Kisah Pria di NTB: Raih Gelar Sarjana meski Idap Tumor Tulang di Kaki

Konten Media Partner
7 Januari 2020 10:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fitrah dan Doitrsennya berfoto setelah menyelesaikan ujian skripsi. Foto: Doc Fitrah
zoom-in-whitePerbesar
Fitrah dan Doitrsennya berfoto setelah menyelesaikan ujian skripsi. Foto: Doc Fitrah
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Info Dompu - Fitrah Ramadhan (23 tahun), mahasiswa asal Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang bertempat tinggal di Desa Kareke, Kecamatan Dompu, semula memiliki kondisi tubuh yang sehat-sehat saja.
ADVERTISEMENT
Ia dilahirkan dengan kondisi tubuh normal. Beraktivitas seperti biasanya. Berjalan, berlari, dan melompat dengan kedua kakinya tanpa mengalami gangguan. Melakukan aktivitas sehari-hari bukan masalah baginya. Hingga suatu hari Fitrah divonis mengalami tumor tulang. Dunia Fitrah terasa runtuh.
Fitrah yang hidup sederhana dengan keluarganya itu, awalnya hanya mengeluhkan nyeri pada pergelangan kaki kanan. Rasa nyeri itu pun diobati dengan pengobatan dengan tradisional. Namun, seiring waktu rasa nyeri yang ia rasakan semakin parah. Pengobatan tradisional tak menunjukkan hasil.
Tumor di kaki Fitrah. Foto: Doc Fitrah
Tahun 2013, Fitrah dan keluarga pun memeriksa kondisi kakinya ke dokter. Hari yang mengejutkan itu pun tiba. Fitrah mendapat vonis tersebut. Meski sulit diterima, Fitrah dan keluarga tak menyerah. Berbagai rangkaian penanganan medis ia jalani.
ADVERTISEMENT
Sejak 2013 hingga kini, Fitrah telah melakukan operasi pergelangan kaki sebanyak tujuh kali untuk mengatasi penyebaran tumor. Perjuangan melawan tumor itu ia lakukan tanpa rasa takut.
Dari Rumah Umum Sakit Daerah (RSUD) Dompu hingga RS Provinsi pun ia datangi. Namun, tak bisa dihindari lagi, tahun 2018 justru perjuangan itu mencapai titik yang lain. Kaki kanan Fitrah harus diamputasi. Ia harus merelakan kakinya agar tumor tidak menyebar ke seluruh tubuh.
Fitrah di rumahnya. Foto: Vani Oktaviani/Info Dompi
Fitrah kini menggunakan kaki kiri dengan dibantu dua tongkat. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Yapis Dompu ini pun tetap semangat berangkat ke kampusnya. Bahkan rutinitas mengganti perban di RSUD Dompu ia lakukan sendiri tanpa menyusahkan orang lain.
”Sekarang harus ganti perban minimal dua kali seminggu. Jadi kadang pergi dengan menggunakan ojek ke rumah sakit,” ujar Fitrah, Sabtu (4/1).
ADVERTISEMENT
Fitrah tak memungkiri, banyak yang memandangnya rendah dirinya yang hidup hanya mengandalkan satu kaki dan tongkat. Orang-orang mengasihani Fitrah karena menganggap ia sudah tidak bisa melakukan aktivitas apa pun dan kemanapun. Tapi ia tepis.
"Saya memiliki keluarga dan sahabat yang bisa memotivasi untuk tetap semangat melakukan segala aktivitas," ujarnya.
Fitrah bersama sahabat di kampusnya setelah menyelesaikan sidang skripsi. Foto: Doc Fitrah
Keinginan Fitrah untuk membahagiakan keluarga dan sahabat sangat besar. Meski memiliki keterbatasan, ia yakin bisa akan sukses suatu saat nanti. Kini ia adalah mahasiswa semester akhir yang sedang menyelesaikan proses akhir kuliahnya.
“Bagi saya, keterbatasan bukanlah segalanya. Saya masih memiliki semangat dalam hidup saya. Ya, saya ingin membuktikan bahwa saya bisa seperti mereka yang lainnya yang memiliki kaki yang normal," ujarnya tersenyum.
ADVERTISEMENT
Menurut Fitrah Kekurangan tidak akan menghalangi siapa pun untuk sukses dan berhasil. Hal itu pun dibuktikan oleh Fitrah yang telah berhasil menyelesaikan ujian skripsi pada akhir Desember 2019. Ia pun dinyatakan lulus oleh Dosen Penguji dan Pembimbingnya dan mendapat gelar Sarjana Ekonomi.
Ilustrasi sarjana. Unplash
Sehari-hari, selain berangkat ke kampus, kegiatan lain Fitrah adalah belajar sablon. Ia mengaku, bahkan ketika merasa bosan, sesekali ia berangkat ke kebun kelapa yang tak jauh dari rumahnya untuk menikmati suasana luar.
Fitrah kini tetap berusaha melakukan aktivitas layaknya orang-orang yang fisiknya sempurna. Prinsipnya tak boleh mengeluh. Ia pun optimis menerima takdir yang telah Tuhan gariskan untuknya.
-
Vani Oktaviani