Kelompok Pemerhati Rencanakan Digitalisasi Situs Sejarah di Dompu, NTB

Konten Media Partner
1 Februari 2020 11:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Situs So Langgodu di Kecamatan Hu'u, di Dompu. Foto: Doc Setyo Manggala Utama
zoom-in-whitePerbesar
Situs So Langgodu di Kecamatan Hu'u, di Dompu. Foto: Doc Setyo Manggala Utama
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Kabupaten Dompu di Nusa Tenggara Barat adalah salah satu daerah tertua yang ada di timur Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan berbagai hal seperti situs gerabah yang ada di Kecamatan Hu'u yaitu Situs Nangasia yang diperkirakan eksis sejak zaman neolitik. Situs lainnya yaitu situs So Langgodu yang diperkirakan eksis pada abad ke-14 dengan dibuktikan dengan bekas keramik China dari Dinasti Yuan dan Ming.
ADVERTISEMENT
Dikutip dalam Buku Dana Dompu oleh Setyo Manggala bahwa situs ini menjawab bagaimana masyarakat Dompu hidup dan bermukim pada masa lampau. Namun, sangat disayangkan, hingga kini situs-situs tersebut seperti terabaikan baik oleh Pemerintah maupun masyarakat Dompu.
Majelis Sapaju Dana Dompu (Masadana), lembaga yang bergerak di bidang advokasi budaya dan sejarah daerah, akan melakukan program digitalisasi situs-situs sejarah yang ada di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Singgasana tahta batu di So Langgodu di Dompu. Foto: Doc Setyo Manggala Utama
Sekretaris Masadana Nurul Qamar menjelaskan, pihaknya menargetkan akan melakukan kegiatan tersebut pada 2020 ini. “Iya, rencananya kami akan mulai melakukan digitalisasi situs-situs sejarah Dompu tahun 2020 ini,” ujar Nurul yang didampingi Wakil Ketua Bidang Advokasi dan Hukum, Sandy Yusuf, ketika ditemui di sela kegiatan karantina Sampela Tani Dompu di Hotel Samada, Selasa (27/1).
ADVERTISEMENT
Nurul menjelaskan, kegiatan tersebut didorong oleh kegelisahan pihaknya akan keberadaan situs-situs sejarah Dompu. Selama ini, katanya, pengunjung yang hendak ke situs tertentu kesulitan mendapatkan informasi utuh tentang situs baik tentang aspek sejarah, lokasi, jarak tempuh, hingga kepercayaan masyarakat lokal tentang situs bersangkutan.
“Begitu pula jumlah situsnya di satu kecamatan tertentu. Jangankan orang luar, masyarakat setempat juga kadang tidak tahu berapa jumlah dan lokasi situs di daerah mereka,” terang Nurul.
Nurul Qamar, pemerhati sejarah. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
Sandy Yusuf menambahkan, di Dompu belum ada data resmi tentang jumlah situs-situs yang ada sehingga cukup sulit memastikan jumlah situs secara persis. “Sebagai contoh, di Kecamatan Hu’u saja, kurang lebih 40 situs sejarah yang berhasil kami identifikasi. Ini belum kecamatan lainnya,” katanya.
ADVERTISEMENT
Karena itu, kata dia, setelah teridentifikasi diperkirakan ada ratusan situs di Dompu. Digitalisasi situs tersebut diharapkannya sekaligus dapat menjadi data dasar keberadaan dan jumlah situs di bumi Nggahi Rawi Pahu.
Dia mengakui, program tersebut memang tidak mudah karena membutuhkan waktu lama maupun dana yang tak sedikit. “Sebab menentukan titik koordinat untuk keperluan digitalisasi juga tidak mudah. Harus dilakukan beberapa hari serta butuh personel hingga 3 orang saat turun ke lokasi,” ujar Sandy.
Dia menyontohkan, jika lokasi situsnya berada di atas gunung tentu tim harus naik ke gunung, mencari titik koordinatnya. Dijelaskan, penentuan titik koordinat situs itu yang agak sulit dan menggunakan GPS (Global Positioning System) sehingga memudahkan pengunjung yang akan ke lokasi situs.
Sandi Yusuf, pemerhati sejarah Dompu. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
“Harga alat penentuan titik koordinatnya saja mencapai 7 hingga 8 juta rupiah per titik,” ujarnya. Selain penentuan titik koordinat, kata dia, digitalisasi juga harus dilengkapi dengan sejarah dan asal-usul situs tersebut dan bagaimana kepercayaan masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, katanya, tim juga harus bertemu dengan tokoh-tokoh masyarakat untuk mendapatkan data dan informasinya maupun diskusi dengan sejarawan. “Jadi, digitalisasi itu nanti membantu memudahkan pengunjung. Sebelum ke lokasi mereka bisa mengklik semua informasi yang berkaitan dengan situs tersebut di android mereka,” ujarnya.
Meski sudah berkoordinasi dengan pihak terkait, tapi Nurul menyatakan agak kecewa karena kurang mendapatkan dukungan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Dompu khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dompu. “Ketika kami menyampaikan gagasan ini justru yang merespon positif adalah Dinas Pariwisata Provinsi (NTB, red) dan Kementerian (Pariwisata, red), sedangkan pihak Pemda (Dompu) justru beralasan gak punya anggaran,” ujar Nurul.
Batu yang dipahat berbentuk lingkaran di So Langgodu. Foto: Doc Setyo Manggala Utama
Kendati begitu, kata Nurul, pihaknya akan tetap mengupayakan program ini berjalan, salah satunya dengan mengakses anggaran dari Kementerian Pariwisata. “Jika anggaran sudah ada maka kami siap jalan,” ujarnya mantap.
ADVERTISEMENT
Sejak setahun lalu pihaknya sudah mulai melakukan identifikasi situs maupun road show di beberapa kecamatan. Sandy menjelaskan, banyak anak-anak muda termasuk siswa SMA yang tak tahu keberadaan situs di daerahnya. “Kalau pun ada yang tahu namanya tapi tak tahu sejarah situsnya. Bahkan ada yang tak tahu sama sekali,” ujarnya.
Harapannya digitalisasi itu akan menghasilkan semacam peta digital yang juga disertai visual, lengkap dengan informasinya dengan satu klik. “Misalnya orang cukup mengklik ‘pariwisata Dompu’, lalu klik Kecamatan Hu’u, lalu klik ‘Air Terjun’, lalu muncul ‘Air Terjun Bidadari’,” ujarnya menyontohkan.
Situs air terjun Ncanga Tolu di Dompu, NTB
Rencananya, kata Sandy, digitalisasi tersebut akan mirip dengan Google Map dan ada aplikasinya seperti JavaStreet. Sejauh ini, kata dia, informasi tentang Dompu di aplikasi tersebut baru seputar informasi infrastruktur seperti bangunanm. Jalan atau jembatan, sedangkan informasi situs budaya dan sejarah belum tersedia.
ADVERTISEMENT
Ditambahkan, untuk langkah awal digitalisasi nantinya akan nebeng di website-nya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Dompu. Sebagai target awal, kata Sandy, pihaknya akan fokus pada satu kecamatan serta mengajak kelompok anak muda setempat terlibat dalam digitalisasi ini.
"Harapannya kegiatan ini multi efek terutama bagi anak-anak muda yang hobi IT (Information Technology, red),” pungkasnya.
-
Ilyas Yasin