Membudayakan Kembali Dompu Mengaji, Desa Manggeasi Bisa Jadi Acuan

Konten Media Partner
2 April 2019 23:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Membaca Kitab Suci Al-uran. Foto Syatriadin Yosan
zoom-in-whitePerbesar
Membaca Kitab Suci Al-uran. Foto Syatriadin Yosan
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Sekitar 15 tahun yang lalu, di desa-desa, di mesjid dan mushola, di rumah-rumah panggung di berbagai wilayah di Dompu masih terlihat aktivitas anak-anak dan remaja yang mengaji usai salat ashar atau magrib. Seperti halnya daerah lain di Nusa Tenggara Barat (NTB), Kabupaten Dompu juga memiliki penduduk mayoritas Islam. Aktivitas keislaman seperti mengaji sudah menjadi budaya hampir di seluruh wilayah di Dompu.
ADVERTISEMENT
Namun, seiring berjalannya waktu, anak-anak dan remaja Dompu memasuki fase tumbuh dengan teknologi informasi yang cepat dan mudah diakses hingga ke pelosok. Budaya mengaji seolah digeser oleh gedget yang ada di tangan setiap orang. Hal negatif juga berkembang pesat yaitu kenakalan remaja di lingkungan masyarakat bahkan sampai di lingkungan sekolah.
Saat ini, di Dompu bisa ditemukan remaja yang sangat berani, tawuran dengan membawa celurit atau parang dan mengancam temannya. Remaja laki-laki juga banyak yang menyalahgunakan obat-obatan terlarang seperti meminum tramadol atau obat batuk cair dalam jumlah besar untuk mabuk-mabukan, serta maraknya kasus bunuh diri remaja karena persoalan sepele.
Banyak budaya dalaam kegiatan keagamaan mulai hilang di masyarakat Dompu menyusul meningkatkan angka kenakalan pada remaja bahkan pergaulan bebas. Aktivitas menjadi santri yang banyak dijumpai setelah salat ashar di mesjid-masjid kini hilang tak membekas.
ADVERTISEMENT
Nampaknya budaya mengaji memang harus segera dikembalikan. Melakukan sosialisasi agar remaja tidak melakukan pergaulan bebas ke sekolah-sekolah saja tidak cukup. Orang tua yang memiliki anak yang masih berusia remaja seharusnya khawatir dengan kondisi ini, sehingga mereka dapat mendukung pemerintah untuk membuatkan aturan atau regulasi terkait program yang melindungi generasi Dompu seperti kembali menetapkan kembali budaya mengaji di seluruh Dompu.
Anak-anak dan remaja yang mengaji di Desa Manggeasih. Foto: Syatriadin Yosan/Info Dompu
Budaya mengaji kembali dilakukan oleh beberapa wilayah kecil di Dompu. Salah satu adalah di Desa Manggeasi, Kecamatan Dompu. Anak-anak dan remaja bahkan orang dewasa yang tinggal di Desa ini antusias untuk melakukan kegiatan mengaji di mesjid.
Salah seorang guru ngaji di Desa Mangeasi menyadarai bahwa keadaan yang dialami anak-anak saat ini adalah lebih memilih untuk berdiam di depan televisi menyaksikan sinetron yang dapat merusak nilai moralnya, bermain gadget, play station, dan warnet pun menjadi sasaran utama mereka.
ADVERTISEMENT
“Oleh sebab itu kami mengupayakan budaya mengaji tetap ada. Sebab budaya mengaji ini ada sejak zaman leluhur kita,” ujar ustaz Syarif (35) usai melaksanakan kegiatan mengaji di salah satu masjid ke Desa Manggeasi (29/3).
Ia juga menjelaskan mengaji bukan hanya mengetahui huruf arab akan tetapi mengaji merupakan benteng besar untuk remaja guna menjaga keimanannya. Remaja saat ini, kerapkali melakukan tindakan kriminal.
“Salah satu pencegahannya memperkuat iman,” ucapnya.
Saat ini budaya mengaji khusus di Desa Manggeasi mulai dikembangkan lagi. Desa ini kini sudah mulai dijulukin Desa Religi. Setiap usai salat Magrib, puluhan anak dan remaja datang mengaji ke mesjid dengan mendengarkan ceramah dari beberapa ustat setelah salat magrib, dilanjutkan dengan sholat Isya berjamaah dan kemudian diisi dengan mengaji kitab suci selama 20-30 menit.
Anak-anak mengaji di Desa Manggeasi. Foto: Syatriadin Yosan/Info Dompu
Menariknya, peserta mengaji bukan hanya kaum remaja saja, peserta yang sudah berkeluargapun ikut mengaji. Kegiatan Desa mengaji ini dilaksanakan setiap hari. Sekitar 20-30 orang terlihat antusias untuk melakukan kegiatan mengaji, bahkan warga desa lain pun ikut mengaji di Desa Manggeasi.
ADVERTISEMENT
“Ini hanya sebagian kecil saja yang terlihat,” kata Julfukahar (25) asal Desa Manggeasi saat berbincang dengan Info Dompu. Ia mengatakan bahwa saat ini remaja sudah mulai melaksanakan ibadah mengaji ketimbang harus berkeliaran di malam hari. Sebab keliaran di malam hari, kata mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam ini akan menimbulkan perkelahian.
“Kami selalu menghindari aksi kriminalisasi,” terangnya.
Memasuki waktu sholat magrib, anak-anak sudah mulai berbondong-bondong berangkat ke masjid dengan membawa iqro dan alqur’an. Ceria dengan tawa dan penuh suka cita, itulah ekspresi yang terlihat saat anak-anak menuju masjid untuk belajar mengaji.
Usai melaksanakan sholat magrib, selain dari mendengarkan ceramah dari ustaz, anak-anak melantunkan huruf hijaiyah secara bersamaan. Tak hanya itu salawat Nabi pun dilantunkan.
ADVERTISEMENT
“Inilah cara kita membudayakan anak-anak disini,” katanya sembari mengaku bahwa dirinya pernah membuka Tempat Pendidikan Alqur’an di kediamannya.
Ia menambahkan bahwa bimbingan orang tua dalam memberikan pelajaran tentang agama pun perlu dipertegas dan lebih disiplin. Sebab, kemajuan teknologi membuat banyak anak saat ini yang sudah tersesat arah dan samasekali enggan untuk belajar mengaji.
“Cara yang paling mudah untuk orang tua mengajak agar anak mau ikut mengaji yaitu dengan cara mencerita kisah tentang Nabi, cerita tentang hewan yang memiliki perilaku buruk maupun baik, cerita tentang kehidupan di dunia itu tidak selamanya,” kata Ustat Abubakar usai sholat magrib di masjid Baiturrahman Dompu (30/3).
-
Penulis Syatriadin Yosan