Miliki Warisan Kesultanan, Pemda Abai soal Sektor Sejarah dan Budaya

Konten Media Partner
25 Mei 2019 15:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nurhaedah, pemerhati sejarah dan budaya Dompu saat berbincang dengan Info Dompu. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
zoom-in-whitePerbesar
Nurhaedah, pemerhati sejarah dan budaya Dompu saat berbincang dengan Info Dompu. Foto: Ilyas Yasin/Info Dompu
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Pemerhati sejarah dan budaya Dompu, Nurhaedah (53) menilai pembangunan di Kabupaten Dompu hanya berfokus pada fisik dan mengabaikan aspek budaya. Padahal penguatan di sektor ini, juga akan memberikan dampak ekonomi yang menjanjikan bagi daerah dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Di masa lalu, sebagai bekas kesultanan, Kabupaten Dompu memiliki warisan kekayaan sejarah dan budaya yang patut dilestarikan. Demikian simpulan obrolan media ini dengan salah satu pewaris silsilah Kesultanan Dompu tersebut di rumahnya, Kamis (23/5).
Nurhaedah mengapresiasi prestasi Pemda Dompu terutama pencapaian di sektor peternakan dan pertanian, namun dia berharap pembangunan ekonomi juga berjalan beriringan dengan aspek budaya. Dia mengingatkan, peningkatan ekonomi harus seimbang dengan pemenuhan kebutuhan lain seperti rekreasi dan identitas budaya.
“Setelah pendapatan masyarakat meningkat, kemana mereka membelanjakan uang mereka, pasti mencari hiburan kan?” ujarnya.
Karena itu Pemda dituntut membenahi sektor wisata dan budaya untuk memenuhi kebutuhan rekreasi tersebut. Ibu tiga anak ini lantas membandingkan antusias warga Dompu yang berkunjung ke Dam Mila, Dompu, padahal itu bukan tempat wisata.
ADVERTISEMENT
“Tapi begitulah, masyarakat kita ini kan haus hiburan. Bahkan tidak sedikit diantaranya yang berwisata ke Bima,” katanya.
Nurhaedah menyatakan, daya tarik orang berkunjung ke satu daerah biasanya karena memiliki keunikan dan ciri khas seperti Solo atau Yogyakarta yang masih memiliki simbol kesultanan yang cukup kuat. Begitu juga dengan bangunan rumah adat joglo yang masih dipertahankan maupun kirab pusaka yang menarik perhatian para turis datang berkunjung.
“Atau seperti Jember Fashion Carnival yang mendunia, itu semua berkat kreativitas warga serta dukungan Pemda-nya,” tukasnya.
Tenun tradisional Dompu yang disebut "nggoli". Foto: Info Dompu
Di Dompu, kata Nurhaedah, untuk menarik kunjungan wisatawan ada banyak hal yang dapat dilakukan Pemda, khususnya Dinas Pariwisata dan Budaya serta Dinas terkait, seperti mendukung keberadaan tenunan tradisional “Nggoli”, menghidupkan sanggar seni, berbagai destinasi wisata hingga penataan bangunan rumah pribadi, kantor dan toko yang menggunakan arsitektur kearifan lokal “ruka wanga”.
ADVERTISEMENT
Dia optimis para pemilik usaha akan bersedia bekerja sama jika Pemda serius bekerja melobi dan meyakinkan mereka tentang pentingnya menjaga kearifan lokal sebagai identitas budaya Dompu. Nurhaedah lantas menunjuk Bali yang hampir semua arsitektur bangunan pemerintahan maupun dunia usaha yang memperlihatkan ciri khas budaya Bali.
Begitu pula dengan penataan lokasi wisata pantai seperti di Lakey, apalagi sebelumnya pantai di selatan Dompu ini pernah menjadi ajang lomba selancar tingkat dunia.
Secara khusus Nurhaedah menyebut perlunya membangun museum untuk menyimpan berbagai benda pusaka maupun hasil penggalian dari beberapa situs sejarah yang ada di Dompu. Sebagai wisata sejarah dia menyebut, museum itu tidak selalu harus berisi benda-benda pusaka yang mungkin sulit diperoleh tapi bisa dimulai dari hal-hal sederhana.
ADVERTISEMENT
“Misalnya museum tentang dapur orang Dompu zaman dulu, apa saja sih isinya? Jadi bisa berisi tempayan, gayung, dan perabotan dapur lainnya sehingga orang tahu kebudayaan kita,” ujarnya mencontohkan.
Dia yakin benda-benda klasik tersebut masih dapat diperoleh baik dengan membeli dari kolektor maupun yang ada di masyarakat.
Dirinya optimis bahwa pengembangan sektor wisata ini akan bergairah seiring dengan kemunculan berbagai komunitas dan kelompok pegiat ekonomi kreatif yang dikelola oleh anak-anak muda di Dompu belakangan ini.
-
Penulis: Ilyas Yasin