Merawat Kopi Arabika dari Gunung Tambora

Konten Media Partner
4 Juni 2019 22:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ripe Cherry Arabika Tambora. Foto: Instagram @oi_ammo_coffee
zoom-in-whitePerbesar
Ripe Cherry Arabika Tambora. Foto: Instagram @oi_ammo_coffee
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Proses yang dilakukan pasca-panen sangat penting untuk menentukan kualitas dan rasa Kopi Tambora. Sebagai salah satu produk lokal yang tengah menjadi buah bibir di kalangan anak muda Dompu, NTB, kopi tersebut kini kian berkembang mulai dari penanaman hingga perawatannya.
ADVERTISEMENT
Terdapat dua jenis kopi Tambora yang sudah banyak dikenal pecinta kopi Dompu yaitu robusta dan arabika. Tak bisa dipungkiri bahwa robusta Tambora lebih dulu dikenal daripada arabika. Namun, kini arabika Tambora menyusul untuk menemukan lebih banyak penggemar.
Arabika yang cenderung memiliki rasa asam ternyata juga memiliki harga lebih tinggi dibandingkan jenis robusta.
Pecinta kopi yang memiliki mag, pun, disarankan memilih arabika. Rasa asam pada arabika tidak sama dengan kandungan asam yang ada di dalam kopinya. Meskipun asam, menurut beberapa pecinta kopi, ternyata kopi arabika lebih aman bagi mereka yang menderita asam lambung berlebih.
Proses pengolahan arabika juga terbilang lebih butuh perhatian dibandingkan robusta, karena banyak faktor yang perlu diperhatikan dalam menanam kopi jenis ini. Arabika pada umumnya tumbuh dengan baik pada ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut, sedangkan robusta justru sebaliknya. Di kawasan Tambora sendiri, perkembangan arabika memang masih kurang dibandingkan dengan robusta.
ADVERTISEMENT
Owner Oi Ammo Kopi, Jaya Kusuma Wan Akbar (29), menginisiasi acara yang bertajuk "Silaturahmi Kopi, Mengenal Arabika Tambora" di kedai kopinya di Lingkungan Karijawa, Kecamatan Dompu. Acara yang digelar di bulan Ramadan ini terlaksana atas kerja sama Oi Ammo Kopi dengan @kopibido.id, Minggu (2/6).
"Tujuan saya menggelar acara ini adalah untuk menentukan proses pasca-panen yang tepat untuk Arabika Tambora agar ada keunggulan dari kopi-kopi lainnya," ujar Jaya.
Proses cupping kopi arabika Tambora di Kedai Oi Ammo Kopi. Foto: Nining Febriani/Info Dompu
Pengakuan Jaya, acara yang dihadiri oleh puluhan pecinta kopi ini dimaksudkan juga sebagai momentum untuk cupping kopi. Cupping adalah sebutan untuk proses uji cita rasa yaitu menghirup aroma, menyeruput, hingga meneguk kopi.
"Kegiatan ini selain untuk menambah wawasan tentang pengolahan kopi arabika Tambora, sekaligus cupping," ujar Jaya di sela-sela proses cupping.
ADVERTISEMENT
Jaya pun menyampaikan bahwa proses cupping menjadi penting untuk melihat perbedaan aroma-aroma kopi yang disebabkan karena prosesnya. Ia menjelaskan bahwa pengolahan kopi dapat menentukan rasa kopi itu sendiri.
"Beda proses, beda rasa, akan tetapi ada juga rasa yang tetap konsisten," terangnya.
Penyampaian materi cupping. Foto: Nining Febriani/Info Dompu
Guna berbagi pengetahuan tentang kopi di kedainya, Jaya juga mengundang pembicara lain yaitu Eby sebagai barista profesional dan Indra Lesmana yang memahami dasar manual brewing.
Jaya menyampaikan bahwa ia ingin memberikan pengetahuan tentang kopi kepada pecinta kopi yang hadir. Walaupun menurutnya acara tersebut lebih tepat disebut sebagai sharing session untuk lebih mengenal salah satu potensi kopi Tambora, yaitu arabika.
Jaya Kusuma Wan Akbar saat panen bersama petani kopi Tambora. Foto: Instagram @oi_ammo_coffee
Jaya mengakui bahwa sejak awal ia telah berniat untuk dapat membantu ekonomi para petani kopi Tambora. Ia menjelaskan, pada hakikatnya dengan menentukan proses pasca-panen yang tepat, maka akan dapat mengedukasi petani dalam menentukan waktu yang tepat dalam menghasilkan varian rasa dan kualitas kopi.
ADVERTISEMENT
Ia menyebutkan ada beberapa proses pasca-panen pada kopi arabika Tambora yaitu natural process, honey process, dan semi wash. Pada saat acara tersebut Jaya pun menyimpulkan bahwa banyak cupper (peserta cupping) yang cenderung menyukai natural process dengan rasa kopi tropical fruit seperti pisang hingga brown sugar.
-
Penulis: Nining Ferbiani Editor: Intan Putriani