Kisah Pencari Madu Hutan di Dompu, NTB

Konten Media Partner
22 Maret 2020 9:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Madu hutan di Dompu, NTB. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
zoom-in-whitePerbesar
Madu hutan di Dompu, NTB. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Meski madu terasa manis, tapi kisah pencariannya justru terbilang begitu pahit. Pengalaman dan proses berburu madu hutan sebagaimana dilakukan warga Kabupaten Dompu, di Nusa Tenggara Barat (NTB) ini, seolah bertolak belakang dengan citarasa manisnya madu.
ADVERTISEMENT
Syamsuddin Abdullah (50) dan Burhanuddin Landa (47), dua warga yang tinggal di Dusun Pelita Desa Tembalae, Kecamatan Pajo, telah bertahun-tahun berprofesi sebagai pencari madu hutan. Pekerjaan utamanya adalah sebagai petani, sehingga mencari madu hutan hanyalah kegiatan sampingan. Saat keduanya sibuk di sawah atau ladang maka berburu madu terpaksa dihentikan.
Ilustrasi madu Foto: Shutterstock
Seperti saat sekarang, di sela menjaga ladang jagung, keduanya menyempatkan diri mencari madu. Meski aktivitas sampingan memang hasil penjualan madu, kata mereka, madu ini sangat membantu kebutuhan rumah tangga, biaya sekolah anak hingga untuk membeli kebutuhan pertanian seperti pupuk dan obat-obatan pertanian.
“Bulan lalu misalnya, untung ada hasil jual madu Rp 700 ribu sehingga bisa beli obat-obatan,” ujar Sarfiah (47), istri Burhanuddin ketika ditemui sedang melayani pembeli di rumahnya, Jumat (20/3).
ADVERTISEMENT
Ibu dua anak ini mengaku, uang tersebut untuk membeli obat-obatan herbisida karena tanaman jagungnya sedang terserang hama. Selebihnya, kata dia, madu juga dikirimkan buat anak gadisnya yang sedang kuliah di Jakarta.
Burhanuddin dan istri saat membagi madu hasil buruannya ke dalam botol untuk dijual. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
Ketika ditemui di rumahnya, Jumat (20/3), Syamsuddin yang bertetanggaan dengan Burhanuddin menjelaskan untuk mendapatkan madu biasanya pergi secara berkelompok antara 3-6 orang.
Mereka bahkan berangkat beberapa hari dan bermalam di gunung. Tidak hanya di wilayah sendiri, tapi juga hingga ke kecamatan tetangga seperti Hu’u atau bahkan Kabupaten lain seperti Sumbawa. Diakuinya, mencari madu hutan tidak selalu membawa pulang hasil.
“Kalau lagi sial kadang enggak ada satu botol pun madu yang dibawa pulang. Tapi kalo beruntung bahkan bisa puluhan botol,” terangnya saat itu ditemani Burhanuddin.
ADVERTISEMENT
Diceritakan, pihaknya pernah menemukan sarang madu hutan cukup besar dan membawa pulang 30 botol. “Bahkan pernah sekali dapat hampir 80 botol. Sarang madunya sangat besar, tapi itu jarang terjadi,” ujarnya sambil menjelaskan itu pengalamannya paling mengesankan selama mencari madu.
Syamsuddin, pemburu madu asal Dompu. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
Burhanuddin juga ikut menjelaskan mencari madu hutan memiliki risiko cukup besar. Di samping sarang madu terdapat di tempat yang tinggi dan terjal, juga sering berhadapan dengan binatang buas seperti ular piton. Beberapa kali dia dan teman-temannya saat berjalan di tengah hutan bertemu bahkan menginjak binatang buas ini.
“Tetapi kuncinya, ular itu hanya mengancam kalau dia kaget atau sedang lapar. Karena itu saat berjalan harus memberi isyarat misalnya dengan berdehem,” ujar Burhanuddin. Cara itu, kata dia, dimaksudkan untuk mengirimkan pesan agar ular itu tetap tenang dan tidak kaget.
ADVERTISEMENT
“Kalau ia tahu keberadaan kita maka ular itu sebenarnya tidak berbahaya, diinjak sekali pun anteng saja dia,” ujarnya terkekeh.
Namun penggundulan hutan yang parah akibat ladang jagung beberapa tahun terakhir ternyata membuat Burhanuddin dan Syamsuddin gelisah karena semakin sulit mendapatkan madu. Banyak hutan yang gundul sedangkan madu justru bersarang di pohon-pohon.
Istri Burhanuddin saat melayani pembeli madu. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
Burhan bahkan menunjuk peladangan di pegunungan sebelah timur di Desa Woko, Pajo, maupun di Desa Parado Kabupaten Bima. Gunung-gunung yang memisahkan kedua desa ini bahkan kini sudah gundul dan saling terhubung.
Untuk satu botol madu berukuran botol air minum kemasan berisi 1.500 mililiter, kata Burhanuddin, rata-rata dijual Rp 85-120 ribu. Ketika media ini mengunjunginya, istri Burhanuddin sedang melayani pesanan pembeli dari Jakarta dalam jumlah banyak. Lebih dari 40 botol madu yang terjual dan istrinya mendapatkan bayaran besar Rp 5 juta di hari itu.
ADVERTISEMENT
“Tetapi madu ini kan bukan milik saya sendiri. Ini madu teman-teman lain juga yang kami kumpulkan dan jual bersama-sama,” terangnya.
Karena itu, kata dia lagi, idealnya harga madu baru terasa efektif jika menjualnya dalam jumlah banyak. “Tapi kalo jualnya cuma 1 atau 2 botol nggak terlalu terasa,” ujarnya.
Meski begitu, dirinya tetap bersyukur karena madu hutan dapat memberinya penghasilan.
-
Ilyas Yasin