Faktor Banyak Perempuan di Dompu, NTB, Ditinggal Suami: Terlilit Utang ke Bank

Konten Media Partner
12 Februari 2020 11:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi. Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. Shutterstock
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Saat ini di Desa Saneo, Kabupaten Dompu di Nusa Tenggara Barat (NTB) terdapat 102 perempuan yang terjerat utang bank karena gagal panen jagung.
ADVERTISEMENT
Aktivis perempuan dan anak, Siti Aisyah Ekawati menyatakan prihatin karena kondisi tersebut membuat perempuan Dompu yang menjadi tulang punggung ekonomi keluarga, juga harus mengalami tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang juga diakibatkan karena ekonomi keluarga.
Diketahui, dari 102 perempuan itu merupakan petani yang mengalami gagal panen pada 2018 karena tanaman jagung mereka rusak dan merebak akibat hantaman angin kencang. Bersamaan banyak petani yang mengambil kredit di bank untuk biaya operasional bertani mereka.
“Saat itu Bupati (Dompu, red) menganjurkan para petani untuk mengambil pinjaman di bank,” ujarnya, Selasa (11/2).
Jagung Dompu. Foto: Info Dompu
Sayangnya, kata dia, petani mengalami gagal panen sehingga menyisakan utang di bank. Direktur Yayasan Bina Cempe Dompu ini menyatakan, banyak petani yang rumahnya disita bank karena gagal melunasi utang mereka.
ADVERTISEMENT
Saat lembaganya melakukan pendampingan, ternyata banyak istri yang ditinggal pergi oleh suaminya gara-gara utang tersebut. Mereka terpaksa menjadi orang tua tunggal.
“Mereka yang berpasangan dengan orang dari daerah lain memilih meninggalkan istri dan anak-anaknya gara-gara utang itu,” ujarnya.
Akibatnya, kata dia, para istri itu terpaksa menanggung beban utang tersebut sendirian.
Ilustrasi. Pixabay
Saat lembaganya mengecek lagi pada 2019 lalu, kata Eka, banyak rumah di Desa Saneo yang sudah ditempeli peringatan dalam penyitaan bank, sehingga sebagian mereka terpaksa tinggal di rumah kerabat.
“Sebagian lagi ada yang masih tinggal di rumahnya tapi rumah mereka statusnya dalam peringatan sitaan bank,” ujar Eka prihatin.
Bukan hanya kepada bank, kata dia, para istri ini juga terjerat utang kepada rentenir.
ADVERTISEMENT
“Sebab mereka sangat miskin secara ekonomi ditambah harus menghidupi anak-anak karena tak ada suami,” ujarnya.
Di sisi lain, kondisi tersebut menurut Eka juga mengakibatkan tingginya angka kejahatan di desa setempat khususnya pencurian maupun penyalahgunaan obat-obatan, seperti tramadol oleh anak-anak dan remaja.
Aisya Ekawati, Aktivis Perempuan Dompu. Foto: Doc Eka
Eka mengklaim pihaknya sudah menyampaikan kondisi para istri malang tersebut kepada pihak terkait seperti kepada Bappeda dan Litbang Kabupaten Dompu, DP3A (Dinas Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan dan Anak) maupun kepada Bupati Dompu sendiri, tapi belum direspons secara maksimal.
Dia mendesak pemerintah daerah untuk membantu meningkatkan kapasitas kaum perempuan tersebut antara lain melalui pelatihan pengolahan bahan pangan lokal.
Sejauh ini, kata Eka, lembaganya sudah memfasilitasi koperasi simpan pinjam perempuan dan sejauh ini cukup membantu secara bertahap memulihkan ekonomi mereka, termasuk untuk mencicil utang mereka.
ADVERTISEMENT
-
Ilyas Yasin