Harga Jagung Turun Drastis, Petani di Dompu Rugi

Konten Media Partner
16 Maret 2019 14:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Biji Jagung yang Akan Dikeringkan oleh Petani. Foto: Muhammad Safirah/Info Dompu
zoom-in-whitePerbesar
Biji Jagung yang Akan Dikeringkan oleh Petani. Foto: Muhammad Safirah/Info Dompu
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Rendahnya harga jual jagung membuat petani di Kabupaten Dompu kecewa. Sebab harga pasaran jagung saat ini dianggap terlalu rendah sehingga merugikan petani. Di tingkat petani, harga jagung berkadar air tinggi (basah) perkilogram sekitar Rp 2.200 sedangkan jagung kering Rp 3.200.
ADVERTISEMENT
Padahal biaya yang dikeluarkan petani cukup tinggi baik. Petani haejak membeli bibit, ongkos pekerja saat tanam dan panen maupun menjaga tanaman jagung dari gangguan hama babi hutan dan monyet. Usia jagung rata-rata empat bulan sejak tanam hingga panen.
“Idealnya harga jagung harus Rp 5.000 per kilogram, baru petani untung dan bisa menutupi biaya yang dikeluarkan,” kata Khaerul, petani Dusun Mangga Dua, Desa Ranggo, Kecamatan Pajo, pada Selasa, (12/3).
Dibandingkan rekannya sesama petani, Khaerul lebih awal memanen jagungnya karena ia telah menanam sejak bulan November 2018 sedangkan yang lain baru menanam bulan Desember.
Khaerul memiliki ladang jagung seluas dua hektar di So (kawasan) Laworo Desa Tembalae, Kecamatan Pajo. Kendati sempat mendapat gangguan hama babi dan monyet, namun hasil panennya tahun ini lumayan melimpah. Ladangnya menghasilkan tongkol dan biji jagung yang cukup besar dan bagus.
Biji Jagung Hasil Tanam Petani Dompu. Foto: Muhammad Safirah/Info Dompu
Khaerul berharap panen lebih awal lebih menguntungkan, namun rendahnya harga jagung membuatnya kecewa. Padahal biaya maupun tenaga yang dikeluarkan cukup besar. Ayah satu anak ini menjelaskan, secara ekonomi sebenarnya produksi jagung tidak begitu menguntungkan dibandingkan menanam padi.
ADVERTISEMENT
“Cuma kelebihannya jagung tidak perlu disiangi seperti padi,” ujarnya.
Dari sisi harga Khaerul mengaku menanam padi lebih menguntungkan karena perawatannya lebih ringan. Apalagi kehadiran mesin pemanen padi kini praktis sangat meringankan petani.
Khaerul mencontohkan, untuk menghalau hama babi dan monyet ia harus menggunakan mesin generator set (genset) di sepanjang malam. Dengan memasang setrum bertegangan tinggi mengelilingi ladangnya maka hama babi takut mengganggu tanaman jagung miliknya. Khaerul menyalakan genset mulai pukul 22.00 hingga 04.00 WITA.
“Dalam semalam saya menghabiskan tiga liter bensin untuk menghidupkan genset,” ujarnya.
Harga bensin perliter mencapai Rp 10 ribu. Jika dikalikan selama 30 hari maka ia harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 900 ribu dalam sebulan. Karena besarnya biaya itu Khaerul hanya menyalakan gensetnya hanya sebulan khususnya saat jagungnya berbuah muda.
Biji Jagung Dikeringkan Agar TidaK Berjamur. Foto: Info Dompu/Muhammad Safirah
Meski areal ladang jagung di Dompu bertambah luas namun rendahnya harga jagung membuat petani kecewa. Bahkan panen raya yang dihadiri Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian gagal dilakukan karena jalan menuju tempat acara di Desa Saneo Kecamatan Dompu diblokir warga.
ADVERTISEMENT
Mereka yang menamakan dirinya Aliansi Tiga Desa (Saneo, Serakapi dan Sorisakolo) menuntut kenaikan harga jagung berkadar air 17 persen dari Rp 3.200 menjadi Rp 5.000 per kilogram.
-
Penulis : Ilyas Yasin