Panen Jagung: Intensitas Hujan Tinggi Bikin Petani Dompu Resah

Konten Media Partner
18 Maret 2019 17:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tumpukan Jagung Hasil Panen yang Masih Basah. Foto: Muhammad Safirah/Info Dompu
zoom-in-whitePerbesar
Tumpukan Jagung Hasil Panen yang Masih Basah. Foto: Muhammad Safirah/Info Dompu
ADVERTISEMENT
Info Dompu - Curah hujan yang kembali tinggi menyulitkan sebagian petani jagung di Kabupaten Dompu. Petani kerepotan saat memanen dan menjemur biji jagung mereka. Jangankan hujan, cuaca mendung pun akan membuat proses penjemuran jagung akan memakan waktu lebih lama dari biasanya. Bahkan sebagian besar petani Dompu harus mencari tempat yang aman dan agak kering untuk menjemur biji jagung yang sudah digiling.
ADVERTISEMENT
Seperti dialami Khaerul (28) petani Dusun Mangga Dua Desa Ranggo Kecamatan Pajo saat ditemui sedang menjemur jagungnya Ahad (17/3). Meski ladang jagungnya berada di So (kawasan) Laworo Desa Tembalae, Kecamatan Pajo, kini ia terpaksa mengangkut dan menjemur hasil panennya di Desa Ranggo yang berjarak 6 kilometer dari ladang jagung. Usai memanen dan menggiling biji jagungnya Jumat (15/3) ayah satu anak ini menyewa mobil pick-up untuk mengangkut hasil panennya. Dia menjemur jagungnya di pinggir jalan menuju Desa Jambu di kawasan So Jati Desa Ranggo.
“Saya menjemurnya di sini karena arealnya rata, kering dan cepat terkena matahari,” ujarnya.
Biji Jagung yang Sedang Dijemur. Foto: Muhammad Safirah/Info Dompu
Ditemani adiknya untuk berjaga di malam hari, Khaerul sudah membangun tenda di pinggir jalan. Terdapat 25 lembar tarpal berjejer yang berisi biji-biji jagung miliknya. Saat ditemui sore kemarin tarpal-tarpal dalam keadaan tertutup karena hujan mendadak turun.
ADVERTISEMENT
“Hari ini jagung saya tak bisa dijemur karena mendung dan hujan,” keluhnya.
Padahal, katanya, tongkol jagungnya sudah cukup tua tidak perlu dijemur terlalu lama. Jika matahari cukup terang, Khaerul mengklaim jagungnya hanya butuh dijemur cukup satu setengah hari. Setelah itu dia dapat langsung membawanya ke gudang penampungan untuk dijual.
Dia menjelaskan, jika dijual dalam keadaan basah (berkadar air tinggi) jagungnya hanya dihargai Rp 2.500 perkilogram, sedangkan kering Rp 3.500. Merasa sayang selisih Rp 1.000 ia memutuskan untuk menjemur jagungnya terlebih dahulu.
“Kebetulan jagung saya kali ini lumayan banyak,” ujarnya sumringah.
Dia memperkirakan secara kotor total jagungnya sekitar 10 ton sehingga ia dapat mengantongi uang sekitar Rp 40 juta. Jika selisih harga 100-200 Rupiah dia mau melepas jagungnya dalam keadaan basah lantaran cukup repot menjemurnya. Namun, selisih Rp 1.000 cukuplah besar baginya, sehingga kalau ditotalkan keuntungan yang akan hilang mencapai Rp 10 juta.
ADVERTISEMENT
Dibandingkan dengan petani lainnya, Khaerul lebih awal memanen jagungnya karena ia telah menanam sejak November 2018. Sayang cuaca yang tak menentu membuatnya harus bekerja ekstra keras serta mengeluarkan biaya tambahan untuk mengurus jagung hasil panennya.
Sebelumnya otoritas cuaca memperkirakan curah hujan tahun 2018/2019 rendah. Puncak musim hujan berlangsung pada Desember 2018, tapi kini curah hujan diperkirakan hingga Agustus 2019. Bahkan hujan deras yang mengguyur sebagian wilayah Dompu sejak Jumat lalu mengakibatkan banjir di sejumlah titik.
-
Penulis: Ilyas Yasin