Kisah Pendaki Hadapi Karhutla Saat Menuju Puncak Tambora di Dompu, NTB

Konten Media Partner
16 Oktober 2019 8:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sisa-sisa kebakaran dilewati pendaki di Tambora. Foto: Doc Imung
zoom-in-whitePerbesar
Sisa-sisa kebakaran dilewati pendaki di Tambora. Foto: Doc Imung
ADVERTISEMENT
Info Dompu – Perjalanan menuju ke puncak Tambora dilakukan Imung (28) bersama delapan orang lainnya pada Sabtu (12/10) hingga Selasa (15/10). Ia merupakan pemuda Desa Karombo, Kecamatan Pekat, di lereng Gunung Tambora, Kabupaten Dompu, yang membawa beberapa tamu dari luar daerah seperti Bontang, Kalimantan Timur; Surabaya; dan beberapa temannya sendiri.
ADVERTISEMENT
Imung bisa disebut pendaki yang sering melakukan perjalanan ke Tambora via Dusun Pancasila, jalur yang bisa mengantarkan petani menuju puncak sejati Gunung Tambora dengan ketinggian 2.851 meter di atas permukaan laut (mdpl). Ia mengatakan bahwa kini Tambora menjadi asing baginya karena peristiwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada Selasa (15/10).
“Ya, saya baru turun, kami rasanya dikejar bahaya kebakaran dan pohon tumbang. Tambora sangat beda dan menjadi asing, berubah drastis,” ujarnya sedih saat dihubungi melalui telepon selulernya.
Hutan sekitar Pos 3 jalur Pancasila sebelum kebakaran. Foto: Info Dompu
Sebelumnya, saat Info Dompu menghubungi Imung melalui WhatsApp pada Kamis (10/10) terkait persiapan kegiatan Sapu Gunung yaitu kegiatan rutin membersihkan Gunung Tambora dari sampah-sampah yang ditinggalkan pendaki akan dilaksanakan di bulan Oktober 2019 juga, ia mengatakan memang belum mendapat kepastian tentang kondisi kebakaran tersebut.
ADVERTISEMENT
Pihak Taman Nasional (TN) Tambora juga saat dihubungi via WhatsApp pada hari yang sama juga mengatakan, mereka belum mendapatkan laporan atau konfirmasi atas peristiwa yang akan membahayakan pendaki jika tidak diantisipasi lebih awal.
Hingga keberangkatan Imung pada Sabtu, katanya ia bersama tim tidak langsung mencapai Pos 3 jalur pendakian Pancasila karena kondisi tim memang banyak yang pendaki pemula atau belum berpengalaman. Ikut bersama Imung saat itu ada sekitar 4 anggota perempuan dan 5 anggota laki-laki termasuk dirinya. Di hari pertama pendakian mereka menginap di Pos 2 karena sudah masuk waktu malam.
“Kami menginap dulu di Pos 2, sebelum melanjutkan perjalanan menuju Pos 3 hingga ke puncak,” ujarnya.
Suasana Pos 3 sebelum kebakaran. Foto: Info Dompu
Keesokan hari, ia bersama timnya lalu melanjutkan perjalanan menuju pos 3. Dari kejauhan ia mulai melihat tanda-tanda adanya kebakaran hutan yaitu asap yang lumayan tebal hingga beberapa anggota tim mengatakan takut akan melanjutkan perjalanan. Imung lalu mendiskusikan hal tersebut kepada anggotanya hingga memutuskan melanjutkan perjalanan. Saat itu lokasi kebakaran berada di atas Pos 3.
ADVERTISEMENT
“Ada anggota yang cewek bilang 'Bang, saya takut untuk melanjutkan'. Tapi keputusan bersama ya kami mau mencoba melanjutkan perjalanan dulu. Saya meminta mereka membasahi pakaian mereka, baju, kerudung itu di sumber air di Pos 3,” ucapnya lagi.
Imung dan anggotanya lalu melewati sisa-sisa kebakaran di tanjakan menuju pos 4. Imung mengatakan bahwa semak belukar seperti halnya tumbuhan jelatang yang biasa menyengat pendaki di sepanjang jalan menuju pos 4 terbakar habis hingga menyisahkan potongan kayu yang tumbang dan terbakar.
Asap dan api pada kayu-kayu masih ada di jalur setelah Pos 3. Foto: Doc Imung
“Semua tumbuhan di tanjakan dari Pos 3 menuju Pos 4 habis terbakar, ada potongan kayu, dan banyak sekali pohon tumbang,” terangnya.
Perjalan mereka melewati kawasan Tambora yang terbakar menuju pos 4 dan seterusnya hingga puncak kemudian memutuskan untuk turun pada 15 Oktober dengan melewati jalur yang ternyata kebakarannya semakin hebat. Imung mengatakan baru saat itu ia merasakan dikepung api dan asap hingga sesak napas, juga hampir pingsan karena kondisi kebakaran menjadi sangat parah.
ADVERTISEMENT
“Saat turun ternyata kebakaran lebih parah, di mana-mana api, semua anggota takut tapi kami mencoba melewatinya lagi karena sudah tidak ada pilihan lain,” lanjut Imung.
Kebakaran di tanjakan menuju pos 4. Foto: Doc Imung
Timnya juga menjumpai pendaki-pendaki lain yang saat mereka turun sedang mencoba naik. Tetapi tertahan di Pos 3 karena kondisi kebakaran yang semakin parah karena api menjalar di semak-semak dengan angin yang tertiup agak kencang dan jarak pandang yang sangat terbatas. Meski tidak mengetahui kepastian penyebab kebakaran, Imung menduga ada dua hal yang menyebabkan api merambat dengan cepat.
“Kemungkinan karena kemarau dan ada yang menciptakan sumber api seperti api rokok,” katanya.
Berdasarkan pengakuan Imung, pendaki di Gunung Tambora pada saat mereka turun lumayan banyak dan ada juga yang dari luar daerah. Katanya ada dua orang dari Medan yang mereka jumpai dalam perjalanan turun. Saat itu, posisi api juga sedang turun melewati Pos 3 dengan pendaki yang baru naik coba memadamkan api sesuai kemampuannya.
ADVERTISEMENT
“Mereka memadamkan api sebisanya dengan dahan pohon. Tetapi api menjalar dengan cepat. Tambora jika tidak segera ditolong ya tidak akan tersisa apa-apa lagi,” katanya prihatin.
Berdasarkan keterangan Imung pada Selasa malam, ia sudah mencoba menghubungi pihak TN Tambora, namun reaksi mereka sangat mengecewakan Imung. Ia mencoba mengirimkan video kepada salah seorang yang ia simpan nomornya yang bekerja di TN. Tetapi ia mendapat jawaban bahwa saat ini kebakaran di jalur pendakian Pancasila di luar kemampuan TN untuk memadamkan api.
Asap kebakaran di jalur pendakian Pancasila. Foto: Doc Imung
Kami sangat ingin tidak ada terjadi kebakaran dan tentu kami berusaha memadamkan api jika memungkinkan. Di jalur Pancasila terutama Pos 3 membutuhkan sumber daya yang besar, baik jumlah personil maupun peralatan dan sekarang sumber daya tersebut sangat minim..” begitu pesan balasan yang Imung terima dari pihak TN Tambora.
ADVERTISEMENT
Padahal menurut Imung, jika tidak segera dilakukan antisipasi kebakaran bisa mencapai Pos 2. Harapan terbesar Imung pada saat ini hanya keberadaan petugas TN yang mau berusaha terlebih dahulu, bukan dengan tim yang banyak untuk memadamkan api.
“Setidaknya kami tahu bahwa orang TN ikut merasa mau berbuat sesuatu, minimal ada dan menampakkan diri dulu,” pungkasnya prihatin.
Dihubungi secara terpisah, pihak-pihak lain yang bekerja di TN Tambora justru ada yang mengatakan bahwa api sudah berhasil dipadamkan sejak tanggal 9 Oktober di jalur pendakian Pancasila. Kemudian tim Info Dompu diarahkan untuk menghubungi kepala Resort Pancasila.
Saat dihubungi, kepala resort Pancasila, Yoga Ari Wibowo, melalui pesan WhatsApp, membenarkan adanya kebakaran di jalur Pancasila. Namun, ia tidak dapat membuktikan karena saat kebakaran di jalur Pancasila berlangsung ia sedang memadamkan api di tempat lain. Saat ini juga, menurut Yoga, Jalur Pancasila sedang dalam pengaturan buka tutup jalur.
Kebakaran di Tambora masih berlangsung. Foto: Dok. Imung
“Sedang dalam pengaturan buka tutup dengan adanya kebakaran tersebut. Karena ditakutkan ada pengunjung yang berada di sana,” ujarnya Selasa malam (15/15).
ADVERTISEMENT
Kemudian ia mengarahkan untuk menghubungi petugas pemantau di lapangan yang menurutnya lebih mengetahui. Saat dimintai keterangan foto-foto yang mungkin sudah ia terima, Yoga menjawab bahwa saat ini ia sedang tidak aktif kerja karena sedang dapat musibah.
“Belum ya, saya sendiri hampir sudah minggu tidak aktif kerja. Sedang dapat musibah saja, mungkin terkait Pancasila bisa hubungi petugas pemantau/jaga Pancasila,” tulis Yoga.
-
Intan Putriani