperluan pangan untuk satu tahun ke depan.
Mesin Pemanen Padi Saat Sedang Beroperasi. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
Di Dompu saat ini upah kerja mesin ini Rp 50 ribu perkarung. Jumat (22/3) Syamsuddin dan kawan-kawannya berhasil memanen 130 karung gabah sehingga mereka mengantongi uang Rp 5,6 juta. Menurut Syamsuddin secara bisnis usaha mesin panen padi ini relatif menguntungkan karena prospeknya cerah. Tingkat persaingan juga tidak ketat karena masih jarang warga yang memiliki mesin ini.
ADVERTISEMENT
Harga kontan satu unit mesin seperti yang dioperasikan Syamsuddin, sekitar Rp 500 juta, sedangkan jika kredit mencapai Rp 700 juta bahkan mendekati Rp 1 milyar. Dalam hitungan kotor, pada sekali musim panen dirinya mampu mendapatkan uang sekitar Rp 250 juta.
“Bila membeli cash maka dalam dua tahun (dua kali musim panen) harga mesin ini bisa lunas,” ujarnya.
Syamsuddin sendiri menjadi operator mesin milik tetangganya yang sudah berusia dua tahun dan kinerjanya masih stabil.
Di sisi lain, kehadiran mesin ini menyebabkan lapangan kerja buruh tani menjadi hilang. Pada tahun-tahun sebelumnya, buruh tani umumnya menggunakan sistem kerja borongan saat memanen padi. Tiap 12 karung padi hasil panen mereka mendapatkan 2 karung sebagai upah yang dibagi kepada sejumlah sesama pekerja lainnya. Tetapi kini peluang kerja seperti itu nyaris tidak ada lagi kecuali pada beberapa lokasi sawah yang sulit dijangkau mesin pemanen padi. Yang tersisa kini tinggal menjadi buruh panggul gabah.
Buruh Pemanggul Gabah. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
Menurut Syahbuddin (35), salah satu buruh, dalam sehari dia dan teman-temannya minimal mendapatkan upah Rp 100 ribu dari pekerjaan sebagai pemanggul gabah. Untuk satu karung padi dengan berat 80-90 kilogram mereka mendapatkan upah minimal Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu.
ADVERTISEMENT
“Itu tergantung jaraknya. Jika jarak hanya 20 sampai 30 meter minimal Rp 5000 perkarung. Tapi rata-rata kami mendapatkan upah Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu perkarung,” ujar Ade (21), buruh lainnya.
Mereka umumnya bekerja secara rombongan antara 7 hingga 20 orang, tergantung banyaknya gabah yang harus diangkut. Jika waktu panen serentak maka mereka pun mendapatkan upah yang lumayan. Tahun lalu misalnya, Syahbuddin mengklaim mendapatkan upah hingga Rp 250 ribu perhari. Tapi untuk tahun ini hanya sebagian kecil petani yang mulai memanen padi mereka.
-
Penulis: Ilyas Yasin