Kampanyekan Pangan Sehat, Puskesmas Dompu Timur Lakukan Hal Unik

Konten Media Partner
14 Oktober 2019 12:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Puding lapis ubi ungu, pangan sehat yang dibuat oleh tim Puskesmas Dompu Timur. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
zoom-in-whitePerbesar
Puding lapis ubi ungu, pangan sehat yang dibuat oleh tim Puskesmas Dompu Timur. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengampanyekan makanan sehat bagi masyarakat. Salah satunya seperti dilakukan tim Kesehatan Lingkungan Puksesmas Dompu Timur, di Dompu Nusa Tenggara Barat (NTB).
ADVERTISEMENT
Sriatun sebagai koordinator tim mengungkapkan, mereka menggunakan bahan baku lokal untuk membuat pangan unik dan sehat. Kemudian pangaan tersebut mereka akan berikan nama-nama unik. Adapun makanan yang berhasil mereka olah dan beri nama yang unik seperti “Dakor” (dadar kelor), “Puja Pelakor” (Puding jagung pelangi kelor), “Vertigo Jahat” alias “Versi Dompu Timur Go Jamu Sehat” yaitu program pemberian stimulan berupa aneka sayur dan buah.
Program “Vertigo Jahat” biasanya dilakukan di Puskesmas Dompu Timur pada setiap Jumat pekan kedua dan keempat pada setiap bulan. Nama kegiatannya tersebut pun disingkat menjadi “Sabu” alias makan sayur dan buah. Program ini sudah berjalan sejak 2017, dimana pemberian stimulan secara gratis dilakukan secara swadaya, dengan mengumpulkan sumbangan dari semua pegawai Puskesmas baik yang ASN maupun honorer.
ADVERTISEMENT
Dana yang terkumpul kemudian digunakan untuk membeli buah dan sayur. Selain untuk keperluan edukasi, stimulan tersebut juga untuk merangsang pasien yang mau berkunjung pada hari Jumat. Sebab biasanya pasien agak malas karena Jumat hari pendek.
Sriatun, Koordinator Tim Kampanye Pangan Sehat. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
Ada juga pangan lain yang dibuat Sriatun dan timnya yakni puding ubi ungu. “Kebetulan saya suka bikin puding hehehe,” ujarnya tersipu ketika ditemui di kantornya, Sabtu (12/10). Kesukaannya membuat kue mendorongnya untuk mengkreasikan sesuatu yang menarik dan unik. Di samping itu, katanya, pilihan menggunakan berbagai bahan lokal dimaksudkan untuk mendorong warga bahwa makanan sehat itu tidak selalu mahal.
“Di sekitar kita ada banyak bahan pangan yang melimpah, murah tapi bergizi seperti kelor dan jagung yang lagi viral di Dompu saat ini,” ujarnya. Diakuinya pemberian nama unik seperti “Puja Pelakor” itu sekadar untuk menarik perhatian warga agar pesan-pesan kesehatan dapat tetap tersampaikan.
ADVERTISEMENT
Sriatun menjelaskan, dia dan timnya sengaja mencari singkatan atau akronim sesuai tren yang sedang berkembang di masyarakat. Ditambahkannya, kampanye pengolahan pangan sehat berbahan baku lokal tersebut didorong keprihatinannya karena banyak masyarakat, terutama anak-anak, yang mengonsumsi pangan pabrikan yang menggunakan bahan tidak aman bagi kesehatan seperti pengawet dan zat pewarna.
Padahal, katanya, penggunaan bahan tersebut dapat mengganggu kesehatan seperti penyakit liver dan gatal-gatal. “Mestinya anak-anak di bawah usia 4 tahun tidak boleh mengonsumsi makanan minuman yang mengandung pengawet dan pewarna,” ujarnya mengingatkan saat ditemui di kantornya, Selasa (2/10).
Pangan “puja pelakor”. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
Dikatakannya, pihaknya banyak menemukan pasien anak-anak balita yang mengalami gatal-gatal di pergelangan tangan karena mengonsumsi makanan dan minuman yang menggunakan bahan pengawet maupun pewarna. Dia menyarankan agar masyarakat, termasuk kantin-kantin sekolah, untuk menyediakan makanan dan minuman olahan rumah tangga. “Itu lebih sehat,” tambahnya lagi.
ADVERTISEMENT
Sriatun mengisahkan, kampanye pangan sehat juga didorong pengalaman pribadinya yang pernah mengalami hipertiroid selama tujuh tahun, yakni kelebihan yudium, sehingga mengakibatkan tubuhnya menghitam, kurus dan mata melotot. “Kelainan ini menyerang kulit dari ujung kaki sampai ujung rambut,” kisahnya.
Sejak itu, katanya, atas saran dokter Sriatun mulai menjalani hidup alami dan tanpa mengonsumsi makanan dan minuman tanpa pengawet. Akhirnya ia kembali sehat secara alami tanpa memakan obat-obatan.
-
Ilyas Yasin